-pria idaman-
HAPPY READING
Buat kimtaelul yang maksa pengen jadi cast ceweknya wkwkwk
.
.
.Eomma memaksaku untuk ikut, padahal jika boleh memilih, aku lebih suka mencuci berpuluh-puluh kilo sawi untuk kimchi atau mengiris bawang merah daripada menghabiskan waktu menghadiri acara keluarga. Acara yang konon katanya untuk mempererat tali silaturahmi, kenyataannya selalu berubah menjadi ajang pamer kekayaan.
Lihatlah! Gemerincing gelang emas yang dipakai disetiap tangan dan cincin-cincin berlian yang tersemat di jari mereka, bahkan dalam senyum pun ada berlian kecil berkilau yang terselip menjadi aksesoris gigi, berlebihan sekali.
Persaingan seperti ini sudah biasa terjadi di dalam lingkungan keluarga besar, bukan? Dan scene yang paling aku benci adalah di mana para orang tua mulai sibuk menghitung umurku.
"Mana pasanganmu?"
"Kapan kau akan menikah?"
"Sudah tiga puluh, lho? Tidak takut jadi perawan tua?"
Terus terang, aku bosan menjawab semua pertanyaan itu dengan senyuman dan anggukan sopan, sementara batinku berteriak balik bertanya, kapan kalian stroke?
Walau mereka mengutarakannya hanya sebatas basa-basi, aku yang mendengarnya di setiap pertemuan lama-lama gerah juga.
Umurku memang tiga puluh tahun, itu pun baru empat bulan lalu, bukan angka yang terlalu tua untuk ukuran wanita single di Korea Selatan ini. Astaga, lagi pula siapa juga yang single, mereka tidak tau saja kalau aku mempunyai seseorang yang bisa membuat mulut mereka menganga kalau mengetahui siapa pasanganku sebenarnya.
Namaku Kim Honolulu, familier dengan nama itu? Ya, itu ibukota Hawaii, nama unik yang appa berikan padaku. Bisa dikatakan, dia terobsesi dengan negara bagian Amerika tersebut, terutama ombaknya.
Sewaktu muda, appa adalah seorang peselancar seksi keturunan Korea-Kanada, bertubuh tegap dengan mata beriris hijau lumut yang senantiasa membuat kaum hawa mimisan kala melihatnya. Namun, sepopuler apa pun appa, pada akhirnya dia harus menyerah saat dikejar-kejar oleh perempuan agresif bergelimang harta yang tidak lain adalah eomma.
Ngomong-ngomong, panggil saja aku Lul dan jangan pernah memanggilku Hono, salah-salah nanti akan berbeda persepsi.
Setelah melakukan beberapa kali rengekan, drama ngambek hingga berakhir pada ancaman eomma yang akan membuang semua koleksi fangirling-ku. Aku menyerah, eomma ngotot mendadaniku dengan riasan sedikit tebal. Aku tak suka make up terlebih dress dengan off shoulder yang sedang aku kenakan ini, dress seksi yang bagiku hanya akan membuat masuk angin. Doakan aku agar tidak harus kerokan nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELAMOUR 4.0
RandomPeliknya hitam dan merah predestinasi biarkanlah jatuh hingga inti bentala. Eksis mintakat untuk dolan dan penuh dengan manisan lebah. Coba biarkan sanubari dan serebrum menerima esensi hidup yang syahda dan jenaka. Predestinasi memang sekali-kali m...