Dengan cepat Sehun menekan beberapa digit kode pintu apartemennya.
"Kenapa?" Tanya Sehun karena Soeun tak segera masuk kedalam apartemen. Wanita itu tak bergeming walaupun Sehun memintanya untuk segera masuk."Josonghamnida Sehun-nim, apa saya tidak mengganggu? Mungkin nona Vivi kurang nyaman melihat wanita lain masuk kedalam apartemen anda." Jawab Soeun sedikit ragu. Teringat Sehun terus menyebutkan nama perempuan bernama Vivi yang sudah menunggu nya di apartemen.
Mendengar jawaban Soeun, pria berusia dua puluh sembilan tahun itu hanya tergelak.
"Aah, Vivi? Dia memang pemalu tapi kau harus bertemu dengannya." Sehun menggamit lengan Soeun dengan tangan kiri nya yang tidak terbalut gips.
Soeun terdiam didepan pintu yang sudah tertutup. Ia tak menyangka pria sesibuk Sehun memiliki hewan peliharaan dirumahnya. Semula ia kira Vivi adalah wanita yang tinggal di apartemen pria itu. Ternyata Vivi adalah anjing berjenis Bichon Frisé dan berkelamin jantan.
"Aigoo, Vivi kau tak boleh menyapanya seperti itu. Lagipula dia akan membawakanmu teman baru," bisik Sehun di akhir kalimatnya. Vivi yang semula aktif berlari dan terus menyalak segera diam seolah mengerti apa yang dikatakan Sehun.
"Waeyo?" Tanya Soeun karena Sehun berbisik pada anjing nya.
"Aniyo, aku hanya menyuruhnya memberikan salam dengan benar. Soeun-nim, mau menyentuh Vivi?" Sehun mengangkat anjing itu dan sesekali menciumnya.
"Ah, saya akan cuci tangan terlebih dahulu." Soeun melangkah menuju wastafel di sebelah pantry.
"Vivi-ssi, senang berkenalan dengamu." Soeun membelai kepala anjing itu.
"Maaf Soeun-nim, ah bolehkah aku memanggilmu begitu?" Anggukan bentuk persetujuan dari Soeun membuat Sehun melanjutkan kalimatnya.
"Tentang pertanggung jawaban yang kuminta tempo hari. Bagaimana?"
"Mwo?"
"Aku yakin bayi itu milikku, maksudku aku ayahnya. Lagipula kau sudah putus dari Cha manajer dan setelah kuhitung itu harusnya sesuai dengan hari dimana kita melakukannya. Aku juga akan bertanggung jawab, kalau perlu aku akan menemui Jinkyung ahjumma saat ini juga." Entah apakah darahnya berkumpul di wajah, pipi Sehun seakan memakai perona pipi. Sepertinya pria ini tengah malu sekarang.
"Anda menyelidiki saya? Jinkyung ahjumma?" Tanya Soeun datar. Intonasi wanita itu berubah menjadi dingin. Sehun tidak menyukainya.
"Ah bukan, maksudku.. maaf aku melakukannya karena ingin meyakinkanmu kalau bayi itu milikku. Waeyo? Aku sering bertemu ibumu saat main kerumahmu dulu. Kau tidak ingat karena kau pernah mengalami amnesia."
"Sehun-nim, saya rasa anda terlalu jauh. Saya sangat tidak suka diselidiki seperti penjahat. Asal Sehun-nim perlu tahu, anda tidak perlu bertindak sejauh ini. Kalau anda mau bertanggung jawab cari saja wanita lain. Kalau perlu datangi saja rumah bordil, ada banyak wanita yang membutuhkan pertanggung jawaban. Saya pergi." Soeun bangkit dari sofa yang ia duduki untuk pergi.
"Kim Soeun, kau sangat keterlaluan. Kau menganggap dirimu salah satu dari mereka? Aku hanya ingin kita bertanggung jawab satu sama lain." Balas Sehun memyeringai tak terima dengan pernyataan Soeun.
"Saya sudah katakan berulang kali bahwa tidak butuh pertanggung jawaban dari anda. Lalu satu lagi, bayi ini milik saya, Bukan milik anda."
"Astaga, Soeun dan harga dirinya yang tinggi. Waktu kecil dulu dia sangat manis dan menyenangkan. Soeun, kau melupakan segalanya bahkan janji kita." Sehun membuang pandangannya kearah foto dengan bingkai berwarna putih. Foto tiga anak kecil yang tertawa memamerkan barisan gigi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
One night with the CEO
FanfictionPatah hati karena dicampakkan calon suaminya, Kim Soeun menghabiskan malam dengan seorang pria tampan. Ternyata dia bukan pria biasa melainkan CEO di perusahaan tempatnya bekerja! Ini berkah atau apa?