"Nih," ujar Rangga memberikan ponsel Aqeela.
"Kenapa udah lo kasih? biasanya kan agak lama?" tanya Aqeela heran seraya melihat-lihat hpnya.
"Gimana gue mau pegang lebih lama lagi, Rayan cowo lo aja nelpon terus."
Aqeela terkejut mendengarnya dan langsung membuka layar ponselnya. 43 panggilan langsung terlihat memenuhi layar.
Drtt.. drttt..
Ponsel di tangan Aqeela seketika bergetar dan nama Rayan tertera indah di layar sana. Panjang umur sekali dia, baru juga dibicarakan sudah nelpon saja. Aqeela memperlihatkan layar ponselnya ke Rangga, memberi tahu bahwa Rayan lah yang menelepon.
"Halo Qeel."
Suara Rayan terdengar. Aqeela diam tak menjawab sapaannya, Rangga yang melihat langsung mengambil hp itu dari tangan Aqeela seolah berkata biar 'gua aja.
"Hari ini lo gausah jemput Aqeela," ucap Rangga datar.
Rayan tersenyum kecut setelah mendengar suara Rangga dari nomer ini lagi. Apa hak dia tidak membolehkannya untuk menjemput Aqeela?
"Kalo gua tetap mau jemput Aqeela, lo mau apa?" ujar Rayan sedikit menantang. Rangga jadi kesal mendengar ucapan Rayan si anak keras kepala itu. Rangga pun memberikan hpnya kembali pada Aqeela.
Aqeela menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan. "Hallo Ray," sapanya lirih.
Sudut bibir Rayan perlahan mengembang, ini suara yang ia sangat tunggu-tunggu. "Aqeelaa, ko ke mana aja?"
"Gua khawatir sama lo Qeel, lo baik-baik aja kan?" tanya Rayen.
"Hm Ray... pagi ini lo gausah jemput gue dulu ya, gue lagi ga enak badan," jelas Aqeela.
"Lo sakit? sakit apa?"
"Gua ke sana sekarang ya," kata Rayen membuat Aqeela gelagapan panik mencari cara agar ia tak jadi ke mari.
"Ets Ray.."
"Lo jangan ke sini! Gue gamau lo bolos sekolah ya!" tegas Aqeela.
"Gua bakal izin nanti, yang penting sekarang gua temuin lo dulu," balas Rayen.
"Gue gamau tau ya ray, lo harus tetap sekolah. Gue cuma gak enak badan Ray, gue gak kenapa-napa. Lo bisa temuin gue nanti setelah pulang sekolah."
"Tapi-"
"Ga ada tapi-tapian Ray. Please, lo sekolah ya hari ini," mohon Aqeela.
"Ok, gua bakal sekolah hari ini karena permintaan lo. Lo jaga diri baik-baik ya."
"Iya Rayaann."
Aqeela pun menutup telponnya, hatinya terasa sangat lega. Aqeela mengalihkan pandangannya perlahan ke orang yang berdiri membisu di samping dia. Aqeela tersadar melihat diri Rangga.
"Loh Ranggaaa, kenapa lo belum siap-siap si?"
"Ini udah jam berapa? ntar lu telat lagi."
"Sana gih ganti baju lo, Ranggaa." Aqeela mencoba mendorong tubuh Rangga agar mulai bergerak.
"Gua gamau," balasnya singkat.
"Hah, lo gak mau pergi ke sekolah juga kaya Rayan tadi?"
Tanya Aqeela dengan muka lelahnya, dan Rangga mengangguk mengiyakan dengan santai. Aqeela Langsung membalikkan tubuh Rangga dan mendorong dia perlahan keluar kamar. Rangga yang merasa dipaksa, tidak mau bergerak sedikit pun. Dia menahan dirinya agar tetap kokoh, tapi Aqeela terus berusaha mendorong dan menarik lengannya ke arah tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Dan Takdir
Fiksi Remaja(DALAM TAHAP REVISI) Aqeela Yianqa tak bisa mengungkapkan perasaan karna penyakit yang ia derita. Rangga sepupunya dan Rayan, lelaki blasteran inggris selalu memberi cinta dan perlindungan untuknya. Sampai ketika, sebuah fakta mengejutkan terkuak, m...