September 22

139 22 0
                                    

Nostalgia tahun dua ribu delapan belas semasa sekolah dulu.




Kala itu, aku yang tak pernah absen untuk melihat sosoknya. Sosok yang hingga saat ini masih menjadi candu untuk di rindu.

Dia si ramah, laki-laki tinggi dengan jambul yang selalu membuatku senang jika memperhatikannya.

Dia yang selalu aku cari ketika aku baru saja sampai di depan gerbang sekolah. Dia laki-laki pada umumnya terkadang dia tidak berada di sekolah dan ketidak beradaan sosoknya selalu membuatku uring-uringan. Karena tidak ada yang harus aku tunggu di balik jendela tidak ada alasan untuk aku pergi ke toilet.

Dia dengan sikapnya yang seolah bodo amatan dia tidak banyak gaya, dia apa adanya! Bajunya selalu dia masukan ke dalam celana meski tanpa ikat pinggang dan jika telat dia selalu menerima hukuman.

Aku senang ketika harus melihat dia berdiri dengan masih menggendong tas di punggungnya kedua tangannya sibuk memegang sebuah bacaan yang harus di baca oleh si telat.

Aku senang selain melihat wajahnya yang kepanasan karena harus berdiri di bawah terik sinar matahari dari jauh bibirnya terlihat seperti tengah berkomat-kamit. Lucu pikirku yang saat itu sibuk berdiri di balik jendela kelas demi dirinya.

Oiya, ketika dia telat aku tak selamanya berada pada jam kosong, memperhatikannya diam-diam dengan jarak yang lumayan jauh memang menyenangkan dan lebih leluasa dari pada harus mencuri pandang ketika berjalan pura-pura melewatinya.

Aku senang, senang setiap harinya ketika ada dia.

2018.

MonologkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang