Sacrifice 2/2

171 17 12
                                    


Luna duduk termenung di jendela kamar, matanya menatap kosong ke luar jendela. Beberapa hari ini ia disibukkan dengan kuliah tetapi tidak menutup rasa sedihnya yang masih merasa kehilangan sosok Jendra.

Belum ada temannya yang tau akan kehamilannya. Meski kandungannya sudah berjalan dua bulan perutnya maish belum terlihat buncit.

Disisi lain Irene, mama Luna sedang memotong buah di dapur. Terdengar suara bel rumah yang berbunyi membuat wanita berusia akhir 40an itu segera menghentikan aktivitasnya kemudian berjalan ke arah ruang tamu.

"Jayden,"

"Tante?"

Jayden segera menyalami Irene dan mencium punggung tangan wanita yang merupakan sahabat mamanya itu.

"Luna di mana?"

Irene terlihat murung, "Dia gak mau keluar kamar sejak pulang kampus kemarin Jum'at. Tante khawatir banget, apalagi tante nanti sore harus Bandung buat urusan kerjaan, nanti takut dia kenapa-kenapa sendiri di rumah," jelas Irene.

Jayden menghela napasnya pelan.

"Aku bakal jagain Luna tante," kata Jayden.

Irene menatap Jayden, "Beneran gapapa? Tante gak ngerepotin?"

"Sama sekali enggak Tante,"

Setelah mengobrol sedikit dengan Irene, Jayden segera naik ke kamar Luna. Ia mendapati gadis itu termenung di jendela.

Jayden berjalan mendekat kemudian mengusap puncak kepala Luna, "Lagi apa cantik?" tanyanya membuat Luna menoleh dan mendongak.

Luna tersenyum tipis kemudian kembali menatap keluar jendela. Jayden menghela napas.

"Makan dulu yuk!" ajak Jayden pada akhirnya.

Luna menggeleng pelan.

"Coba sini bilang mau apa?" tanya Jayden membalikkan tubuh mungil Luna.

"Ke makam Kak Jendra," balasnya.

Jayden sakit melihatnya, hanya mendengar kalimat itu dari bibir mungil Luna tapi rasanya seperti ada ribuan jarum yang menusuk hatinya. Bukan, bukan karena ia cemburu tapi melihat Luna yang belum bisa melupakan kepergian Jendra adalah hal tersakit bagi Jayden sekarang.

"Oke, nanti ke sana tapi makan dulu ya? Dikit aja, kasian bayinya," Jayden berkata seraya mengelus perut Luna.

Akhirnya gadis itu mengangguk.

***



Sepulang dari makam Jendra tadi Luna bilang ingin makan mi ayam kesukaannya, jadilah mereka makan lebih dulu. Saat sampai di rumah ternyata Irene sudah pergi untuk urusan pekerjaan. Luna tidak masalah akan hal itu krena sudah ada Jayden yang berjanji akan menemaninya sampai besok.

"Kak," panggil Luna.

Keduanya sedang duduk di sofa seraya melihat netflix di ruang keluarga. Jayden menoleh kemudian mendekat.

"Ya?"

"Aku takut," lirih Luna.

Jayden kini memfokuskan perhatiannya pada gadis di sampingnya.

"Nanti kalau perut aku semakin besar gimana?" tanya Luna.

Mata gadis itu mulai berkaca-kaca. Jayden segera membawa Luna ke dalam pelukannya. Menumpukan dagunya di kepala Luna.

"Lun, kalau aku bilang aku sayang sama kamu gimana?" tanya Jayden setelah diam cukup lama.

"Hm?"

Choco Love : Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang