bab 8

339 41 21
                                    

Jinkyung menatap keduanya dengan pandangan penuh selidik. Wanita berusia lima puluh dua tahun itu tak habis pikir dengan ucapan Sehun tadi mengenai ia akan memaki pria itu jika tahu siapa wanita yang disukainya. Ia tahu Soeun sangat menyukai Sehun. Tapi itu dulu, sebelum kecelakaan membuat separuh memori nya hilang.

"Ahjumma, anda bisa memaki ku atau apapun yang membuat ahjumma lega. Tapi tolong jangan maki Soeun,"

"Oh Sehun andai aku tidak masuk kedalam kamar apa yang akan kau lakukan? Aigoo,"

Soeun menoleh kearah Sehun. Ia pikir ibunya sudah tahu perkara ia mengandung anak sahabat kakaknya. Sehun hanya menggeleng kecil sambil membisikkan kata 'gwenchana'.

"Ahjumma, maaf. Tapi wanita yang aku sukai adalah Soeun."

"Sehun, ahjumma tidak akan memakimu karena menyukai Soeun. Tapi,"

Keduanya segera menatap Jinkyung penasaran dengan kalimat selanjutnya.

"Tapi jangan mencuri ciuman dari wanita seperti itu. Rasanya tidak menyenangkan," gurau Jinkyung malu.

"Mwo?" Soeun menoleh kearah Sehun yang memerah wajahnya.

"Ahjumma, kalau begitu aku boleh mengencani nya?"

"Tentu saja! Kalau perlu kau boleh menikahi Soeun. Tolong bawa dia kerumah mu. Aku tidak tahan dengan wajah cemberutnya itu," bisik Jinkyung.

"Eomma!"

"Wae? Kau selalu cemberut jika berada disini." Bela Jinkyung.

"Sudah, ayo makan. Bibi Nam sudah menyiapkan makan dari tadi."

**

"Apa? Mau bilang apa? Sehun-nim tidak betah dirumah sendiri, ya?"

Sehun menepuk sisi bangku yang kosong. Pemandangan malam berisikan bintang-bintang akan terasa hampa jika dilihat sendirian.

"Kenapa? Aku suka disini. Soalnya ada ttalgi," Sehun menyentuh perut Soeun dengan telunjuk nya. Perut Soeun terasa lebih berisi karena adanya ttalgi.

"Jangan menyebut ttalgi dengan santai, dong! Bagaimana jika eomma tahu?" Soeun menutup mulut Sehun lalu menoleh ke sekeliling.

"Kenapa tidak kita katakan saja pada ahjumma? Bukannya lebih lega?" Sehun menurunkan telapak tangan Soeun.

"Aku akan pergi setelah resign."

"Kau selalu mengatakan pergi, pergi dan pergi. Kau yakin bisa membesarkannya dengan sendirian? Aku ada disini. Aku ayahnya dan masih sehat, masih bisa menghidupinya. Setidaknya biarkan aku ikut merawatnya. Jangan menghilang." Sehun merasa kecewa dengan jawaban Soeun. Bukan jawaban ini yang ia inginkan.

"Sehun-nim sudah memiliki tunangan lalu aku dan ttalgi hanya bisa melihat kalian. Itu.. itu..."

"Kau tidak suka? Kau cemburu!" Seru Sehun.

"Anniyo, aku tidak cemburu. Hanya kurang suka."

Ingin rasanya Sehun memeluk Soeun karena rasa cemburunya. Rasa cemburu yang pernah ia dapatkan dulu.

Flashback.

Soeun remaja membanting tas nya diatas kasur milik Soohyun sehingga beberapa cokelat, bunga dan permen keluar berhamburan.

"Yahk, kau kenapa lagi?" Tanya Soohyun melihat adiknya dengan raut wajah kusut.

"Dia penyebabnya." Telunjuk Soeun mengarah pada pria yang tengah duduk menyelesaikan pr nya."

"Mwo? Kenapa Sehun?"

"Lihat saja isi tas nya."

Soohyun segera membuka tas milik Sehun yang berisikan kumpulan surat, cokelat dan bunga.

One night with the CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang