Έξι | Cupcake

66 20 31
                                    

"Kami secara khusus mengundang Yang Mulia Raja Arion, Yang Mulia Ratu Ariadne, Yang Mulia Putra Mahkota Evander beserta Yang Mulia Putri Everiss untuk datang ke pesta perayaan kerajaan kami dan mengumumkan soal kerja sama kita."




Evander menatap dirinya di cermin. Ia nampak sangat gagah dan terpandang dengan baju yang telah dipilih oleh desainer terkenal dari negeri mereka. Namun agaknya akan tampak terlalu mewah jika memakai ini saat menemui Edlynne nanti.

Ada sesuatu dari diri gadis itu yang menarik atensi Evander. Ia tidak tahu pasti. Namun ketika dirinya berjumpa pertama kali dengan perempuan bermata hijau emerald itu, Evander tahu betul bahwa pertemuan keduanya bukanlah kebetulan semata, melainkan tangan takdir. Karena itulah ia masih sempat-sempatnya memikirkan Edlynne bahkan ketika sebentar lagi ia harus pergi dengan anggota keluarga kerajaan menuju Elisium.

"Yang Mulia, kereta kudanya sudah tiba. Mari berangkat." Damian tiba-tiba berbicara dari luar ruangannya.

"Baiklah. Tapi sebelum itu, tolong bawakan aku jubah yang tak nampak terlalu mewah," sahut Evander tanpa beranjak sedikit pun dari tempatnya berdiri. Damian yang mendengar itu langsung menyanggupi dan pergi. Lalu dengan cepat kembali lagi dengan sebuah kain jubah berwarna kelabu di tangannya.

Maka dengan begitu, Evander memasuki kereta kuda yang telah disiapkan untuknya dan Everiss. Suara ringikan kuda mengawali perjaanan mereka segera setelah sang kusir mengarahkan pecutnya.










꒰  C h a m è n o s  ꒱








"Edlynne, apakah kau sudah menghitung semua cupcake-nya?"

Gadis yang penampilannya sudah sangat berantakan sebab bekerja dari pagi itu tersentak ketika dirinya fokus menghias sebuah cupcake di tangannya. "Ah? Oh ... Ya! Semuanya 110 buah jika ditambah dengan yang masih ada di tempat pemanggangan," jawabnya cermat.

"Oh, sayang. Aku sungguh minta maaf karena sudah sangat merepotkanmu. Bawalah setidaknya 5 cupcake untukmu dan Theon. Kau bisa pulang dan beristirahat sekarang. Terima kasih banyak," ucap Delilah lembut.

Edlynne tersenyum hangat. "Tidak masalah, Nyonya. Tapi apa aku sungguh bisa pulang sekarang? Masih ada sekitar 15 cupcake yang belum dihias."

"Tidak perlu memikirkannya. Kau sudah membantu begitu banyak. Aku bisa mengerjakan sisanya. Ini, bawalah dan cepat pulang. Theon pasti menunggu," tukas wanita tua itu sembari menyerahkan sebuah keranjang berisi beberapa cupcake di dalamnya.

"Terima kasih, Nyonya. Saya akan pulang sekarang. Selamat malam!" pamit Edlynne dengan sopannya.

Ketika gadis itu melangkahkan kakinya keluar dari toko rotinya, Delilah tersenyum getir. Edlynne adalah seorang gadis yang umurnya masih sangat muda, namun penderitaan yang dilaluinya selama ini membuat Delilah ikut bersedih hati. Entah apa yang akan terjadi jika Edlynne terus bersikap baik dan lugu. Semoga saja kebaikan selalu menyertainya.

Di sisi lain, Edlynne kini berlari menuju rumahnya dengan wajah girang. Aroma cupcake yang muncul dari balik keranjangnya membuat ia semakin tak sabar menunjukkan rupa kue mangkuk manis itu pada putranya.

Maka ketika kedua maniknya menjumpai sosok Darien yang menggendong Theon di depan rumah, Edlynne tak bisa menahan diri untuk tak bersorak riang. "Theon! Lihatlah! Ibu membawa cupcake!"

"WAH!! CUPCAKE!" Theon yang mendengar itu juga ikut berseru antusias. Bocah lelaki itu langsung menghampiri sang ibu segera setelah Darien menurunkannya.

Darien yang menyaksikan hubungan manis antara putra dan gadis tercintanya itu terkekeh lembut seraya menghampiri keduanya. "Astaga, senangnya. Ayo masuk dulu. Jalanan semakin ramai," ajaknya.

𝐈𝐁𝐄𝐑𝐈𝐀: ChamènosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang