Gara-gara Mario bawa motor, Mika jadi sangat sering nebeng, kemana-mana pokoknya. Dia sangat memanfaatkan fasilitas Mario itu untuk sekedar mengantarnya membeli merk boba hits yang baru buka outlet, makanan viral seperti crofle, smoothies, cimol, cilok, pentol dan jajan lainnya. Minta anterin ke toko alat tulis pula buat beli persediaan buku sketsa. Minta anterin pulang ketika jadwal ekskul seni dan karate memang samaan. Pokoknya dia sangat memanfaatkan Mario yang sudah ngalahin abang ojol.
Toh walau pun bersungut-sungut, Mario tetap mengantar juga. Sebagai balasan dia akan ikutan jajan tapi gak bayar. Bodo, Mika kan uang jajannya besar sejak kecil, ya gak.
Pagi tadi pun, Mika mendadak minta dijemput untuk berangkat sekolah. Om Aska katanya sudah berangkat ke Jakarta sejak subuh. Dan Mika baru tahu. Alhasil dia meminta Mario menjemputnya. Seolah di dunia ini tidak ada teknologi bernama ojol.
Mario mau tidak mau mesti ambil arah memutar untuk ke rumah Mika dulu baru ke sekolah. Menyebalkan memang.
"Kan kagak tiap hari juga, A." Ujar Mika kala Mario mengomel.
Memang tidak tiap hari sih, hanya ketika Om Aska tidak bisa mengantar aja. Dan itu kira-kira bisa 2 sampai 3 kali dalam seminggu. Jangan tanya kalau pulang, hampir tiap kesempatan, kalau Mario tidak ada rapat-rapat tertentu, pasti Mika minta di antar. Kalau pulang oke lah, gak terburu-buru. Ini pas mau berangkat coba, Mario jadi mesti berangkat lebih nyubuh kalau gini caranya.
-
"Lo pulang sama Kak Mario hari ini?" Tanya Agnes, teman sekelas Mika yang duduk di bangku seberang.
Mika mengangguk, mengiyakan pertanyaan Agnes. Belum janjian pulang bareng sih, tapi hari ini A Iyo gak ada ekskul dan tadi kan dia berangkat bareng, pulang juga bareng dong harusnya.
"Enak banget sih, Lo. Tiap hari bisa liat Ka Mario dari dekat." Ujar Agnes.
"Emang kenapa? Lo pengen?"
"Pengen lah. Dia bias gue pas MOS tahu."
Heran, judes begitu dipilih aja. "Kenapa sih Lo naksir dia?"
Mika kepo sih. Habisnya diam-diam Mika juga banyak ditanyain teman-teman perempuannya apa hubungan dirinya dan Mario. Usut punya usut mereka ngefans sama Mario ternyata.
"Kakak sepupu Lo itu Mika, manis banget, pake nanya lagi Lo." Agnes berkata yakin sekali.
"Tapi kan dia judes."
"Itu tsundere namanya. Judes-judes gitu pas ngerawat peserta yang sakit perhatian banget tahu. Gue bilang gitu karena gue pernah. Sampe besoknya gue pura-pura sakit aja. Haha." Mika tidak tahu karena tidak satu kelompok MOS dengan Agnes. Ada-ada aja deh.
Yah memang sih. Judes begitu juga, Mario mau-mauan aja kalau Mika jajah. Tapi urusan medis itu, bukannya itu tugasnya ya. Bukan berarti perhatian.
"Dia punya cewek gak sih?"
Nah ini dia. Tiap ditanya begitu soal Mario, Mika gak tahu jawabannya. Dia ingat-ingat lagi, ternyata seumur-umur Mario gak pernah tuh curhat soal cewek padanya. Gak banyak curhat juga sih emang orangnya kalau gak dipancing. Selama ini kan Mika yang paling banyak ngoceh. Mario bagian yang pasang telinga aja, baru jawab kalau ditanya.
"Gatau gue. Privasi kali."
"Yah. Katanya dia deket sama Ka Revina. Lo tahu gak sih?"
Sekali-kalinya Mika pernah denger nama Revina disebut, pas nguping obrolan Mario dengan Alfin saban hari itu. Selebihnya gak pernah. Lagian Revina gitu lho. Masa iya sama Mario. Bukannya Revina gosipnya sama Ka Ken ya, mantan anak basket itu.
