bab 11

498 42 7
                                    


Drap.. drap.. drap.. drap.. drap.. drap..

Langkah kaki milik Sehun beradu dengan lantai rumah sakit. Istrinya kini tengah berjuang untuk melahirkan buah hati mereka ke dunia. Karena rapat antar pemegang saham di perusahaan membuat Sehun terpaksa mematikan ponsel nya. Usai rapat, delapan puluh panggilan tak terjawab segera terpampang di layar ponsel nya. Panggilan dari Soeun, Soohyun, dan ibu nya. Beruntung panggilan berikutnya dari Soohyun segera ia angkat dan sahabat yang telah menjadi kakak iparnya itu memberi tahu rumah sakit dimana Soeun berada karena sudah pembukaan tiga.

Ingin rasanya Sehun memarahi Jongdae dan dewan direksi karena membuatnya mengabaikan Soeun, tapi ia bekerja pada perusahaan istrinya karena Soohyun belum mau mengambil alih. Ketika Sehun tiba sudah ada kedua orang tua nya, ayah mertuanya serta Soohyun, Yohan dan Jiwon.

"Sehun-ah, Soeun sudah menunggumu didalam. Dia bersikukuh minta kau yang menemani,"

Sehun segera mengangguk dan memakai jubah medis berwarna hijau untuk menjaga kesterilan didalam ruangan bersalin. Dilihatnya Soeun dibantu perawat dan dokter tengah berjuang.

"Sehun oppa! Auh sangat sakit,"

"Soeun-ie, kau bisa. Tuhan, tolong pindahkan rasa sakit Soeun padaku, aku tidak bisa melihat Soeun kesakitan." Sehun mengusap pipi istrinya yang berlinang air mata.

"Oppa, berjanjilah kau akan menyayangi dia. Tolong beritahu dia kalau aku sangat mencintainya." Soeun menggenggam erat tangan Sehun.

"Apa maksudmu? Kau harus mengatakan itu sendiri, Soeun-ie kita harus membesarkannya berdua!" Pinta Sehun merasa gelisah dengan ucapan istrinya.

Soeun yang sudah merasa lelah dan tidak kuat serta Sehun yang gelisah dengan batin berkecamuk. Hingga terdengar suara tangisan bayi.

"Selamat, bayi perempuan nyonya Kim dan tuan Oh sehat tidak kurang suatu apa." Dokter memberikan bayi mungil itu kedalam dekapan Soeun dan Sehun.

"Soeun-ie, gomawo, gomawo yeobo." Sehun mengecup kening Soeun dan bayi mereka bergantian.

"Oppa, aku lelah. Aku mau tidur sebentar ya?" Bisik Soeun usai bayinya dibawa perawat untuk dibersihkan.

"Mwo? Soeun, Soeun-ie!" Seru Sehun takut terjadi sesuatu dengan istrinya. Kebahagiaan mereka yang kedua baru saja terjadi, Sehun takut kehilangan Soeun. Ia tidak bisa merawat bayi nya sendirian.

"Dokter, tolong bangunkan istriku. Aku takut terjadi sesuatu padanya!"

"Tuan, silahkan keluar kami akan berusaha membangunkan nyonya Kim."

**

Bayi sepuluh bulan berkulit putih dengan hidung mancung yang mewarisi ayahnya itu terlihat menguap pertanda mulai mengantuk. Sehun menepuk pelan paha bayinya agar semakin lelap.

Meski terlihat jika wajahnya yang lebih mendominasi, namun mata Soeun tercetak dengan jelas di wajah Seeun. Bayi cantik Sehun dan Soeun.

"Seeun-ah, bagaimana bisa kau menggemaskan seperti ini! Appa mau menggigit pipimu boleh tidak?" Tanya Sehun pada Seeun yang tertidur.

"Oppa! Sudah kubilang jangan sering cium pipinya," Soeun menepuk pelan bahu Sehun. Seeun yang belum sepenuhnya terlelap segera terbangun usai mendengar suara ibunya.

"Soeun-ie, lihat bayi kita yang cantik jadi menangis," keluh Sehun mengusap wajah Seeun.

Soeun segera menggendong Seeun dan menyusuinya. Barangkali dengan begitu maka bayi mereka akan tertidur lagi. Baru setengah jam usai Seeun tertidur dan Soeun ingin membersihkan rumah namun karena ulah Sehun ia terpaksa menghentikan kegiatan nya berbersih.

One night with the CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang