Rangga memasukkan dua tas ransel ke bagasi belakang mobil, hari ini mereka akan mengikuti kemah yang diadakan oleh sekolah. Rangga berjalan mendekat dan tersenyum kala melihat Aqeela yang sedang berada diantara kedua orangtuanya.
"Jaga diri baik-baik disana ya sayang" ucap Syila yang sedang memeluk Qeela erat.
"Tenang mah, kalau ada Rangga Aqeela pasti aman"
"Iya iya papa tau, kamu pasti jaga dia" timpal Papa.
Dengan perasaan sedih Naya berjalan mendekat, "kakak" panggilnya lirih.
Aqeela berlutut menyamai tinggi tubuh Naya, namun Adik kecilnya ragu untuk berucap.
"Kenapa Nay?"
Naya sontak memeluk Aqeela "Naya bakal kangen sama kakak, kakak jangan lama disana ya, Naya ga punya teman main disini"
"Iya Naya, kalo udah selesai kemahnya, kak Qeela pasti langsung pulang ketemu kamu. Nanti Kaka bawain makanan kesukaan Naya deh, jangan sedih lagi ya" Naya mengangguk setuju.
"Ayo kalian berangkat, nanti telat lagi" ujar Papa.
Rangga membukakan pintu mobil untuk Aqeela, lalu dia pun menyusul masuk. Mereka berdua duduk di bangku belakang, karena mobil yang mereka gunakan untuk pergi adalah mobil grab.
"Dadah kakk!!"
Aqeela mendekat ke kaca mobil, sehingga jarak tubuh nya begitu dekat dengan Rangga.
"Dadah Nayaaa"
Lambaian tangan Naya pun perlahan hilang dari pandangan, "Lo masih mau say goodbye?"
"Hah?" Aqeela menoleh ke arah suara, dan Aqeela pun menyadari yang sedang terjadi. Dia telah mengikis jarak dengan Rangga, sampai-sampai wajah Rangga begitu dekat dengannya.
"Ya ampun sorry ga, gue gak sadar"
"Gapapa"
Aqeela langsung bergeser sekitar 15 cm ke kiri, dia langsung melihat ke arah luar jendela menahan rasa malunya.
***
(SMA DRIYAKARA)
Lapangan sekolah sudah dipenuhi dengan anak-anak yang akan pergi berkemah, beberapa bus juga sudah ada yang berangkat dan sisanya akan menyusul.
"Qeel.. duduk sini" pinta Rayan. Aqeela tersenyum dan ingin melangkah, namun tangannya tiba-tiba di tahan.
"Aqeela duduk sama gue, lo duduk sendiri aja" Rangga membawa Qeela ke bangku bus di bagian belakang. Rayan berdecak kesal dan segera bangun mengikuti mereka, Rayan duduk di bangku yang bersebrang-an dengan bangku Aqeela.
"Abaikan aja orang di samping lo"
"Selama kemah, Lo gak boleh jauh-jauh dari gue qeel"
"Lo harus disamping gue" Kata Rangga berturut-turut.
Aqeela menoleh mendengarnya, ia melihat Rangga yang masih fokus melihat ke depan. "Gue pasti bakal posesif kalo menyangkut kesehatan Lo" batin Rangga.
Di tengah perjalanan, Rayan dibuat panas dengan dua orang yang duduk disebelahnya. Apa apaan ini? seharusnya Rayan yang menjadi tempat bersandar Aqeela, bukan Rangga. Rangga mengelus rambutnya dan mencoba menenangkan tidurnya.
"Dasar modus" Cibir Rayan dari bangku sebrang.
"Ngapain pake elus-elus rambut?"
Rangga menoleh melihat sang pemilik suara. "Ck, Lo bisa diam ga si? jangan kaya bocah! Gak sepatutnya Lo cemburu, gue itu sepupunya"
"Sepupu sih sepupu, tapi lo perlakuin Aqeela kaya bukan sepupu" bantah Rayan.
"Terserah Lo aja mau bilang apa" tutur Rangga seraya memejamkan mata, membaringkan kepalanya ke kursi bus, tangannya masih dengan setia memegangi kepala qeela yang bersandar di bahu nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Dan Takdir
Fiksi Remaja(DALAM TAHAP REVISI) Aqeela Yianqa tak bisa mengungkapkan perasaan karna penyakit yang ia derita. Rangga sepupunya dan Rayan, lelaki blasteran inggris selalu memberi cinta dan perlindungan untuknya. Sampai ketika, sebuah fakta mengejutkan terkuak, m...