bab 2

605 55 21
                                    

Soeun mengerjapkan matanya dengan lamat. Ia merasa engap, seperti ada sesuatu yang mendekapnya dengan erat. Dibuka matanya dengan pelan, wajah dengan mata terpejam itu lama-lama mirip dengan direktur yang baru saja mengambil alih perusahaan nya baru-baru ini. Alis nya yang sedikit tebal, hidung yang lancip serta kulit putih bagai vampir dan satu lagi, bibir yang lumayan menggoda. Soeun ingin sekali menyentuhnya tapi enggan, takut hanya imajinasi semata akibat mabuk yang masih mendera.

"Ini mimpi ya?" Soeun batal menyentuh hidung mancung itu tatkala mata mereka saling menatap terkejut.

"Omo, Sehun-nim?" Soeun tertawa kecil lalu menutup mulutnya takut bau alkohol yang belum hilang. Wajah terkejut Sehun sangat lucu menurutnya, mata yang terbelalak seperti anak kecil.

"Seperti nyata saja. Kenapa Sehun-nim sangat tampan jika dilihat dari dekat seperti ini? Mata Sehun-nim bagus, hidung nya sangat mancung. Bibir Sehun-nim juga indah. Boleh saya menciumnya?" Ditelusuri Soeun wajah tampan milik bos nya. Mulai dari mata, hidung nya yang lancip hingga berhenti di bibir. Nyata! Bisakah Soeun mencium nya? Bibir milik Sehun menarik perhatian nya sejak ia membuka mata.

"Jangan bilang kau akan melupakannya besok," bisik Sehun lalu mendekatkan bibirnya untuk menyentuh bibir miliknya. Soeun menggeleng pelan dan membuka mulutnya, menerima ciuman yang diberikan Sehun.

Semula hanya ciuman kecil, lalu berubah menjadi lumatan yang lebih intens. Saling memagut, menelusuri bibir masing-masing hingga membuat keduanya lupa diri.

Soeun yang kesulitan dibantu Sehun untuk menurunkan resleting gaun nya. Begitu pula Soeun terburu-buru membuka kancing piyama Sehun. Disentuhnya perut milik pria itu yang sudah berbentuk. Semburat merah hadir di pipi Soeun ketika Sehun menatapnya penuh arti.

"Soeun-ssi, ini.. ini yang pertama juga bagimu?" Tanya Sehun terbelalak lalu dibalas anggukan lembut oleh Soeun.

"Please, be gentle..." Lirih Soeun malu lalu meraih wajah Sehun.

"Soeun-ssi kuharap kau akan mengingatnya besok pagi." Bisik Sehun usai mencium Soeun.

**

"AAAA!!!!!" Teriak Soeun menjatuhkan cup kopi nya lalu menarik rambutnya menatap Sehun sekilas. Peristiwa malam itu, yang bagaikan potongan film berputar di kepalanya ketika ia menatap mata milik Sehun.

"Kenapa?" Tanya Sehun panik karena Soeun mulai memukuli kepalanya sendiri.

"Apa kau sudah ingat bagaimana kejadian malam itu?" Tanya Sehun lagi menahan kedua tangan Soeun untuk memukuli kepalanya.

"Sajangnim, tolong jangan pecat saya," lirih Soeun memohon karena menyadari kesalahannya yang memulai lebih dulu.

"Ah, jadi kau sudah ingat ya? Baiklah, aku tak akan memecatmu. Tapi kau harus tetap tanggung jawab." Putus Sehun dengan senyuman miring yang Soeun anggap menakutkan.

"Tanggung jawab?"

Sehun mengangguk pelan lalu melangkah menuju pembatas menatap jalanan kota yang ramai.

"Nikahi aku."

"Mwo??!!" Soeun hanya melongo mendengar jawaban bos nya. Ini bagaimana? Kenapa Sehun yang minta dinikahi? Apa dia yang hamil? Dunia betulan hampir kiamat!

"Saya menikahi anda?" Tatih Soeun masih menata pemikirannya yang semula kosong.

"Sudah kubilang malam pertama pria itu penting dan kau telah merenggutnya. Lalu apa yang harus kau lakukan karena telah merenggut malam pertama milikku? Yak betul, nikahi aku sekarang juga!" Balas Sehun dengan pipi merona ketika mengungkit malam pertama.

One night with the CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang