Bab 1

463 12 0
                                    

"Kenapa? Ini masih hari Kamis, loh. Kok lo udah ngajak gue buat ngopi ke Cafe, gini?"

"Mumet gue. Kepala gue rasanya kayak mau pecah, saking pusingnya. Btw, lo udah lama nunggu? Sorry banget ya, soalnya tadi gue harus ambil berkas dulu dari tempat senior gue, sebelum kesini." Jawab seorang perempuan dengan rambut sebahu, masih berseragam kantor lengkap dengan name tag bertuliskan nama Raina Maudya.

"Santai aja, nggak kok. Gue juga baru aja sampai, sepuluh menitan sebelum lo, lah. Kenapa lo mumet? Pertanyaan tentang kapan lo nikah, lagi?"

"Nggak, bukan itu. Gue ngerasa nggak sanggup sama kasus yang baru gue dapat, Put. Kasus ini udah berjalan cukup lama, tapi sampai sekarang belum dapat titik terang."

"Kenapa lo terima? Kalau lo ngerasa nggak mampu, seharusnya lo tolak aja."

"Senior di kantor, terlalu percaya banget kalau gue bisa atasi kasus ini. Baru baca berkas perkara nya aja gue udah stress berat."

"Pelan-pelan. Kalau senior lo aja percaya, kalau lo bisa buat selesaiin kasus itu, berarti emang lo mampu, Rain. Kemampuan lo dalam menangani kasus, itu yang ngebuat penanggung jawab kalian di Kantor, mempercayai lo lagi buat menangani kasus."

"Masalahnya itu, permasalahan yang mau gue tangani ini bukan permasalahan biasa, Putri Setyana."

"Apasih emang permasalahannya itu? Kayaknya gue nggak pernah liat lo se-stress ini nanganin kasus. Selama ini yang gue tau, lo enjoy banget sama pekerjaan, lo."

"Tipikor."

"Loh, kenapa lo harus pusing-pusing sih? Bukannya lo udah pernah nanganin kasus begitu ya?"

"Kasus kali ini beda, Put. Ya, ah susah deh gue mau jelasinnya. Pokoknya pikiran gue dibuat muter-muter sama kasus kali ini."

"Yaudah, lo semangat aja. Semoga di kasus kali ini lo bisa menang lagi, sama kayak kasus yang sebelum-sebelumnya."

"I hope so. Thank you, Put, selama ini lo udah mau jadi tempat curhat gue. Kalau nggak ada lo, gue nggak tau gue harus cerita sama siapa selama ini. I think, i will be crazy."

"Astaga, sejauh itu pemikiran lo. Kayak baru beberapa bulan aja kita temenan. Hampir 20 tahunan loh kita berteman, Rain."

"Oke, sekarang giliran lo. Gimana sama kerjaan lo? Great?"

"Ya, masih bisa lah gue tangani. Tapi sebulan kedepan kayaknya gue pasti sedikit busy sih, karena udah masuk bulan, dimana orang-orang musim engaged juga married. Tapi, tenang aja, kalau lo butuh tempat curhat pasti gue selalu ada buat lo."

"Busy for what? Desain baju? Jadi ibu designer udah mulai sibuk dong nih." Goda Raina.

"Apaan sih, Rain. Gue belum jadi emak-emak ya!"

"Loh, calon kan. Lo calon ibu dari anak-anaknya Erlang nanti. Nggak mau emang?"

"Ya mau lah! Gila aja gue nggak mau, udah diikat begini gue sama ini." Balas Putri sambil menunjukan cincin yang berlingkar manis di jari manis kirinya.

"What!? Are you seriously?! Kapan? Kok gue nggak tau?"

"Baru aja kok. Semalam."

"Terus gimana reaksi keluarga lo?"

"Gue belum bilang sih sama Mami Papi. Gue yakin banget nih, kalau gue kasih tau mereka, pasti reaksi mereka nggak jauh beda sama lo tadi."

"Jadi dia seserius itu sama lo?"

"Ya iya dong serius. Gue pacaran sama dia udah jalan 6 tahun, kalau dia macem-macem sama gue, pistol abang gue yang bertindak nanti." Jawab Putri sambil memperagakan pistol menggunakan ibu jari juga telunjuknya ke kepala, yang diakhiri tawa oleh keduanya.

"Semoga lancar deh sampai hari H nanti."

"Hari H apaan, si Erlang aja belum ngomong langsung secara resmi sama bokap nyokap gue."

"Kenapa? Lo ragu kalau dia ditolak sama Mami Papi, lo?"

"Ya, nggak sih. Gue yakin Mami Papi nggak akan nolak juga. Kenapa mereka harus nolak coba? Kalau gue nikah nanti kan otomatis mereka nggak usah pusing-pusing lagi pikirin biaya bulanan gue."

"Oh my God! Pemikiran lo, Put."

"Kenapa? Tapi benar, kan?"

"Ajaib, sih. Pemikiran lo benar-benar ajaib, nggak nyangka aja gue seorang fashion designer juga pemilik E.O kayak lo, bisa berpikir kayak gitu."

"Gue nggak mau tau, pokoknya lo harus datang diacara tunangan sama nikahan gue nanti. Awas aja ya, kalau lo nggak datang, gue pecat lo jadi sahabat gue."

"Kapan emang rencananya? Lo udah tentuin tanggal sama Erlang?"

"Ya, belum sih. Gue mau kasih tau lo dari awal-awal aja, biar nanti lo nggak alasan kalau lo nggak bisa karena harus ketemu client lah, nyusun berkas lah, pelajari kasus lah, atau alasan-alasan lo yang lainnya."

"Iya iya, tenang aja. Gue pasti dateng kok."

"Harus pokoknya, lo, ibu jaksa harus hadir di acara penting gue nanti." Ujar Putri yang  mendapatkan kekehan dari sahabatnya, Raina.















Hope you like it, guys.🧚‍♀

Tandai yaa kalau ada typo. 💜💜

Miss.IndependentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang