bab 4

393 50 17
                                    

Jemari lentik itu masih asik mencoret kata demi kata yang menurutnya tidak sesuai. Sesekali jemarinya membetulkan letak kacamata yang menggantung di pangkal hidung.

"Aku yang sudah mulai hilang pendengaran atau kau yang masuk tanpa permisi... Jonghyeop-ssi?" Tanya Soeun enggan melepaskan pandangan nya dari lembaran kertas yang menurutnya menyebalkan.

Namja yang membawa cup kopi dengan roti isi memamerkan barisan gigi nya yang rapi dan putih. Matanya seperti bulan sabit tiap dia tersenyum.

"Mianhamnida Kim bujang, seharian ini anda tak keluar dari sini bahkan tak ikut makan siang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mianhamnida Kim bujang, seharian ini anda tak keluar dari sini bahkan tak ikut makan siang. Jadi saya membawakan strawberry latte dengan roti isi tanpa timun yang Kim bujang suka."

"Aku tidak minta tolong untuk dibelikan, tapi terimakasih. Ada yang bisa kubantu?" Tanya Soeun mendongakkan kepala nya untuk menatap pegawai yang baru bekerja setahun belakangan dibawah divisi nya.

"Ah itu, sebenarnya saya ingin menanyakan sesuatu tapi tidak jadi. Semoga Kim bujang menikmatinya, saya permisi."

"Sudah jam berapa ini? Pantas saja aku sudah merasa lapar. Apa kau juga lapar? Roti isi sepertinya lumayan mengganjal. Nanti malam kita makan apa ya?" Soeun bermonolog ria sembari membuka bungkus roti isi yang dibelikan Jonghyeop. Dilihatnya jam yang sudah menunjukkan pukul dua siang, jam makan sudah lewat dari tadi. Karena berkas-berkas yang ada dihadapannya ia sampai melewatkan makan siang.

Sudah hampir dua minggu usai pertemuannya dengan Oh Sehun, pria itu bagai menghilang ditelan bumi karena melakukan perjalanan dinas ke luar negeri. Entah Amerika, Australia atau dimana pun. Pria yang menagih pertanggung jawaban darinya itu bak menghilang usai mengetahui Soeun tengah mengandung.

"Apa aku seharusnya jujur saja ya, waktu itu?" Batin Soeun mengetukkan ujung pulpen nya pada meja.

Ketika memikirkan Sehun, Soohyun terlintas begitu saja di pikirannya. Jiwon sudah memintanya untuk berterus terang pada Soohyun. Pikirannya berkecamuk dengan berbagai reaksi yang akan diberikan Soohyun jika ia berterus terang.

"Kau gila? Menghabiskan satu malam dengan pria yang tak kau kenal dan mabuk?"

"Aku tahu kau akan begini. Aku tak sudi jadi kakakmu lagi. Jiwon, hanya kau adik yang aku punya. Ayo pergi dari sini."

"Kim Soeun! Aku adalah oppa yang gagal. Bunuh saja aku daripada merasa seperti ini. Melindungi adikku sendiri saja aku tak bisa. Kim Soeun, tolong bunuh aku saja."

Soeun mengibaskan kedua tangan nya diudara untuk menghapus khayalan yang dibuatnya mengenai reaksi Soohyun.

"Astaga aku yang gila kalau seperti ini."

***

"Sebuah kehormatan bekerja sama dengan anda, saya harap kedepannya kita akan sukses."

"Terimakasih atas kepercayaan anda, saya harap kerja sama kita berjalan dengan baik."

One night with the CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang