Belum lama tapi juga tak sebentar, aku harap ini bukan kali terakhir aku melihat dan bertemu denganmu tanpa beban di antara kita. Kita masih sama-sama sendiri tak menggandeng tangan yang lain untuk mengisi hati. Tapi entah sampai kapan kita akan bertahan seperti ini rasanya tak mungkin lama. Kepergianmu ke negara impian kita sempat membuatku menghayal betapa bahagianya jika itu sungguh nyata.
"Selamat Siang kak, ada yang bisa saya bantu?" Tanya seorang pelayan pada Evelyn yang tengah melamuni menu makanan tapi tak sekalipun ia memikirkan akan makan apa.
"Oh maaf kak, saya pesen Es Teh Original sama Roti Bakar Coklat Keju ya." Evelyn mengambil kartu menu yang terpasang pada pintu masuk dan memberikannya kepada pelayan tersebut.
"Baik kak, ditunggu ya." Pelayan itu mengambil kartu menu dan Evelyn memilih tempat ternyaman.
Seorang laki-laki berkaos hitam dengan celana jeans panjang berjalan mengambil kartu menu dan langsung membayar di kasir.
"Saya satu meja sama orang itu ya." Tunjuknya ke arah Evelyn.
"Baik kak, meja nomor 4 ya. Ini kembaliannya, harap ditunggu. Terima kasih."
"Oke, sama-sama." Dimasukkannya kembalian itu ke dalam dompet hitam Louis Vuitton miliknya.
"Sudah nunggu lama?" Ditariknya kursi di depan Evelyn dan ia duduk di situ.
"Nggak kok, baru 5 menit kayaknya." Jawab Evelyn.
"Suka banget ya sama angka 4." Tanyanya sambil sumringah.
"Emangnya kamu nggak suka?" Tanya Evelyn balik.
"Kamu bisa ya tanya beginian, udah jelas itu angka favorit kita." Jawab Charles.
Mereka saling menertawakan diri mereka akan kenangan masa lalu yang baru saja ditutup.
"Beneran jadi ke Aussie dong, jadi iri." Celetuk Evelyn.
"Mau ikut?" Tanya Charles.
"Mana bisa? Aku bolehnya di sini." Jawab Evelyn.
"Panas juga ya Surabaya." Kata Charles ambil mengusap keringatnya dengan tisu.
"Panas, banget sih. Tapi lama-lama juga biasa."
"Permisi kak ini pesanannya. Selamat menikmati."
"Terima kasih mas."
"Makan dulu yuk, laper." Kata Charles.
Mereka saling menyantap pesanan masing-masing dalam diam.
"Siapa aja yang kamu temui?" Tanya Evelyn yang membuat Charles berhenti mengunyah dan menatap Evelyn.
"Kamu doang." Charles kembali menyantap makanannya.
"Oh ya?"
"Iya, aku pingin aja gitu pamitan baik-baik sama kamu sebelum aku pergi entah sampai kapan."
Evelyn hanya terdiam, dalam hatinya ada rasa bahagia karena menjadi wanita spesial yang bisa merasakan pertemuan itu.
"Kuliah yang bener kamu di sini." Ledek Charles.
"Harusnya aku yang bilang gitu ke kamu." Sahut Evelyn.
Mereka menghabiskan pertemuan terakhir dengan berbagai obrolan sederhana, hingga tak terasa waktu semakin menipis dan Evelyn harus merelakan Charles pergi.
"Pertemuan kita sampai di sini dulu ya. Terima kasih untuk masa-masa indah kala itu. Aku bahagia mengenalmu Lyn."
"Maafkan aku, jika selama ini. Selama kita berjuang kadang aku sering berhenti dan sengaja melepaskan. Semoga perjalanan kita kala itu bisa membuatmu belajar sesuatu. Mungkin aku memang buruk dan tak sepantasnya bersamamu." Lanjut Charles.

KAMU SEDANG MEMBACA
SATU DEKADE
RomansIni adalah sebuah kisah nyata seorang gadis yang sedang mencari seorang pria yang mampu membuatnya berpaling seutuhnya. Seseorang yang sungguh mampu memantapkan hatinya untuk tak lagi melirik ke belakang dan terus menatap ke depan. Namun apalah daya...