Yuna dan Pintu Teater Miliknya♬♩♪♩ ♩♪♩♬
Namaku Kim Yuna. Dan aku tidak suka film drama.
Tinggal bertiga sebagai yatim piatu dengan dua kakak laki-lakiku, sebenarnya kehidupanku sendiri sudah cukup penuh dengan drama, melimpah-limpah, tumpah-ruah, hingga meski dengan menutup mata pun, aku bisa tahu ada drama yang sedang terjadi hanya dengan mencium baunya saja.
Kakak pertamaku bernama Kim Seokjin, seorang eksekutif di sebuah perusahaan ternama, dan juga seorang pekerja keras yang tangguh, plus tipekal karyawan yang akan disenangi bossnya, di mana pun dia bekerja. Hanya saja, dia bisa menjadi sangat sensitif seperti wanita yang akan datang bulan kalau kami menyinggung masakannya. Ditambah lagi teriakan frekwensi tingginya ketika membangunkan kami pagi-pagi, kurasa hanya perlu beberapa hertz lagi, paus di tengah lautan pun pasti sudah bisa mendengarnya. Di dalam dunia drama di otakku, dia kuberi peran sebagai penyanyi latar dengan teriakan sembilan oktafnya itu.
Kakak keduaku bernama Kim Taehyung, seorang mahasiswa abadi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang oportunis dan mata duitan. Aku adalah saksi, bagaimana otak dagangnya tidak pernah berada dalam flight mode. Bahkan, pernah sekali waktu dia menyewakan rumah kami untuk lokasi syuting drama televisi, ketika Kak Seokjin pergi untuk perjalanan bisnis selama satu minggu. Padahal, kalau Kak Seokjin tahu, habis lah dia. Dan di dalam dunia drama di otakku, dia kuberi peran sebagai marketing sekaligus penjual tiket pertunjukkan.
Sungguh, hidupku ini penuh sekali dengan drama. Karenanya aku juga tidak suka segala hal lainnya yang terlalu dramatis, baik itu film, syair lagu, konten-konten setting-an yang bertebaran di media sosial. Cih. Memuakkan. Sialnya, roda kehidupanku sepertinya memiliki as dan jari-jari yang terbuat dari drama, seolah drama adalah satu hal yang ditakdirkan menempel pada hidupku seperti lintah pada inangnya.
Ngomong-ngomong, apa kau pernah menonton drama picisan bertema perjodohan? Jika belum, katakan halo untuk pertunjukan perdanamu, aku baru saja ingin mengajakmu menyaksikannya langsung dari depan panggung, dari tempat duduk paling sempurna untuk segala sisi (dan jangan lupakan popcorn-mu).
Namun, jika sudah atau terlalu sering menontonnya, pintu teater ini mungkin bukan tempat yang cocok untukmu, aku tak akan memaksa. Jangan ragu untuk berbalik dan melangkah pergi.
~
KAMU SEDANG MEMBACA
BELAMOUR 4.0
RandomPeliknya hitam dan merah predestinasi biarkanlah jatuh hingga inti bentala. Eksis mintakat untuk dolan dan penuh dengan manisan lebah. Coba biarkan sanubari dan serebrum menerima esensi hidup yang syahda dan jenaka. Predestinasi memang sekali-kali m...