Part 1

7.8K 583 7
                                    

"Ra Lo yakin?"

"Tenang aja gue hafal ayat kursi"

"Kalo ternyata bukan orang gimana?"

"Ya berarti setan"

Aku berjalan mendekat ke arah bayangan yang berada di belakang pohon. Aku penasaran apa yang sebenarnya bersembunyi disana menjelang malam begini.

Aku (24) dan temanku nada, kami tinggal di sebuah kontrakan sederhana di pingggir kota. Tidak begitu besar tapi cukup untuk kami berdua.

Aku bekerja sebagai salah satu staff HRD di kantorku dan mencoba untuk menghasilkan karya di Youtube sebagai hobi, kalian bisa mencari namaku disana Fiara Ghania.

Ketakutanku sirna begitu aku melihat kaki kecil yang menginjak tanah dengan bibir yang terus bergerak entah apa yang sedang dilakukannya.

"Hey! Kok disini sendirian. Udah mau malem loh, bundanya mana?" Tanyaku mencoba ramah menyapa anak itu. Ya! Ternyata seorang anak lelaki yang sepertinya kisaran 4 tahun.

"Bunda" katanya sambil menunjuk ke arahku dan nada.
Aku memutar kepalaku mungkin ada seseorang dibelakang kami.

"Dimana bundanya? Sini aku anterin" kulihat dia menggeleng

"Bunda!"

"Kayaknya dia nunjuk lo deh ra?"

"Bukannya lo nad?"

Kami saling bertatapan dan menggeleng

Tiba-tiba ada sebuah tangan yang memeluk kakiku. Aku terkejut tentu saja.

"Bunda! "

"Ayas ikut bunda ya!"lanjutnya

"Eh! "

"Tapi aku bukan bunda. Kenalin nama aku Fiara dan ini kak nada" aku mencoba merendahkan tinggi badanku untuk menyamakan tinggi kami agar dia tidak terus-terusan menatap ke atas.

"No! Bunda! "

"Ra jadi selama ini..." nada menggantungkan ucapannya.

"Jangan mikir macem-macem. Udah ayo temenin gue ke pos satpam" kataku sembari menggendong anak kecil yang baru saja kutemui ini.

"Kok pos satpam?" tanya nada disebelahku

"Buat ngelaporin anak ilang nih" tunjukku ke arah anak ini yang sedang memainkan rambutku.

"Kenapa ga ke polisi?"

"Siapa tau orang tua nya masih disekitar sini"

"Adek namanya siapa?" Tanyaku

"Ayas!" Jawabnya

"Oh! Oke. Ayas kesini sama siapa tadi"

"With mba, but ayas langsung follow bunda pas liat bunda di depan meatball store jadi nya ayas left mba"

Tentu saja aku dan nada terdiam. Bukan, bukan tidak mengerti tapi kenapa kami baru sadar kalau ayas ini terlihat tidak seperti anak biasanya.

Baju yang dipakainya saja Fendi dan sepatunya astaga! aku pernah melihatnya di google dan sepatu itu lumayan mahal dari brand Jimmy Choo.

Itu tandanya mba yang dimaksud tidak berada disekitar sini. Aku dan nada memasuki mobil dan bergegas menuju tempat bakso yang kami datangi tadi dan bertanya apakah ada yang mengenal anak ini. Tapi sayangnya semua menganggap kami aneh.

"Nad! Kayaknya kita langsung lapor polisi aja. Siapa tau orang tuanya udah nyariin nih"

"Anak orang kaya ya ra?"

"Kayaknya udah ada laporan anak ilang di kantor polisi"

•••

"Mba ini jangan suka bohong deh. Makanya jangan nikah muda kalau ga bisa ngurus anak" kata polisi yang ada didepanku ini

Aku hanya turun sendiri sementara aku menyuruh nada di mobil saja.

"Serius pak! Emang gak ada yang ngelapor kehilangan anak" kataku

"Orang itu anaknya aja manggil bunda. Iyakan? Adek siapa namanya" tanga pak polisi itu pada.

"Ayas pak polisi tembak-tembak" kata ayas yang masih ada digendonganku.

"Kalau ga percaya saya ajak temen saya kesini ya pak. Ada saksinya kok kalau ini bukan anak saya" kataku meyakinkan.

"Mba mendingan pulang atau justru says buat laporan kasus pembuangan anak ya" ancam polisi itu

"Astaga! " aku menghentak-hentakan kakiku ke tanah karena jujur saja.

"Ayas belum makan bun" katanya lesu sembari menidurkan kepalanya dibahuku.

Aku seketika mengubah raut wajahku. Aku lupa menanyakannya

"Laper ya! Mau makan apa?" Tanyaku lembut. Berusaha untuk bersikap baik agar anak ini tidak menangis tiba-tiba.

"Mau makan yang kenyang tapi enak tapi sehat tapi ga ada sayurnya" katanya dengan logat anak kecil

"Mie ayam?"

"No"

"Nasi goreng?"

"No"

"Mcd?"

"No"

"Jadi ayas mau apa sayang" tanyaku geregetan

"Terserah"

Fine! Aku diam saja sembari mengambil nafas banyak-banyak dan langsung menaiki mobil.

"Kayaknya bubur ayam enak ya bun?" Aku tersenyum mendengarnya.

Salahku yang tidak peka apa yang dia inginkan. Mungkin aku akan mencoba strategi baru lain kali.

"Tante nad, ayas mau bubur" kataku pada nada dengan suara diimut-imutkan.

Sementara itu nada memutar bola matanya malas mendengar ucapanku.

"Jadi?" tanyanya menuntut penjelasan.

"Nanti aja nad dijelasinnya, kasih makan dulu aja"

MatterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang