1

579 78 22
                                        

Warning typo

“Ibu!!”. Seorang anak kecil tinggal di sebuah rumah yang sangat megah bak kastil di dalam dongeng.

“Jangan berlari, kau bisa jatuh”Seru sang ibu saat anaknya hampir mendekat di tempatnya berdiri.

Sang ibu mengusap kepala anaknya yang memeluk tubuh ibunya dengan kuat.

“Aku bermimpi”. Adu bocah itu.

Sang ibu tersenyum. “Mimpi buruk?”. Anak kecil itu mengangguk kecil.

“Itu hanya bunga tidur”. Sang ibu mengusap lembut surai rambut anaknya.

“Ibu!!”. Teriak anak kecil itu saat melihat ibunya terseret masuk kedalam sumur.

Dengan nafas menggebu, Perth bangun dari tidurnya. Keringat mengucur di keningnya. Kilasan mimpi buruk yang terjadi saat usianya masih berumur 7 tahun, selalu menjadi momok yang menakutkan. Ia segera bergegas masuk kedalam kamar mandi, menyalakan shower dan merasakan kucuran air yang jatuh membasahi seluruh tubuhnya agar semua rasa ketakutan yang dirasakan menghilang.



“Pagi sayang”. Sapa seorang ibu yang sudah sejak tadi menunggu anak tunggalnya keluar dari kamar.

“pagi bu”. Perth menarik kursi di samping ibunya.

“Ayah sudah pergi?”. Tanya perth saat melihat kursi yang biasa di tempati ayahnya kosong.

“Ayahmu ada rapat penting, makan ini”. Nira menaruh roti yang sudah di olesi selai coklat di atas piring anaknya.

“Bu~”. Seru Perth, meski ragu ia tetap ingin mengatakan sesuatu.

“terjadi sesuatu?”. Nira menatap anaknya dengan rasa khawatir.

“Mimpi itu_”. Perth mengucap dengan jeda lalu terpotong oleh kalimat ibunya.

“Sudah ibu katakan, minum obat mu”. Perth menatap wajah ibunya, sudah ia duga pasti sang ibu akan berkata seperti itu.

“Aku tidak gila bu!!”. Pekik Perth.

“Tidak ada yang mengatakan kau gila sayang, lihat ibu”. Nira menangkup wajah Perth.

“Kau bermimpi aku mati??”. Perth hanya mengangguk pelan. “Perhatikan dengan baik~, hingga detik ini aku bahkan masih berada di hadapan mu, semua akan baik-baik saja, tidak akan ada hal buruk yang terjadi.”. Nira langsung memeluk anaknya, menepuk punggung Perth. Mengisyaratkan tidak ada perlu di cemaskan.

"Ibu akan menemani mu menemui dokter". Wajah Perth berubah masam.

"Aku tidak mau!!". Perth sangat heran mengapa kedua orang tuanya selalu memaksa untuk menemui psikiater. Perth sangat tahu ada sesuatu yang di sembunyikan kedua orang tuanya dan Perth yakin orang tuanya tahu jika anaknya tidak memiliki gangguan mental apapun.

"Ayah mu bisa marah". Nira masih berusaha membujuk Perth.

"Kalian pasti tahu!! Apa yang terjadi padaku, semua bukan karena aku berhalusinasi !!". Geram Perth sudah tidak tahan, bukan sekali ini saja ia tersulut emosi.

"Mau kemana kau nak!!". Teriak Nira saat Perth bergegas meninggalkan meja makan.

"Kemanapun !!". Jawab Perth dengan acuh.

" Jangan pernah kau melepas gelang itu ". Teriak ibunya lagi.

Perth selalu memakai gelang berlambang naga dan harimau. Gelang bertali merah yang selalu ia pakai sejak usianya 7 tahun. Entah mengapa ibunya selalu berpesan agar Perth tidak melepasnya. Gelang itu di berikan saat Perth tinggal di rumah kakeknya. Meski banyak pertanyaan yang tidak terjawab, Perth tetap memakai gelang itu.

the curse of roses (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang