"Hah! Coba-coba lihat." Stefanus mengambil kertas kecil itu dari tangan Evelyn.
"EH, kamu mau nggak jadi pacarku? ChD"
"Jadi?" Tanya Evelyn.
"Masak kamu nggak tau sih, ya jelas kamu ini. EH, Evelyn Holland terus ChD, Charles Davidson."
Evelyn terdiam. Wah dia so sweet sekali. "Ah masak sih?"
"Iya, ditembak nih kamu."
"Aduh, ada apa sih ini ribut-ribut?" Cynthia datang dengan wajah penasaran.
"Nih lihat deh, masak sih ini dari Charles?" Evelyn memberikan kertas kecil itu kepada Cynthia.
"Lah udah jelas nggak sih, ada tulisan ChD gini. Siapa lagi coba?" Jawab Cynthia meyakinkan.
Bel telah berbunyi dan jam yang terus berdetak telah menunjukan pukul 2 siang, seluruh siswa mulai berkemas untuk pulang. Hari ini bisa dikatakan sebagai hari yang melelahkan bagi Evelyn. Hampir seharian bertemu dengan angka dan rumus ditambah lagi dengan kertas kecil yang sepertinya sengaja diletakkan di dalam laci meja pada ruang Matematika.
Hari ini Evelyn memutuskan untuk ijin tidak mengikuti les pada suatu bimbingan belajar. Ia ingin menggunakan waktunya untuk mengistirahatkan otak dan badannya yang sangat lelah.
Bip...Bip...
Satu pesan masuk dan Evelyn yang dari tadi hanya tiduran segera mengambih hpnya dan melihat isi pesan tersebut.
"Gimana kabarmu? Sudah lama ya kita nggak kirim pesan."
"Aku baik kok, kamu sendiri gimana?" Jawab Evelyn.
"Sama aku juga. Lagi ngapain sekarang?"
"Tiduran aja si, capek banget hari ini. Kamu?"
"Aku lagi tiduran juga."
Mereka saling bertukar pesan hingga mereka sudah tak bisa menghitung lagi berapa banyak sisa bonus SMS yang bisa digunakan sebelum pulsa utama mereka tersedot. Tak sadar jam telah menunjukan pukul 9 malam dan saatnya bagi Evelyn untuk tidur.
"Evelyn, kamu ngeliat ada surat nggak di dalam laci meja kelas Matematika?" Tanya Charles tiba-tiba.
"Oh liat, itu dari kamu?"
"Iya dari aku, sorry ya nggak proper yang gimana-gimana."
"Iya nggak apa kok."
"Kamu sudah baca belum?"
"Sudah, aku sudah baca."
"Terus jawaban kamu apa?"
Membalas sebuah pesan dengan cepat bukan merupakan hal yang biasa dilakukan oleh seorang Charles. Namun menjadi berbeda ketika ia berbalas pesan dengan Evelyn, seorang gadis yang sangat ia sukai dari pertama kali ia melihat. Jika keterangan waktu bisa dituliskan hingga detik, bisa dibilang ia membalas hanya sekitar 30 detik saja.
Jawaban Evelyn terus dinantikan. Meskipun jawaban yang dilontarkan tak selalu bisa sesuai harapan, tapi Charles berharap kali ini sungguh sesuai.
"Iya kok."
"Hah seriusan? Terus Max gimana?"
"Max udah nyakitin aku dan aku nggak mau lagi sama dia. Sudahlah jangan dibahas."
"Iya iya, terima kasih ya."
"Charles, sorry ya. Aku sudah nyakitin kamu kemarin."

KAMU SEDANG MEMBACA
SATU DEKADE
RomanceIni adalah sebuah kisah nyata seorang gadis yang sedang mencari seorang pria yang mampu membuatnya berpaling seutuhnya. Seseorang yang sungguh mampu memantapkan hatinya untuk tak lagi melirik ke belakang dan terus menatap ke depan. Namun apalah daya...