Bab 5

128 3 0
                                    

"Putri sama Erlang udah sampai gang depan nih, Ma. Aku langsung keluar aja deh, ya? Aku pamit ya, Ma. Dek, jangan lupa bantu-bantu Mama di rumah ya, kalau tugas kuliahnya nggak terlalu sibuk."

"Iya, Kak."

"Eh, bentar, Kak! Ajak Putri sama Erlang masuk dulu aja. Itu brownies Mama udah jadi, mumpung masih hangat, nanti sekalian Mama buatin cokelat panas."

"Ma, tapi aku janjian sama Maminya Putri jam 11. Eumh, yaudah deh. Aku chat dia dulu, ajak mampir dulu aja ya di rumah." Jawab Raina tak enak hati, mengingat Ratna telah menyiapkan brownies untuknya juga sahabatnya.

"Iya, ajak mampir dulu aja, buat makan brownies. Nggak lama kok, makan brownies sama minum cokelat panas itu nggak sampai satu jam."

"Iya, Ma. Sebentar."

"Kak, Kak Putri udah di depan, nih!" Teriak Juna dari teras rumah.

"Iya, sebentar. Suruh masuk dulu aja, dek." Balas Raina, berteriak juga.

"Yaudah, Mama samperin Putri duluan deh. Biar Kakak yang siapin dan bawa browniesnya ke depan." Pinta Raina dan disetujui oleh Ratna.

"Eh, Rain? Lo, ngapain? Repot-repot banget keluarin brownies segala, gue kesini kan mau jemput lo ketemu Mami?" Tanya Putri yang melihat Raina membawa nampan besar berisi 3 cokelat panas juga beberapa potong brownies.

"Mama mau lo berdua makan brownies dulu di rumah gue. Lagian, emang cuman Mami aja yang kangen sama gue, Mama gue juga kangen kali sama lo berdua. Ya kan, Ma?"

"Iya, Raina benar. Udah lumayan lama kalian berdua nggak main ke rumah, lagi sama-sama sibuk, ya?"

"Eh, iya, Tante. Buat waktu ketemu sama aku aja lagi jarang banget si Putri, Tante. Biasa, katanya sih udah masuk bulannya banyak hajatan." Jawab Erlang.

"Iya sih benar banget. Akhir tahun nanti aja sepupu-sepupunya Raina, udah banyak yang ngasih undangan. Ada yang nikahan, tunangan, bahkan sampai yang mau sunatan juga ada."

"Siapa, Ma, yang mau tunangan? Kok aku nggak dikasih tau? Kalau yang mau nikah itu, anaknya Om Dafa, kan?"

"Iya, adalah. Undangan resminya belum ada. Nanti kalau udah ada, kamu juga dikasih sama yang punya acara."

"Nanti sekalian dibawa ke rumah ya, Put, browniesnya. Tante buat banyak tadi, sengaja. Buat kalian makan disini, sama buat dibawa ke rumah Putri nanti."

"Iya, Tante. Tenang aja. Mami, pasti seneng banget nih nanti, dibawain kue buatan Tante."

***

"Makan malam di rumah Mami dulu aja ya, Rain. Bareng Papi, Mami, Putri, sama Erlang juga. Udah lama loh kamu nggak makan di rumah Mami." Pinta seorang wanita paruh baya yang begitu mirip dengan sahabatnya.

"Lagian di luar juga lagi hujan. Jadi, sambil nunggu hujan reda, kamu stay disini dulu aja sambil nunggu makan malam. Kita makan malam ramai-ramai, disini. Ya?" Tambahnya.

"Mami maksa Raina banget deh kesannya, Mi." Jawab Putri yang melihat Aurora begitu memaksa Raina untuk bisa makan malam bersama keluarganya.

"Kamu diem aja deh, Put. Kamu tuh mana ngerti sih, ini Mami lagi berusaha bujuk anak Mami buat makan di rumah." Omel Aurora, karena memang ia menganggap Raina juga sama seperti Putri.

"Emang benar-benar ya si Mami."

"Oke, aku mau makan malam sama Mami, Papi. Tapi, aku izin Mama dulu ya? Takutnya nanti Mama masakin lebih, buat aku di rumah." Ujar Raina menerima ajakan Aurora,

"Iya, nggak apa. Bila perlu Mami yang minta izin sama Mama kamu. Gimana?"

"Nggak perlu, Mi. Biar Raina aja, nanti. Ayo, kita mau masak apa buat makan malam nanti?" Tanya Raina kepada Aurora.

"Nah, ini nih yang Mami tunggu-tunggu. Masak bareng sama Raina. Coba Putri, dia mana mau kalau Mami ajak buat masak bareng."

"Mami kan tau, Mi. Aku nggak bisa masak, lagi pula Erlang juga nggak masalah kok kalau aku nggak bisa masak. Ya, kan?"

"Iya." Jawab Erlang.

"Tadi pagi Mami, baru aja belanja buat bulanan. Jadi, bahan masakan di kulkas juga masih lengkap. Kamu mau apa, Put?"

"Aku sih kayaknya, apa aja juga aku makan deh, Mi."

"Mami lagi pengen rendang ayam deh, Rain. Yang pedes-pedes gitu. Kamu tau resepnya nggak?"

"Tau kok, Mi. Yaudah, ayo kita buat." Ajak Raina yang langsung disetujui oleh Putri.

"Erlang tunggu di depan aja ya, Mi." Tanya Erlang.

"Ya iya dong, kamu tunggu di depan. Masa kamu mau ikut masak?" Balas Aurora yang diakhiri dengan tawa oleh ketiga wanita yang ada dihadapan Erlang.

***

"Gimana, Pi? Enak masakannya?"

"Kayaknya Papi tau deh ini masakan siapa." Jawab Kepala Keluarga di rumah Putri.

"Siapa coba, Pi? Coba Papi tebak."

"Siapa lagi kalau bukan masakan anak Papi yang pinter dalam hal masak-memasak? Raina, kan?"

"Kok Papi tau sih?!" Kesal Putri, melihat Aditama mudah sekali menebak.

"Jelas. Papi tau banget rasa masakan Mami itu kayak gimana, ini jelas bukan masakan Mami. Kamu? Papi juga tau banget, yang kamu bisa itu cuman masak mie instan sama telur dadar." Jawab Aditama, kemudian mereka berlima tertawa bersama.

"Assalamu'alaikum!" Seru seseorang ditengah-tengah tawa yang ada di ruang makan.

"Wa'alaikumussalam. Eh, Mas? Tumben mau pulang nggak kasih kabar dulu? Ayo, ikut makan aja sekalian." Ujar Aurora setelah melihat siapa yang tadi mengucap salam, masuk.

"Tau, tumben banget lo balik." Sinis Putri sambil melanjutkan makan malamnya.

"Bagas cuman mampir sebentar aja, Ma. Tadi kehujanan dijalan, jadi Bagas mau mandi dulu, makanya pulang ke rumah."

"Yaudah, makan dulu aja, baru kamu lanjut mandi." Ucap Aditama yang melihat rambut anaknya sedikit basah, sisa terkena air hujan.

"Lagian, dari mana lo, sampai kehujanan begitu. Tempat kerja lo kan, jauh banget dari rumah, apalagi apartemen lo." Tanya Putri.

"Habis anter temen, tadi."

"Temen apa demen?" Ejek Erlangga.

"Udah, udah. Ayo, kamu langsung ikut makan aja, Mas. Duduk." Perintah Aurora kemudian menyendokan nasi ke piring putranya.

"Keluarga seperti ini yang aku mau." Batin Raina, ditengah-tengah kehangatan keluarga Putri.















Hai, tandai aja ya kalau ada typo. 💜💜💜

See yew. 🧚‍♀️

Miss.IndependentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang