Hari ini Sukabumi di guyur hujan, aku melihat orang berlarian untuk meneduh. Aku tersenyum saat bayangmu seketika berkeliaran di benaku.
Ini aku hanya menebaknya kamu tidak suka hujan. Karena katamu ketika hujan dan sepasang kekasih menikah suara penyanyinya gak akan kedengeran.
Aku tau alasan yang lain kenapa kamu tidak menyukai hujan, sesekali mengkhawatirkan jika saat kamu mendaki tiba-tiba turun hujan.
Kamu harus berlarian kemana untuk meneduh? Sedangkan di perjalanan hanya ada pohon-pohon yang sedikit banyaknya masih membuang cairan, hujan membasahi rambut gondrongmu.
Tapi sewaktu sekolah dulu ... meski masih gerimis jika sudah waktunya pulang kamu tetap pulang, tapi dengan menggunakan jaket abu kesayanganmu. Yang kamu pakai di atas kepalamu hingga menutupi jambulmu.
Aku yang tak pernah sekalipun ketinggalan untuk memperhatikan setiap gerak-gerikmu di balik jendela kelas yang selalu kamu lewati.
Seandainya waktu itu aku berani untuk berjalan di belakangmu apa mungkin kamu akan mengajakku agar berjalan berdampingan denganmu dan mengatakan ayok sekalian jangan kehujanan nanti sakit. Halu.
Aku selalu mencuri pandang setiap melihatmu duduk di kursi plastik dekat kompor yang ibu kantin gunakan untuk memasak seblak, bahkan waktu itu aku pernah terciduk oleh salah satu temanmu. Dia melihat ke arahku yang sedang memperhatikanmu. Tapi mungkin bagi temanmu itu hal biasa jika setiap perempuan pasti akan selalu melihat ke arahmu. Aku tau itu!
Aku ingin sekali menontonmu memetik gitar kesayanganmu. Kamu pasti terlihat keren di atas panggung sana.
Meski aku belum bisa menjadi salah satu penontonmu aku di sini ikut mendo'akan untuk keberhasilanmu.Desember 22.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monologku
Short StoryUntuk kamu yang mustahil untukku miliki. Ini hanya sebuah monolog yang sebenarnya tidak penting untuk kamu ketahui. -28Agus22 -28Agus23