bab 10

340 36 13
                                    

Memiliki predikat baru sebagai istri direktur tak membuat Soeun lupa akan fugas dan pekerjaannya. Wanita itu masih aktif berkarir walaupun suara-suara berisik terus mengganggu indera pendengarannya. Perutnya yang sudah membesar membuat rumor jika ia hamil diluar pernikahan terbukti. Soeun tak ambil pusing karena ia memutuskan untuk tidak peduli dengan gunjingan itu. Menurutnya yang terpenting adalah kinerja selama ia masih bekerja di perusahaan.

Sehun pernah memintanya untuk berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga, menunggu pria itu pulang dan menjaga anak mereka dirumah. Namun Soeun yang dasarnya suka bekerja menolak permintaan Sehun karena ia masih suka dengan dunia karir yang telah ia tekuni beberapa tahun terakhir. Sehun yang memahami keinginan Soeun hanya dapat mengiyakan namun meminta Soeun untuk tetap memprioritaskan kebahagiaan dirinya dan calon buah hati mereka. Apapun yang membuat Soeun bahagia maka Sehun akan dukung.

Bekerja pada perusahaan yang sama, ruangan yang hampir berdekatan tak membuat keduanya kerap bertemu atau berpapasan karena jam kerja yang padat. Jika Soeun sedang makan siang bersama Jiwon di kantin perusahaan, maka Sehun sedang rapat diluar sekaligus makan siang. Keduanya sangat jarang makan siang bersama. Mungkin bisa dihitung dengan jari termasuk makan siang dalam rangka rapat dimana Soeun bersama karyawan yang lain juga ikut serta.

Keduanya akan pulang bersama, dan Soeun menyiapkan makan malam untuk Sehun. Dan keesokan paginya Soeun menyiapkan pakaian kerja dan sarapan untuk Sehun lalu berangkat bersama ke kantor. Setiap harinya, kegiatan itu akan terus berulang. Kegiatan yang Soeun impikan disaat masa remaja dulu bersama Sehun. Impian yang kini menjadi kenyataan.

Kendati Soeun sering merasa bersalah karena tak bisa meluangkan waktu berdua dengan Sehun, suaminya tetap mendukung dirinya. Soeun bersyukur memiliki Sehun disisinya. Suami yang baik, pengertian dan mendukung Soeun. Sehun juga selalu mengutamakan kebahagiaan Soeun. Itu menjadi daya tarik nomor satu menurut Soeun dari suaminya.

Sudah satu bulan mereka tinggal di rumah baru, bukan apartemen milik Sehun karena Soeun menginginkan sebuah rumah dengan pekarangan yang agak luas untuk bermain anak-anak mereka kelak. Rumah dengan gaya moderen yang diinginkan Soeun dan Sehun karena menurut mereka lebih sederhana dan indah. Dan tentu nya hasil dari tabungan mereka berdua.

Hampir seminggu ini Soeun berangkat dan pulang bekerja diantar oleh supir karena Sehun harus menghadiri acara peresmian perusahaan nya yang lain di London, Inggris. Perbedaan waktu juga menjadi salah satu kendala mereka dalam berkomunikasi. Jika waktu menunjukkan pukul sepuluh malam ketika Soeun tidur maka Sehun tengah beristirahat di sore hari dan pria itu tak akan menelepon istrinya karena takut Soeun terjaga sepanjang malam dan kelelahan. Beruntung ada beberapa pelayan yang ditugaskan dirumah dan Jiwon dengan senang hati menemani Soeun.

"Hyung, jangan cemberut begitu dong wajahmu itu." Cibir Sehun melihat Jongdae yang tengah membaca jadwal Sehun hari ini.

"Makanya jangan rubah jadwal seenaknya! Kau pikir mudah menentukan jadwalmu dengan orang lain?" Balas Jongdae gemas dengan sikap Sehun yang masih semena-mena padanya.

"Hyung, kau kan sudah terbiasa? Lagipula hyung akan menemaniku seumur hidup, tidak ingat?" Jongdae rasanya ingin mendorong Sehun saja dari lantai empat puluh dua, kamar hotel yang mereka tempati saat ini. Namun mengingat dia sendiri yang bersumpah akan menemani Sehun seumur hidup karena berhasil mendapatkan hati Soeun, terpaksa Jongdae mengurungkan niatnya.

"Aduh aku kangen sekali dengan Soeun. Pasti sekarang dia sedang tidur. Soeunku, ttalgiku, aku merindukan mereka. Hyung, bisa buat kegiatanku selesai hari ini tidak? Rasanya aku sudah hampa tidak melihat istriku lima hari ini." Sehun mengusap layar ponsel yang terpampang wajah cantik istrinya.

"Bisa diam tidak? Aku sedang mengusahakan agar kau bisa pulang lusa." Jongdae hampir saja memukul kepala Sehun dengan tablet karena tak tahan mendengar keluhan pria yang lebih muda satu tahun dibawahnya.

One night with the CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang