Dugh!
Buagh!
Brakk!!
"Yak! Hentikan semua ini Lee!" Pemuda mungil itu berusaha menghentikan pergerakan gadis yang sedang mencoba menghabisi rekannya itu.
Gadis Lee itu diam dengan tangan yang terkepal disamping tubuhnya, ia memejamkan matanya dan berusaha untuk meredam semua emosinya untuk berbalik menatap Pemuda Huang itu.
Renjun menghela nafas, ia menatap lekat ketika manik biru yang indah itu terbuka. "Kali ini apa?"
Ia menggeleng, memaksakan senyumnya. "Hanya ingin."
Renjun membantu temannya yang sudah babak belur itu untuk berdiri. "Yangyang, lain kali kau jangan mau dijadikan samsak olehnya."
Pemuda yang bernama Yangyang itu meringis seraya mengusap sudut bibirnya, ia tersenyum tipis. Perih rasanya. "Aku hanya membalas budi, biarkan saja dia melakukan apapun."
Renjun mendengus geli mendengarnya, jawaban ini baru dia dapat pada Yangyang seorang. Tak ada orang yang mau mati dengan menjadi samsak hidup bagi gadis Lee ini, itu terlalu mengerikan. "Masuklah, minta Jaemin dan Shotaro untuk mengobatimu."
Renjun kembali menatap gadis itu ketika Yangyang sudah masuk. "Doyoung hyung?"
Kini giliran Seola yang menghela nafas, ia berjalan menuju kursi panjang yang memang terletak di pelataran arena. Diikuti oleh Renjun.
Gadis itu menatap bulan yang terlihat bersinar, dengan sendunya. Tak ada yang tahu apa saja yang dipikirkan oleh gadis ini, arah pikirnya terlalu dalam dan rumit untuk dimengerti.
"Aku benci ketika mereka memandangku seolah-olah hanya aku orang tak berguna yang ada di dunia ini, aku benci mereka. Bedebah yang sudah membuatku merasakan ini."
Renjun mengusap pundak Seola. "Viell."
Seola menoleh.
"Dulu aku mengenalmu dengan nama itu. Aku merasa menjadi orang bodoh, yang percaya saja kalau namamu adalah Viell. Kau berdarah korea asli, dan berkebangsaan korea. Tapi aku mempercayaimu ketika kau menyebutkan kalau, namamu adalah Viell."
Seola terkekeh pelan. "Dulu aku hanya iseng mengambilmu dari si sialan itu di pasar gelap, tapi setelah mengetahuinya, aku sadar kalau takdir itu selalu dekat."
Renjun tersenyum, membuat gadis disebelahnya juga ikut tersenyum menampilkan lengkungan bulan sabit di matanya. "Kau memang adikku, Lee."
===
"Argh! Sial! Bagaimana mungkin dia tak menemukan apapun?!"
Bangchan yang melihat hal itu lantas menenangkan Haechan, wajah pemuda berkulit tan itu memerah karena menahan amarah. "Tenanglah Haechan... Ingat, besok kau harus menjalani tes pertama untuk memasuki Universitas. Kalau kau stress begini, kau tidak bisa lolos."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Blood and Direction || Lee Haechan
Mystery / ThrillerYang ada dipikiranku hanyalah kemana aku melangkah, aku tak punya pertanyaan lain selain itu. Jadi jangan membuatku berfikir dengan menanyakan akan jadi apa aku kedepannya nanti, itu tak akan ada gunanya. Pulang untuk Pergi, dan Pergi untuk Pulang. ...