bab 1

1.2K 61 24
                                    

Kicau burung mengiringi sinar mentari yang menerobos masuk melalui jendela dengan tirai yang terbuka. Wanita itu menggeliat pelan seraya membetulkan letak bantal yang ia gunakan sebagai penyangga kepala. Selimut tebal itu tak menutupi penuh tubuhnya sehingga bahu yang putih dan halus itu terlihat dengan jelas.

Entah kenapa pagi ini ia merasa segar seolah beban yang menderanya terangkat semua. Matanya terbuka dengan samar. Suara gesekan sprei dengan selimut di sisi lain ranjang membuatnya menoleh. Seorang pria tanpa busana tengah menggeliat sembari membetulkan selimut.

Seorang pria tidur tanpa busana di sebelahnya. Apa?! Seorang pria tengah terpejam tanpa pakaian di sebelahnya?! Sontak ia langsung berteriak dan pingsan melihat pemandangan asing didepannya.

- Dua hari sebelumnya -

Berbakat, pandai dan memiliki paras menawan membuat wanita yang menjabat sebagai kepala manajer itu di usia dua puluh lima tahun itu membuat beberapa karyawan terbagi kedalam dua kubu. Kubu pertama berisikan para karyawan yang mengaguminya dan kubu kedua berisi karyawan lain yang menyimpan rasa iri padanya. Bagaimana tidak? Hidup wanita itu sangat sempurna, punya jabatan yang dapat dibanggakan di usianya, dikagumi pria maupun wanita serta sering mendapat acungan jempol karena kepiawaian nya dalam bekerja. Rambut panjang yang terurai indah serta pakaian modis menjadi ciri khas wanita itu.

Kekasih? Tentu saja dia punya! Walaupun tak ada yang mengetahui hubungannya dengan sang kekasih karena ia merasa tak perlu mempublikasikan hubungannya. Seperti saat ini keduanya tengah duduk saling berhadapan di kafe kesukaan mereka saat jam makan siang.

"heeojija, uri..." Ucapan yang tak terduga membuat wanita itu tersedak ketika meminum lemon tea nya.

"Kenapa? Ada apa denganmu?" Wanita itu meletakkan gelas yang diminumnya keatas meja. Kedua alisnya mengernyit tak mengerti dengan kalimat yang baru saja dilontarkan sang kekasih.

"Aku tidak mau punya kekasih dengan jabatan lebih tinggi daripada aku. Kau tidak sadar betapa tertekannya aku setiap kali kau membicarakan kemampuanmu, hah? Soeun-ssi, awalnya aku merasa bangga berpacaran denganmu. Tapi lama-lama aku muak setiap kali mendengar suaramu. Lagipula kenapa orang lain tidak perlu tahu hubungan kita?"

"Geure. Kalau itu maumu mari kita putus saja, Hakyeon-ssi." Singkat, wanita bernama Kim Soeun itu menatap datar pria yang kini berstatus mantan didepannya.

"Sudah kuduga. Kau juga tak pernah suka atau bahkan mencintaiku."

"Cinta ya? Kau sendiri mencintaiku?" Soeun mengusap sisi gelas lemon tea itu dengan tatapan kosong.

"Aku pernah mencintaimu. Tapi sekarang aku akan mencintai wanita yang menghormatiku."

"Baiklah. Semoga kau bahagia dengannya."

"Soeun-ssi, setelah ini bahagialah. Aku mendoakan kebahagian untukmu. Anyyeong." Hakyeon bangkit dari duduknya lalu mengusap bahu mantan kekasihnya sebelum keluar meninggalkan kafe.

"Sial! Kalau mau putus langsung bilang saja. Tak perlu bicara omong kosong tentang cinta! Astaga aku mengumpat lagi," keluh Soeun menutup mulutnya.

Getaran ponsel pertanda pesan yang masuk membuat Soeun cepat-cepat menghabiskan lemon tea nya.

**
Perkenalan singkat CEO baru di perusahaan Soeun bekerja diakhiri dengan jabat tangan dengan para manajer dan direktur yang hadir. CEO baru itu masih muda, tiga puluh tahun namun sudah berhasil masuk ke jajaran sepuluh CEO muda dan berhasil di Korea Selatan. Bahkan nama dan wajah nya sering menghiasi beberapa sampul serta laman majalah ternama. Pria berwajah dingin dengan rahang tegas yang digandrungi banyak wanita.

Menduduki kursi perusahaan warisan keluarga tak membuatnya lupa diri. Justru dirinya merangkak dari kursi karyawan hingga berhasil sampai di titik setinggi ini. Tentu saja membuatnya merasa bangga.

One night with the CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang