cw // non-baku, harsh words.
☆*:.。. o 𝐌 𝐔 𝐃 𝐈 𝐓 𝐀 o .。.:*☆
Siang semakin terik, tak ayal mengusik para mahasiswa yang tengah berkumpul di lapangan Universitas Hyde. Banyak mahasiswa yang sedang menikmati check sound sebelum acara pentas seni dimulai dalam beberapa jam ke depan, ada pula yang mengunjungi bazaar makanan dari masing-masing fakultas, sementara di belakang panggung megah di tengah lapangan, panitia pensi sibuk mempersiapkan untuk malam puncak festival musim panas tahun ini.
Sejauh ini, rehearsal terakhir acara pentas seni kampus berjalan persis seperti yang diharapkan. Zaya berdiri di belakang operator sambil menatap ke atas panggung. Menunggu instruksi dari ketua panitia yang bersiap tampil bersama rekan satu bandnya untuk menguji sound system dan beberapa alat musik yang disediakan pihak kampus. Beberapa menit berkutat dengan alat di atas panggung, Daneendra lalu berpaling ke arah Zaya untuk memberitahu mereka sudah siap memulai. Sesaat kemudian, lantunan Seberapa Pantas menjadi lagu pertama yang mereka bawakan.
"Good job, guys! Enam jam sebelum acara inti. Starze sound check tiga puluh menit lagi, ya. Dua lagu, terus yang lain bisa istirahat setelah sound check kedua," ucap Zaya melalui protofon sebelum diletakkan ke atas meja.
"Kak Za, gawat!" pekik Abin—Kadiv Publikasi—dari kejauhan sambil berlari terengah-engah.
Tak hanya mendapat atensi Zaya, beberapa panitia lain ikut menatap pria bertubuh tinggi itu dengan penuh tanya. "Kenapa Bin?"
"Ada kendala sama Guest Star kak. Mobil Martin Garring mogok. Dia gak mau naik taksi gara-gara barangnya banyak. Gak mau ribet ceunah," Abin menarik napas panjang sebelum melanjutkan, "hotel tempatnya nginap dekat bandara kak. Di Merion. Sekitar satu jam dari sini. Masih ada waktu kalau jemput sekarang."
Tentu Zaya berdecak mendengar informasi itu. Meraih kembali protofon dengan kasar dan segera memberi instruksi pada panitia pensi. "Monitor. Semua kadiv bisa ke backstage sekarang, urgent!"
Seharusnya, hari ini berjalan tanpa hambatan sama sekali. Ketukan demi ketukan dari kakinya menunjukkan betapa Zaya mulai merasa panik dan mencoba memikirkan solusi untuk masalah ini. Seperti yang Abin katakan, ada cukup waktu jika seseorang menjemput bintang utama acara pensi itu sekarang juga. Namun Zaya tidak bisa mengambil keputusan sebelum Daneendra—selaku ketua panitia—datang dan ikut berdiskusi.
Butuh beberapa menit lamanya hingga pria dengan kaos putih, celana selutut serta topi dengan pet yang diputar ke belakang kepala datang menginterupsi diskusi para kepala divisi acara. "Ada apa ini?" Suara beratnya mengisi rungu tiap-tiap orang di sana. Tahu ada yang tidak beres, tiba-tiba saja atmosfer menjadi tegang karena aura dominasi Daneendra hadir di tengah mereka.
"Martin gak bisa datang ke sini, Dan. Mobilnya bermasalah, dia juga gak mau naik transportasi umum. Satu-satunya cara harus ada yang jemput dia sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
BELAMOUR 4.0
RandomPeliknya hitam dan merah predestinasi biarkanlah jatuh hingga inti bentala. Eksis mintakat untuk dolan dan penuh dengan manisan lebah. Coba biarkan sanubari dan serebrum menerima esensi hidup yang syahda dan jenaka. Predestinasi memang sekali-kali m...