"Ya kali, Revina mau sama Mario." Ujar Mika skeptis.
"Lah kenapa enggak? Kaka Lo kece anjir, apalagi mereka satu ekskul kan."
Iya, juga sih. Tapi masa gitu? Lagian masa iya? Masa sih? Mario gak pernah cerita ah.
-
Gue tunggu di parkiran ya, A.
Mika mengirim chat kepada Mario, begitu KBM sudah usai. Belum di read, belum juga di balas. Memang begitu, Mario tipe yang jarang buka hape. Makanya lebih baik Mika langsung tunggu laki-laki itu di dekat parkiran aja. Nanti juga orangnya lewat.
Benar saja, sebelum sampai parkiran, Mika melihat sosok Mario di sana. Laki-laki itu melangkah tampak agak buru-buru.
Jangan bilang dia mau kabur, ninggalin gue.
Mika hendak memanjangkan langkah. Tapi urung, ketika dia melihat ada sosok perempuan di belakang Mario. Revina, tentu saja Mika tahu sosoknya. Siapa yang gak tahu. Kakak karate yang pas demo sesion masa MOS begitu mempesona. Berprestasi, punya banyak followers pula, julukannya kakak karate cantik.
Mika cuma bisa diam, memperhatikan dari kejauhan ketika Mario menyerahkan helm Mika pada perempuan itu. Lalu pergi dengan memboncengnya.
Oh jadi mereka beneran dekat, ya?
Mika ko, sedih.
Padahal Mario kan bisa bilang, kalau memang mau mengantar gebetannya. Ini chat dari Mika saja belum dibaca. Tega banget laki-laki itu. Kalau saja Mika gak lihat mereka, bisa-bisa dia menunggu kaya orang bego di depan parkiran sampai sore.
Lagian, ITU HELMNYA, YA! Enak aja. Gak pake ijin pula.
Mika mendengus. Mau tidak mau dia menginstal aplikasi ojek online. Lalu memesan layanan itu untuk pertama kalinya.
-
Mika pulang dengan muka cemberut.
Mama dan Zio juga baru sampai rumah, habis dari rumah bibit. Semenjak menikah dengan Papa, Mama memang sudah lama resign. Lalu memutuskan membuka rumah bibit, semacam forum bioteknologi, memberdayakan ibu-ibu rumah tangga agar lebih produktif ketika di rumah. Mama juga menjual hasilnya baik jenis-jenis sayuran organik maupun tanaman hias secara online. Waktu yang fleksibel, dekat dengan rumah, bisa bawa-bawa anak lagi kan.
"Lho udah pulang, Ka?"
Mika mengangguk.
"Kenapa, Sayang?" Tanya Mama ketika Mika salim padanya dengan bibir di tekuk.
Mama yang khawatir lantas menarik Mika untuk duduk di sampingnya. Mama memang begitu, kalau ada yang gak beres, langsung minta diceritain.
"Nanti aja ceritanya, masih emosi. Mau mandi."
Mama tampak kaget. Ada apa dengan anak sulungnya ini.
"Kamu pulang naik apa?" Biasanya kalau gak Papa. Mika diantar Mario. Atau kalau enggak, minta dijemput Pak Maman, yang biasa dimintain keluarga kalau nyetir agak jauhan.
"Gojek." Jawab Mika.
Mama menatap pada punggung anak gadisnya itu. Lalu saling bertatapan dengan anak bungsunya yang dari tadi sedang menjilati es krim coklat di sampingnya.
Kakak ngambek, Ma?
Kayanya, De.
Jangan diganggu dulu ya Kakaknya, nanti Zio kena sembur lho.
Iiii, oke deh. Zio bergidik Ketika membayangkan kalau kena semprot kakaknya itu. Seram.
to be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Delicate
Teen FictionTerjebak dalam kisah cinta bertepuk sebelah tangan saja sudah miris. Lebih miris lagi kalau terjebak cinta bertepuk sebelah tangan pada sepupumu sendiri. Ada yang lebih mengenaskan dari Mika? "Hah, andai saja Mario bukan sepupu gue." Lalu semesta m...