Bab 15

71 1 0
                                    

"Udah dipersiapkan semua kan, Rum, buat ketemu saksi nanti?" Tanya Raina yang tengah berkemas, kepada Arum yang masih sibuk mengetik.

"Iya, Raina. Tanya si Dika aja coba deh, kemarin sih berkas-berkasnya udah gue kasih ke dia."

"Yaudah kalau begitu. Kita berangkat sekarang aja deh, kalau nunggu jam pulang kerja nanti takut di jalan macet. Lagi pula, gue udah izin ke Pak Malik, kalau kita mau interogasi hari ini, dan udah di iyain juga."

"Lo, yang bawa mobil kantor deh ya, Dika. Nggak mungkin juga kan, ada laki malah cewek-cewek yang disuruh bawa. Oke?" Tambah Raina.

"Iya-iya. Tenang aja kenapa sih, Raina. Tuh berkas-berkasnya udah gue taruh di meja si Sekar, jangan lupa pertanyaan-pertanyaan yang mau kita tanya nanti juga dipersiapin."

"Udah siap kok itu, tuh Arum lagi ngetik pertanyaan-pertanyaannya yang mau kita tanya ke saksi nanti."

"Udah selesai, Rum? Kalau udah kita langsung berangkat aja sekarang." Pinta Dika.

"Udah kok, ini udah kelar. Kita tinggal berangkat aja, yuk." Jawab Arum yang kini sudah berdiri disebelah meja Raina. Setelahnya mereka berempat segera bergegas untuk menemui client, dimana orang itu menjadi salah satu saksi yang akan mengungkap kasus yang tengah dikerjakan oleh Raina beserta ketiga temannya di pengadilan nanti.

***

Setelah tiba ditempat mereka sepakat untuk bertemu, Raina beserta timnya langsung menghampiri meja dimana ia telah menyamakan sebelumnya dengan nomor meja yang sudah diberitahu sebelumnya oleh orang yang akan mereka temui nanti.

"Selamat siang." Sapa Raina yang kemudian dibalas anggukan oleh seorang perempuan yang kemungkinan seumuran dengan Ratna, ibunya, atau bahkan lebih muda.

"Siang, silahkan duduk."

"Dengan ibu Laras?" Tanya Sekar sedikit ragu.

"Iya, saya Laras. Mari-mari, silahkan duduk."

"Oh, iya. Selamat siang, ibu. Kami dari pihak kejaksaan, tim yang tengah menangani kasus yang terjadi di perusahaan yang suami Ibu pimpin." Ucap Dika yang kemudian diangguki oleh Arum juga Sekar. Perempuan itu sedikit tersenyum.

"Iya, saya juga sudah mendapat kabarnya, meskipun saya merasa sedikit terkejut dijadikan saksi oleh pihak kejaksaan."

"Terkejut? Seharusnya Ibu nggak perlu kaget begitu, bukan?" Tanya Raina dengan menunjukan wajah seriusnya saat bekerja.

"Lalu saya harus bereaksi bagaimana? Bahkan sudah cukup lama, saya tidak tahu menahu tentang apapun yang menyangkut suami saya. Mungkin kalau pihak kalian tidak menjadikan saya sebagai saksi, saya mungkin tidak sadar, jika status saya masih memiliki seorang suami." Jelas Laras.

"Jadi, bagaimana? Apa yang ingin kalian tanya dan apa yang ingin kalian tau dari saya?" Tambahnya.

"Sebelumnya maaf, Ibu sendiri tidak tau mengenai permasalahan apa yang sedang terjadi di perusahaan yang suami Ibu pimpin?" Kali ini Arum bersuara.

"Jika kalian tidak menghubungi pihak saya, mungkin saya tidak akan pernah tau."

"Oke, saya mengerti. Sepertinya ada sedikit kesalah pahaman yang terjadi diantara Ibu dengan suami. Tapi, disamping permasalahan Ibu dengan Bapak, apapun itu. Kami tetap harus profesional untuk menyelesaikan kasus ini, karena kasus ini sudah berjalan cukup lama. Kami berharap, ibu bisa bersikap kooperatif dengan kami, agar kasus ini cepat terselesaikan juga. Bagaimana Ibu Laras, pihak Ibu bersedia?" Tanya Raina menatap Laras dengan seksama.

Miss.IndependentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang