"Apa-apaan lo?"
Terik panas matahari tak cukup membakar amarah kedua lelaki yang kini memilih untuk berdebat. Pekarangan rumah tempat Aqeela tinggal yang sebelumnya damai berubah menjadi seperti suasana mencekam seperti kedatangan angin topan.
"Minggir, gua mau datengin Aqeela."
"Lo pulang aja," balas lelaki beralis tebal bernama Rangga dengan rahang tegasnya yang menambah ketampanannya.
"Siapa lo ngatur-ngatur? Aqeela di dalam kan? Gua mau temuin dia. Lo gausah bertingkah kaya orang yang sengaja ngehindarin Aqeela dari gua ya!" hardik cowo berkulit putih bernama Rayan dengan bentukan wajah bak oppa Korea.
"Berisik, lebih baik lo pulang!" Rangga menarik belakang baju Rayan yang sudah melangkah ingin masuk.
"Jangan sentuh baju gue!" Rayan menyibak lengan Rangga.
"Lo gak boleh masuk."
"Rangga, emang lo siapa hah? Emang rumah ini punya lo?" tukas Rayan dan melupakan sesuatu.
"Emang ini rumah gue," jawab Rangga datar.
Rayan rasanya ingin menonjok muka Rangga. Kenapa juga dia bisa salah ngomong dan melupakan bahwa Aqeela itu tinggalnya di rumah Rangga.
"Gue bakal tetap disini sampai Aqeela keluar ya Rangga!" teriak Rayan pada lelaki yang sedang berjalan menuju pintu rumah.
"Tunggu aja sampai hujan badai," balas Rangga.
"Kurang ajar lo!" Rayan berlari cepat dan langsung mengeksekusi Rangga dengan menjepit leher Rangga menggunakan ketiaknya.
"Lepasin gue, sial!"
***
Kenyamanan gadis berbaju hitam dengan beberapa alat gambar disekitarnya jadi terusik, gadis itu berjalan keluar kamar meninggalkan Naya—adiknya—yang sedang tertidur. Ia mencari sumber kegaduhan yang ia terasa amat dekat dengan telinganya.
"Non Qeela, mau kemana non?"
"Eh, bibi. Mau ke depan bi, kayanya ada yang lagi berantem," jawab Aqeela.
"Wah kalo gitu sama non, bibi juga mau liat siapa yang ribut siang hari gini," tambah bibi Reni.
Mereka bergegas menuju pintu dan suara perkelahian itu kian terdengar. Pintu depan terbuka memperlihatkan kedua laki-laki tampan yang biasanya selalu tampil menawan dan berwibawa di depan Aqeela. Kini hadir dengan sikap seperti itu di hadapannya. Rayan meneguk ludah. Tangannya langsung melepas jeratan di leher Rangga dan terdiam tak mengucapkan satu atau dua kata lagi. Sementara Rangga, hanya melihat datar saja ke Aqeela dan bibi berusaha kembali dengan wibawa kerennya.
"Kalian ngapain ih? Masa udah gede kelahi kaya gitu?" tanya Aqeela heran.
Aqeela merasa sangat bingung sekaligus ingin tertawa melihat kenyataan yang baru terjadi didepan matanya. Rayan dengan sifat recehnya itu berani sekali jepit leher Rangga, dan wajah Rangga yang kembali cool itu benar-benar membuat Aqeela akan tertawa.
"Gua gak dibolehin masuk sama Rangga Qeel, padahal kan gua cuma mau tau keadaan lo," tutur Rayen mendekat menghampiri Aqeela.
"Sepupu lo yang satu ini posesif banget jadi orang, masa tadi gua juga disuruh pulang," adunya. Rayan tiba-tiba berubah 90° saat Aqeela ada di dekatnya.
"Ck, lebay lo." Sinis Rangga sembari melangkah masuk melewati mereka bertiga. Bibi merasa canggung diantara dua anak muda di dekatnya, Bibi Reni pun permisi masuk dan kembali melanjutkan pekerjaan.
"Maafin Rangga ya Ray, dia emang suka gitu orangnya. Aslinya pasti dia cuma bercanda," ucap qeela menjelaskan. Rayen manggut-manggut mengiyakan.
"Lo kan juga tadi ngetekin dia, pasti dia marah sama lo, hayoo." Aqeela tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Dan Takdir
Teen Fiction(DALAM TAHAP REVISI) Aqeela Yianqa tak bisa mengungkapkan perasaan karna penyakit yang ia derita. Rangga sepupunya dan Rayan, lelaki blasteran inggris selalu memberi cinta dan perlindungan untuknya. Sampai ketika, sebuah fakta mengejutkan terkuak, m...