Interested

2.3K 184 6
                                        

Jiang Yanli tak tahan untuk tidak menangis (terharu) melihat adik kecilnya yang baru kemarin masih remaja sudah menikah saja, apalagi dengan seorang CEO dari Gusu Lan Corporation.

Orang mana yang tidak kenal dengan Perusahaan Gusu Lan Corporation? Perusahaan sukses nomor satu di China yang di pimpin oleh seorang pria tampan nan ramah juga disenangi oleh semua orang. Ialah Lan Xichen, orang yang telah menikahi Jiang Cheng dini hari.

"Adikku sudah besar." Jiang Yanli tersenyum lembut menatap adiknya-Jiang Cheng, kemudian memeluknya erat. Jiang Cheng membalas senyuman dan pelukan erat dari Shijienya.

"Jie, jangan menangis." Bisik Jiang Cheng di sela-sela pelukan. Jiang Yanli melepas pelukannya, mengelap cairan bening yang keluar dari mata emasnya dan tersenyum kembali, kemudian beralih menatap Lan Xichen di samping Jiang Cheng.

"Tolong jaga adikku, Xichen." Peringatan Jiang Yanli berikan pada Lan Xichen. Lan Xichen tersenyum ramah menatap Jiang Yanli. "Aku bersumpah, akan menjaga dan melindungi A-Yin dengan nyawaku." Jawabnya tegas.

Jiang Yanli kembali tersenyum, ia mengangguk pelan sebelum turun dari panggung tersebut. Jin Zixuan, CEO dari Jin Corporation yang tadinya berada di samping istrinya, Jiang Yanli menepuk dada Lan Xichen pelan dengan tangan terkepal. "Jaga adik iparku baik-baik, Xichen." Ucapnya.

Lan Xichen membalas dengan senyuman lembut, ia mengangguk pelan. "Ya, aku akan." Jin Zixuan tersenyum senang mendengar jawaban sahabatnya itu sebelum menyusul Jiang Yanli kebawah.

Sekarang giliran Wei Wuxian, kakak tiri dari Jiang Cheng. Secara spontan ia memeluk Jiang Cheng erat lalu menangis membasahi bahu Jiang Cheng.

"Hoy! Lepas, bajuku bisa basah, dasar idiot!"

Tanpa memedulikan sarkas Jiang Cheng, Wei Wuxian malah mengeratkan pelukannya pada Jiang Cheng. "Hueee A-Cheng, kau sudah menikah saja. Lalu, bagaimana denganku? Apa kau akan membiarkanku tetap menjomblo selama 23 tahun ini?" Rengek Wei Wuxian dengan nada sedih.

Jiang Cheng menghela nafas, ia membalas pelukan kakak tirinya itu lembut. "Kau mau ku kenalkan dengan adiknya Lan Huan?" Bisiknya tepat pada telinga Wei Wuxian yang dapat terdengar jelas olehnya.

"Xichen-ge punya adik?" Wei Wuxian melepas pelukannya, beralih menatap Lan Xichen lurus. "Xichen-ge, aku tidak tahu jika kau memiliki adik." Ucapnya sebelum menggembungkan kedua pipinya lucu.

Lan Xichen terkekeh kecil mendengar perkataan adik iparnya itu. "Maaf, aku lupa memberi tahu, apa adik Wei ingin mengenalnya? Jika ma-"

"Tidak!" Jawab Wei Wuxian tegas membuat Lan Xichen menghentikan ucapannya. Lan Xichen menatap Wei Wuxian bingung, "mengapa?"

"Tidak perlu, jika Xichen-ge hanya akan mendekatkan diriku dengan adik Xichen-ge itu aku tidak mau, aku akan mencari jodohku sendiri. Harus perfect di setiap aspek." Wei Wuxian menjawab dengan percaya diri.

Lan Xichen terdiam beberapa saat sebelum kembali tertawa kecil mendengar perkataan Wei Wuxian, "Adik Wei, adikku itu tampan dan perfect. Apa sekarang kau mau mengenalnya?" Godanya.

"Benarkah?" Lan Xichen mengangguk dengan antusias, tentu saja adiknya itu perfect sepertinya.

"Yah, terserah saja." Final Wei Wuxian. Tidak ingin berlama-lama disini, ia dengan segera mengucapkan perpisahan. "Kalau begitu aku pergi dulu, perutku sakit! Sepertinya aku terlalu banyak makan!" Rengeknya seraya memegang perutnya.

"Yah, salahmu sendiri, dasar rakus." Ejek Jiang Cheng. Tidak memedulikan perkataan Jiang Cheng, Wei Wuxian dengan segera berlari pergi keluar dari acara pernikahan adik tirinya itu yang megah.

Diam-diam Lan Xichen tersenyum sumringah menatap punggung Wei Wuxian yang mulai menjauh.

.

.

.

.

.

.

"Wangji." Panggil Lan Xichen.

Kini Lan Xichen tengah berada di mansion adiknya, Lan Wangji. Ia sudah meminta izin pada Jiang Cheng akan menemui adiknya. Jiang Cheng sendiri tahu apa yang akan Lan Xichen lakukan di mansion adiknya.

Lan Wangji berbalik menghadap kakaknya, Lan Xichen. "Xiongzhang?"

Lan Xichen tersenyum lembut, "Bagaimana masalah Perusahaan? Apa menyusahkanmu?" Lan Xichen membuka topik pembicaraan.

"Tidak ada masalah." Lan Wangji menjawab singkat. Sudah biasa bagi Lan Xichen dengan sikap adiknya yang dingin dan datar.

"Baguslah kalau begitu." Sahut Lan Xichen dengan jeda sedikit. "Kapan kau akan menyusul Xiongzhang mu ini?"

"...."

"Wangji."

"Mn."

"Aku mempunyai seorang kenalan."

"...."

"Jika kau tertarik, aku akan memperkenalkannya padamu."

"Tidak perlu."

"Aku yakin, kau akan menyukai yang satu ini." Lan Xichen berucap dengan percaya diri, membuat Lan Wangji menaikkan sebelah alisnya bingung.

Tidak biasa Lan Xichen cukup memaksanya untuk mengenalkannya dengan orang lain. Membuat Lan Wangji semakin penasaran dibuatnya.

"Siapa?"

Akhirnya, Lan Xichen tersenyum puas mendengar pertanyaan adiknya. Lan Xichen dengan segera merogoh sakunya, mengeluarkan sebuah handphone mahal berwarna putih mengkilap.

"Lihat." Lan Xichen mendekati Lan Wangji, berdiri tepat di samping adiknya kemudian menunjukkan sebuah foto lelaki manis yang tengah tersenyum menunjukkan deretan gigi putihnya.

Mata Lan Wangji sangat berbinar dibuatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mata Lan Wangji sangat berbinar dibuatnya. Ia memutar badannya membelakangi Lan Xichen, menghadap jendela kaca mansionnya.

Lan Xichen semakin senang melihat telinga adiknya yang cukup memerah. "Bagaimana?"

"Mn."

"Baiklah kalau begitu, Xiongzhang kembali ke hotel dulu." Lan Xichen melangkah ke arah pintu keluar mansion Lan Wangji dengan perasaan senang.

Lan Wangji berbalik menatap punggung Lan Xichen yang mulai menjauh dari mansion kemudian mengangguk samar. Ia kembali mengingat sosok lelaki manis yang berada di handphone Lan Xichen.

Manis..












Chapter one/Interested end.

See you next chap!

Meet You [ revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang