bab 7

354 42 29
                                    

Bis mini berwarna putih yang memuat dua belas orang itu melaju menembus kemacetan jalanan Seoul di akhir pekan. Berbagai lagu diputar demi memeriahkan perjalanan yang membawa mereka menuju pulau Nami. Hadiah liburan akhir pekan dari direktur mereka karena divisi yang dibawahi Soeun berperan besar dalam memenangkan tender.

Soeun tersenyum sesekali melihat karyawan lain yang tertawa atau sedang bernyanyi. Yena, adik mantan kekasih nya tengah menyanyikan sebuah lagu duet bersama rekan kerjanya yang lain.

Meski desas-desus tentang hubungan dirinya dan Sehun belum mereda, ia memutuskan untuk tetap ikut liburan akhir pekan bersama karyawan yang lain. Ia akrab dan tahu nama setiap karyawan, itulah yang disukai karyawan lain dari Soeun. Meski jabatannya tinggi dan kaya, wanita itu tak segan bergaul dengan karyawan lain yang lebih rendah jabatannya.

"Kim bujang, mau menyanyikan sebuah lagu?" Yena menawarkan mic pada Soeun.

"Aniyo, aku merasa sedikit pusing." Tolak Soeun malu. Sebenernya Soeun menolak bukan karena pusing. Melainkan pandangan Oh Sehun yang seolah hendak merobeknya menjadi dua bagian. Pria itu terus menoleh kearahnya.

"Kim bujang, semoga rasa pusing mu berkurang." Jongyeop menyodorkan permen lolipop kecil. 

"Ini bisa meredakan pusing?" Tanya Yena melihat lolipop itu.

Anggukan Jongyeop membuat Soeun membuka bungkus lolipop itu dan mencoba memakannya.

"Hmm, ini enak. Jongyeop-nim, kau benar. Aku tidak merasa pusing lagi, gomawo. Kim bujang aku minta ya? Kepalaku sangat pusing." Ucap Sehun merebut lolipop yang hendak dimakan Soeun.

"Ah, ye. Silahkan." Balas Soeun dengan kikuk.

**

Dibantu karyawan wanita yang lain Soeun dan Yena menyiapkan beberapa makan siang mereka yang sengaja dibawa dari Seoul. Beberapa soju yang terjajar membuat Soeun hampir mengeluarkan air liur. Karena sudah lama ia tak meneguknya. Kehamilan yang memasuki trimester pertama membuatnya tak bisa mencicipi soju dan minuman bersoda lainnya.

Tarikan kecil pada ujung gaun yang dipakai Soeun membuat wanita itu menoleh. Seorang anak kecil dengan topi yang kebesaran itu membawa sebuah susu kotak dengan rasa stroberi di tangan yang satunya.

"Chogi, imo.. ini untukmu."

"Dari siapa?" Tanya Soeun merendahkan tubuhnya agar sejajar dengan anak kecil bergaun motif bunga itu.

"Dari paman yang disana. Katanya paman minta maaf karena membuat imo hanya bisa minum susu stroberi ini." Tanpa Soeun cari tahu, wanita itu sudah yakin siapa yang menyuruh anak kecil ini memberikan susu untuknya.

"Geure? Aigoo gomawo. Ah sayang sekali aku tidak punya permen untuk diberikan padamu," keluh Soeun mengusap kepala yang terhalang topi.

"Kim bujang sangat cantik." Sehun segera menoleh mendengar celetukan Jongyeop.

"Siapapun pria yang memiliki hatinya sangat beruntung. Aku ingin menjadi pria beruntung itu,"

"Apa maksudmu? Soeun bukan tipe wanita yang seperti itu. Diajak berkencan tiga bulan saja dia pasti mau ditiduri." Tukas Kangjoon datang diantara mereka.

"Kangjoon-nim, kenapa berbicara seperti itu terhadap Kim bujang?"

"Aku kan sudah berteman dengannya selama sepuluh tahun. Jadi aku tahu betul dia wanita seperti apa. Jongyeop-nim, kusarankan cari saja wanita lain yang lebih baik. Lagipula diluar sana banyak yang lebih baik dan lebih bagus tubuhnya dibanding Kim bujang."

"Kangjoon-nim, anda keterlaluan. Bagaimana bisa seorang teman berbicara seperti ini?" Sela Jongyeop sebelum Sehun melayangkan pukulannya ke mulut Kangjoon.

One night with the CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang