"Lee Haechan, kenapa kau tidak pernah mengisi kolom Cita-cita?"
Pemuda dengan Hoodie biru yang tertutup oleh almamater itu mendongakkan kepalanya yang juga tertutup tudung Hoodie. "Aku tak memilikinya."
Lagi, lagi dan lagi. Jawaban itu yang selalu menjawab semua pertanyaan serupa yang diberikan padanya. Bukan hanya sembarangan Haechan berkata seperti itu, dirinya bersungguh-sungguh ketika menjawab kalau dirinya tidka memiliki cita-cita. Sejak dulu dirinya memang tak pernah tertarik dengan cita-cita. Dia hanya ingin menjadi seseorang yang tinggi, tak dipandang rendah oleh orang lain. Terdengar sangat sederhana namun terasa sulit untuk digapai.
Haechan bukanlah seseorang yang pintar, jenius apalagi cerdas. Dia cenderung tak nyaman memperlihatkan isi pikirannya kepada orang lain, oleh karena itu dia menolak semua tawaran olimpiade yang diberikan oleh sekolah. Katakanlah Haechan sombong, kenyataannya dia hanyalah seorang anak yatim piatu yang miskin. Bersekolah di tempat mahal ini pun dia sudah bersyukur.
Dia bersyukur karena dirinya bisa menghasilkan uang dan sekolah dengan cara halal, bukan seperti orang-orang diluar sana yang hanya bisa merengek, meminta dan menjilat seperti jalang.
Apa lagi ini:v
Oke, ini jadi book baru... Lagi:v
Entah mengapa otak ku yang lelet memaksa untuk membuat book baru padahal book sebelah masih terbengkalai, maapkan Piell:v
Book ini murni dari otak Viell, untuk isnpirasi cerita berada pada novel series Pulang dan Pergi milik Tere Liye.
Jadi yang beransumsi kalau Viell plagiat, mohon maaf. Viell dapat memastikan kalau alur cerita milik Viell berbeda dengan alur dari milik Tere Liye.
Kalian tentu tahu cara menghargai karya seseorang kan?
Salam hangat
—PiellLee
KAMU SEDANG MEMBACA
My Blood and Direction || Lee Haechan
Mystery / ThrillerYang ada dipikiranku hanyalah kemana aku melangkah, aku tak punya pertanyaan lain selain itu. Jadi jangan membuatku berfikir dengan menanyakan akan jadi apa aku kedepannya nanti, itu tak akan ada gunanya. Pulang untuk Pergi, dan Pergi untuk Pulang. ...