"Xiongzhang?"
Lan Xichen memutar kepalanya menghadap belakang, beralih menatap seseorang yang berada didepan pintu mansionnya.
"Wangji?" Gumam Lan Xichen melihat adiknya. "Ada apa?" Lan Xichen berdiri dari duduknya, ia menatap Lan Wangji, tak lupa dengan senyum sejuta wattnya.
"Apa aku menganggu?" Lan Wangji menatap Lan Xichen sebelum beralih menatap sosok yang tengah menunduk di sofa. "Siapa?" Tanyanya.
"Ah.. ini, adik iparku, Wei Ying." Lan Xichen berucap senang, siapa yang tahu dengan kebetulan ini? Ia mengingat hari kemarin saat mata adiknya itu berbinar menatap sosok Wei Wuxian dalam handphonenya.
Lan Wangji hanya mengangguk singkat mendengar jawaban Lan Xichen, "Apa aku boleh masuk?" Ia kembali menatap Lan Xichen.
"Yah, silahkan." Lan Xichen kembali berjalan masuk menuju Wei Wuxian yang masih termenung dengan pikirannya, di ikuti oleh Lan Wangji di belakangnya.
"Adik Wei?" Lan Xichen melambai-lambaikan tangannya di bawah wajah Wei Wuxian. Namun, tidak ada jawaban.
Apa dia tidur?
Lan Xichen mengangkat wajah Wei Wuxian lembut, "astaga, dia tertidur." Lan Xichen tertawa kecil menatap wajah mengantuk Wei Wuxian di sekitar telapak tangannya.
Beda dengan Lan Wangji yang malah mematung, ia kaget menatap wajah Wei Wuxian setelah di angkat oleh Lan Xichen. Teringat dengan sosok manis yang berada dalam handphone Lan Xichen.
"Xiongzhang, apa itu.."
"Hn, benar." Lan Xichen beralih menatap Lan Wangji di belakangnya, tersenyum senang melihat telinga adiknya yang memerah, walau tatapan adiknya masih kepada Wei Wuxian itu.
Setelah hening beberapa saat, Lan Wangji memberanikan diri untuk melangkah maju, melangkah secara perlahan ke arah sofa di mana Wei Wuxian berada. Ia menduduki dirinya di samping Wei Wuxian yang tertidur, perlahan ia mengangkat tangannya, mencoba untuk mengelus pipi Wei Wuxian yang terlihat lembut.
Lan Xichen berdehem singkat, membuat Lan Wangji menghentikan aksinya. Ia berbalik menatap Lan Xichen yang tengah tersenyum licik. "Wangji, bawalah adik Wei ke kamar tamu."
Lan Wangji mengangguk samar, "mn." Ia dengan segera menggendong Wei Wuxian ala-ala bridey style, berjalan menuju kamar tamu secara lamban, bagai pengantin baru. Tatapannya masih kepada pria manis itu.
Setelah Lan Wangji dan Wei Wuxian menghilang dari pandangan Lan Xichen, Lan Xichen segera menelpon seseorang, masih dengan senyum sejuta wattnya.
.
.
.
Manis..
Lan Wangji tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Wei Wuxian, ia menatapnya dari ujung kaki sampai ujung rambut. Benar-benar sempurna untuk seorang shou- ekhem.
Mata Lan Wangji berhenti menyapu seluruh pandangannya di badan Wei Wuxian, ia berhenti tepat saat menatap bibir peach Wei Wuxian.
Apa boleh ku cium?
Lan Wangji menggelengkan kepalanya beberapa kali, berusaha untuk berpikir positif. Tidak mungkin kan, dia akan mencium seseorang yang baru saja ia temui, bahkan belum sampai sejam.
Ah, peduli siapa?
Dengan ragu, Lan Wangji mengecup bibir Wei Wuxian singkat-Cup..
Lan Wangji kembali menarik wajahnya kaget, dengan telinganya yang tambah memerah. Ciuman pertamaku!
Ia mengusap wajahnya kasar, apa ia telah menjadi mesum sekarang? Kembali menatap Wei Wuxian yang masih tertidur lelap, secara perlahan tangannya bergerak sendiri, bergerak kedepan, mendekati bibir Wei Wuxian.
Ia mengusap singkat bibir Wei Wuxian.
Lembut..
Tadi rasanya- manis.
Telinga Lan Wangji lebih memerah dari yang tadi! Mungkin sudah seperti tomat segar yang baru saja di petik. Bukannya kapok, Lan Wangji malah kembali mengecup bibir Wei Wuxian singkat. Yah, peduli siapa? Toh, tidak ada orang selain mereka disini.
Baru saja Lan Wangji akan mencium lagi, sepertinya tidur Wei Wuxian mulai terganggu. Ia menggeliat kecil, merentangkan tangannya ke atas, kemudian secara perlahan membuka kelopak matanya.
"Eungh... Silau." Gumamnya. Ia menutup kedua matanya dengan lengan kirinya, masih menghadap atap kamar, masih belum menyadari keberadaan Lan Wangji.
Wei Wuxian mengerjapkan matanya berkali-kali, masih mengumpulkan setengah nyawanya yang setengahnya lagi berada di bantal. "Ini.. bukan kamarku." Gumamnya lagi.
Memutar lehernya kesamping, memperlihatkan kaki jenjang milik seseorang. Wei Wuxian mengangkat kepalanya sedikit agar bisa menatap sosok tersebut. "Siapa kau?"
"Lan Zhan."
"Hah?"
"...Panggil aku, Lan Zhan."
"...."
Bukannya menjawab perkataan Lan Wangji, ia malah beranjak turun dari kasur, berdiri kemudian berjalan pelan menuju pintu kamar tamu. Ia menengok kanan kiri sebelum kembali menatap Lan Wangji.
Oh, wow, what a nice face.
Wei Wuxian menggaruk pipinya bingung. "Eee, siapa tadi?" Tanya Wei Wuxian canggung. Sial, aku tak pernah se gugup ini!
"Lan Zhan." Jawabnya singkat.
"Ah, ya itu, baiklah. Jadi, Lan Zhan, dimana ini?" Tanya Wei Wuxian.
"Mansion Xiongzhang."
"Siapa Xiongzhang? Oh, maksudmu Xichen-ge?"
"Mn."
"Oh, baiklah." Tanpa menunggu jawaban Lan Wangji, Wei Wuxian lebih dulu berbalik dan berjalan melewati pintu kamar tamu tersebut.
DagDigDug..
Diam-diam setelah meninggalkan Lan Wangji seorang di kamar, ia mencekram dada pakaiannya erat, dengan wajahnya yang memerah sempurna.
Dia terlalu Perfect, aku tidak kuat!
Chapter three/Who are you? end.
See you next chap!