Sebuah Fakta

28 4 0
                                    

Rayan tak dapat menyusul Aqeela, ia hilang dari kejarannya. Rayan memilih kembali ke rumah dengan rasa bingung, dilihatnya Papa sedang berlutut memunguti butiran-butiran mutiara dari gelang Aqeela. Bahkan, Rayan melihat sebuah air mata jatuh ke pipi Papa.

"Dimana dia, nak?" tanya Papa.

"Rayan kehilangan jejaknya, Pah. Apa yang sebenarnya terjadi disini? Kenapa dia juga sebut Papa?"

"Nak, maafin Mama. Mama benar-benar minta maaf, ini semua salah Mama"

"Apa maksud ucapan Mama?" Hati Rayan terasa tidak enak, seperti akan ada fakta yang terungkap.

"Papa bukan ayah kandungmu," ucap Mama mengejutkan batin Rayan.

"Mama bilang apa sih?" Rayan berusaha tak percaya.

"Maaf nak"

"Mah, Mama sendiri yang bilang Papa sudah kembali! Papa yang sekarang berdiri dihadapan kita adalah Papa yang dulu pernah pergi ninggalin kita," jelas Rayan dengan suara yang bergetar. "Tapi Papa sekarang sudah sadar, sebab itu Papa ada disini kan, mah?" lanjut Rayan.

"Enggak nak, engga. Maafin mama, Mama sudah bohong banyak sama kamu"

Air mata terus berjatuhan di kedua pipi Yafa—Mama Rayan—yang menjelaskan bahwa dia adalah orang berbeda. Dia bukan Papa Rayan, dia orang yang Yafa temukan di rumah sakit 4 tahun lalu setelah koma selama 1 tahun karena sebuah kecelakaan. Yafa perawat disana yang membantu kesembuhannya sampai dia benar-benar pulih. Namun tak ada satupun hal yang bisa dia ingat, jadi Yafa memilih membawanya pulang saat itu. Dan untuk mensenyapkan gunjingan orang-orang, Qamsi dan Yafa terpaksa harus menikah.

"RAYAN BENCI KENYATAAN INI!"

"Rayan cape Mah, Rayan terima Mama walau Mama gak pernah punya waktu buat Rayan. Rayan berusaha untuk bisa bersikap baik dengan kalian yang tidak pernah ada untuk Rayan demi bisa merasakan hangatnya kebersamaan. Tapi Papa yang Rayan juga terima, ternyata malah menjadi luka untuk anak perempuannya. Perasaan Rayan juga jadi hancur Mah, Rayan udah gabisa jatuh hati lagi"

Rayan berlutut, pertahanannya runtuh. Seketika lututnya terasa kelu, Rayan bahkan menghindar ketika mama ingin memeluknya. Rayan hanya benci dengan takdir yang mengharuskannya terkait dengan hal yang juga menghancurkan Aqeela.

"Nak, maafkan Papa," pintanya berusaha mencegat Rayan yang ingin pergi.

Rayan segera bangun menghindar dari sentuhan Papa, ia meraih kunci motor berniat lari dari rumah dengan membawa fakta yang sangat menghancurkan hatinya.

Sebuah pesan muncul dari gadis yang telah Rangga khawatirkan sedari tadi. Hanya 2 pesan yang masuk, tentang suatu lokasi dan ketikannya yang meminta Rangga untuk segera datang kesana.

Rangga terkejut ketika sampai dihadapannya. Aqeela menatap Rangga dengan pipi yang sudah sangat basah bahkan bibir dan tangannya ikut gemetar. Tanpa pikir panjang Rangga langsung menariknya dalam pelukan, Rangga tak sanggup mendengar tangis yang kembali pecah dari Aqeela.

"Gue.."

"Gue sama Rayan saudara tiri, Ga" lirih Aqeela.

"Apa?" Rangga sangat terkejut.

"Memang sulit di percaya.. Tapi Papa beneran masih hidup, Papa Rayan itu Papa gue"

"Kenapa, Ga?"

"Kenapa papa lakuin ini?" Aqeela merintih menangisi kenyataan yang ada dihadapannya. Rangga hanya bisa memeluk erat gadis yang seketika rapuh itu.

"Papa ninggalin gue Ga, Papa jahat!"

Aqeela terus menangis, sampai nafasnya memburu tidak beraturan. Tiba-tiba rasa sesak menjalar di dada, dan kepalanya juga mulai semakin pusing.

"Ada gue disini Qeel, lo tenang dulu ya" Aqeela mengangguk berusaha diam menenangkan hati dan pikiran mengikuti ucapan Rangga.

Disisi lain, Rayan juga sama sedihnya. Ia menarik handle grip motor dengan kuat tanpa berpikir bahaya yang akan menimpa nyawanya sendiri. Bagi Rayan tak ada satupun yang bisa dipertahankan, ia terus melaju tanpa tau tujuan. Sampai pandangannya mengabur pun ia tetap terus stay dengan gas yang sangat full di jalan yang sudah sunyi karena hujan gerimis sedang turun melanda kota.

BRUKKK.

Di waktu yang bersamaan, Aqeela dan Rayan sama-sama ambruk. Aqeela pingsan tak sadarkan diri diatas pangkuan Rangga. Sementara Rayan, terbaring lemah dengan darah yang mengucur deras menuju pelipis kirinya. Kecelakaan tunggal telah terjadi pada Rayan, setelah sebelumnya ia terguling-guling cukup parah di atas aspal.

15.48

Dengan terburu-buru pihak rumah sakit membawa brankar dorong yang diatasnya terbaring remaja dengan wajah bersimbah darah. Saking terburunya pihak rumah sakit, brankar dorong yang di dorong dengan cepat menyusuri koridor hampir saja menabrak Wirdana dan Syila yang ingin menuju tempat administrasi pembayaran. Mereka berdua ada disini karena kondisi Aqeela yang tiba-tiba menurun.

"Maaf ya Pak, Bu," ucap perawat sembari membungkuk lalu lanjut mendorong.

Wirdana mengangguk dan kembali melangkah hingga seseorang menabrak lengan Syila dan kertas yang dipegangnya pun terjatuh.

Qamsi melangkah masuk menyusul Rayan yang sudah masuk ke dalam ruang ICU seraya merangkul istrinya. Tapi di pertengahan jalan, Qamsi tak sengaja menyenggol lengan orang lain karena ia sibuk berjalan sembari menenangkan istrinya.

Mata Syila bertemu dengan orang yang menyenggol lengannya, wajah adik iparnya itu masih sama seperti Qamsi yang dulu. Terlintas fakta yang anaknya—Rangga Abidhara—ucapkan bahwa Qamsi telah menikah kembali hingga membuat Aqeela sedih sampai berakhir di rumah sakit ini. Dengan segera Syila berjalan meninggalkan Qamsi yang mencoba berbicara dan menghentikannya.

"Siapa dia?" tanya Yafa—Mama Rayan.

Melihat Yafa yang sudah tak berdaya karena kabar kecelakaan anaknya, Qamsi memilih fokus untuk memerdulikan keadaan Rayan. Tanpa berpikir tujuan kedatangan Wirdana dan Syila ke rumah sakit itu.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rasa Dan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang