bab 6

404 46 20
                                    

⚠️ Part ini bakal banyak HunSso nya. Jadi yaa baca aja deh yaa eheh⚠️

Kelinci kecil berbulu putih bersih itu terus berlari. Mencari sela-sela akar pepohonan untuk bersembunyi. Keempat kaki kecil nya terasa sangat lelah. Suara geraman itu persis ada di belakang nya!

"Yahk! Kita sama-sama pemakan tumbuhan! Kau rusa dan aku kelinci. Kenapa kau mau menerkamku?!" Teriak si kelinci pada rusa yang berukuran sepuluh kali lipat lebih besar dari ukuran tubuhnya.

Si kelinci yang masih memejamkan mata itu membuka sebelah matanya lamat-lamat karena mendengar si rusa tertawa.

"Kau bodoh? Rusa itu omnivora!" Balas si rusa yang tiba-tiba saja berubah menjadi seorang namja namun tanduknya masih setia bertengger di kepala.

"Se-Sehun-nim?" Kaki yang berubah menjadi sepasang tangan itu mengucek mata berulang kali tak percaya dengan penglihatannya. Bukankah ia seekor kelinci tadi? Tiba-tiba saja kenapa kaki nya sudah menjadi sepasang tangan? Bahkan ia memakai gaun selutut berwarna putih. Senada dengan pakaian yang dipakai Sehun didepannya.

"Soeun-ie, kau melupakanku?" Sehun, pria dengan tanduk rusa itu perlahan mendekati Soeun dan mengusap air mata yang menetes di pipinya. Soeun menatap kedua tangan Sehun yang bebas dari belenggu gips akibat menahan tubuhnya.

"Aku.. air mataku tidak bisa berhenti. Wae? Kenapa aku menangis? Sehun-nim, apa yang terjadi denganku?" Wanita hanya diam ketika jemari Sehun mengusap air matanya dan merengkuh tubuh kecil Soeun kedalam pelukan namja itu.

"Gwenchana, kau bisa menangis semaumu. Gwenchana, aku ada disini. Soeun-ie, meski aku sedih kau melupakanku, setidaknya kau tidak menolak pelukan dariku dan dia." Bisik Sehun masih memeluk Soeun.

Perlahan kedua tangan Soeun naik dan membalas pelukan Sehun. Rasanya hangat dan nyaman. Sesuatu yang pernah ia rasakan sebelumnya. Tapi.. Soeun tak bisa ingat kapan ia mendapat pelukan seperti ini.

Cahaya putih itu tiba-tiba saja menghampiri keduanya yang masih saling memeluk. Soeun yang merasakan perutnya mual segera membuka mata. Disingkirkannya selimut yang menutupi tubuh dan bangkit dari tidur.

Dengan tingkat kesadaran yang belum penuh, Soeun meraba-raba dinding dan menemukan kamar mandi. Mual yang tak tertahankan membuatnya segera memuntahkan isi perut nya begitu saja kedalam kloset duduk. Tubuhnya terasa lemas hingga merosot terduduk didepan kloset. Dengan bantuan Jiwon yang memijat lehernya, Soeun merasa lega karena kegiatan muntah nya segera selesai.

"Gomawo Jiwon-ah, aigoo tumben sekali kau terbangun. Suaraku terlalu kencang... ya?" Soeun terkejut karena bukan Jiwon yang membantunya melainkan Sehun.

"Maaf, aku bukan Jiwon. Masih mual? Akan ku buatkan teh hangat dulu," Sehun memeriksa kondisi Soeun lebih dulu lalu segera keluar dan membuatkan teh hangat.

"Astaga, memalukan! Yahk Kim Soeun, tak cukup kah sekali kau muntah didepannya?" Soeun memukul kepalanya berulang kali lalu tersadar mengapa ia bisa berada disini.

Usai membasuh wajahnya, Soeun berjalan pelan menuju ruang makan yang terhubung dengan pantry dimana Sehun tengah kesulitan menuangkan teh untuk Soeun.

"Biar saya saja," segera diraih Soeun termos kecil berisikan air panas yang dibawa Sehun.

"Ah, maaf malah Kim bujang yang membuatnya sendiri." Sehun mengusap tengkuknya yang tak gatal. Keduanya saat ini tengah duduk berhadapan di meja makan milik Sehun.

"Animida. Chogi, maaf kenapa aku bisa berada disini?" Soeun bertanya dengan suara lirih, jujur ia tak ingat kenapa bisa berakhir disini.

Flashback.

One night with the CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang