Bab 35

148 4 2
                                    

"Lo tenang aja, Mami gue nggak marah sama apa yang lo lakuin kemarin kok. Justru gue yang habis diomelin sama Mami, kata Mami, bisa-bisanya gue dukung lo buat coba-coba minuman laknat itu. Mami nggak tau aja kalo lo yang kekeh banget pengin coba-coba." Tandas Putri sambil menikmati sepotong pizza kesukaannya.

"Oh iya, kalau Mas Bagas sih semenjak acara pertunangan dia sama sepupu lo itu, dia nggak pernah kelihatan lagi nongol di rumah, biasanya sih setiap waktu pasti dia curi-curi timing buat bisa pulang ke rumah. Ya, mungkin aja dia sibuk di Kantor karena kasus kejahatan makin membludak." Tambahnya.

"Lo kenapa sih? Lo ngajak gue buat ketemuan disini bukan cuman buat ngedengerin gue ngomong doang kan, Rain? Kenapa dari tadi lo diem-diem aja sih? Berasa jadi kayak ngobrol sama patung tau gue." Kesal Putri, karena sedari tadi, semenjak mereka berdua duduk di Cafe, Raina hanya berbicara sepatah dua patah kata saja.

"Nggak tau kenapa, tapi perasaan gue nggak enak banget deh, Put."

"Perasaan lo doang kali tuh, karena bentar lagi lo mau ada sidang, jadi kebawa feel nya."

"I wish, but you know me so well kan, Put. Firasat gue jarang salah, nggak tau kenapa dari kemarin perasaan gue benar-benar nggak enak banget. Dada gue deg-degan setiap saat."

"Idih deg-deg an setiap saat segala, udah kayak calon penganten aja deh lo, Rain. Rilex aja, Rain, come on."

"Oh iya gue makin lama kok semakin nggak suka ya sama Tante lo itu."

"Siapa?" Tanya Raina heran.

"Calon mertuanya Mas Bagas, mukanya nggak bersahabat banget kayaknya. Lama-kelamaan gue ngelihatnya jadi gondok sendiri."

"Gue sih dari dulu memang nggak suka sama dia." Timpal Raina.

"Ya ya ya, gue jadi takut deh Mas Bagas kena mental kalo udah jadi bagian dari keluarga mereka nanti." Kata Putri yang sedikit ditambahi bumbu-bumbu candaan.

"Lo ngeledek keluarga gue juga dong kalo lo ngomong begitu. Secara mereka masih ada ikatan darah sama gue, ya, walaupun kalau bisa sih gue juga nggak mau."

"Oh iya, benar juga sih ya. Eh tapi btw bener kan apa kata gue, lo pasti punya perasaan sama Mas Bagas. Waktu itu aja sok-sokan bilang nggak ada perasaan apa-apa lo ke Mas gue, eh kemarin nyerah juga kan lo, akhirnya ngaku juga kalau lo demen sama Abang gue itu." Ujar Putri yang membuat Raina sedikit salah tingkah.

"Tapi ya kharisma Abang gue itu emang kuat banget sih. Jadi ya wajar aja kalau banyak yang suka sama dia, gue nggak heran lagi." Lanjut Putri.

"Gimana lo sama calon suami lo?" Tanya Raina berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Maksudnya?" Jawab Putri tak mengerti.

"Ya, persiapan pernikahan kalian udah sejauh apa?"

"Hah? Udah deh lo nggak usah pura-pura mengalihkan pembicaraan kita ini. Yang seharusnya ditanya itu lo, lo nggak mau buat bikin Mas Bagas beralih ke lo gitu? Karena ya secara dari awal gue lebih setuju dia sama lo. Lo yang jadi kakak ipar gue."

"Jangan aneh-aneh deh, Put. Nggak akan ada kekacauan ketiga, keempat, dan yang lainnya. Cukup kekacauan kemarin yang gue buat, meskipun gue sedikit merasa lega karena hal yang gue buat malam itu, tapi tetap aja itu nggak dibenarkan."

"Yah kekacauan tipis-tipis begitu mah nggak ada apa-apanya deh, Rain. Harusnya kemarin kalau lo mau nekat calling-calling gue dong. Jadi kan gue bisa ikut turut serta tuh, akting gue kan lumayan juga. Kalau bisa sampai kita bikin acara semalam gagal total." Jawab Putri yang mendapatkan pukulan kecil dari Raina.

"Kalau ngomong tuh yang bagus-bagus, jadi kalau ada malaikat lewat bisa di Aamiini. Kalau acaranya gagal lo juga yang malu, secara itu kan acara yang dibuat keluarga lo."

"Dih? Masih percaya aja lo sama omongan-omangan jadul semacam itu? Hello Raina, lo tinggal di abad berapa sih?"

"Ya kita kan nggak pernah tau apa dampak dari perkataan yang sela--" Ucapan Raina terhenti sejenak karena ponsel yang ada di meja, miliknya berdering, menandakan telpon masuk.

"Iya, Hallo. Benar dengan saya sendiri, Pak." Ujar Raina ketika sedang berbicara dengan seseorang di telpon.

Tidak lama setelah itu, Raina menjatuhkan ponsel miliknya dan langsung pergi meninggalkan Putri yang merasa heran akan sikap Raina setelah menerima telpon. Karena ada sedikit keterkejutan dan rasa khawatir di raut wajah milik Raina.

"Sialan gue ditinggal. Eh, Raina! Raina, lo mau kemana!? Ihh hobby banget sih lo ninggalin gue mendadak." Teriak Putri dengan keras dan tentu saja kesal, namun setelahnya Putri mengambil ponsel milik Raina yang terjatuh dan langsung mengikuti kemana arah perginya Raina.






















Hallooo, kira² ada nggak ya yang nunggu cerita yang udah debuan banget ini? Hihihi🤭

Mohon bantuan koreksinya ya kalau ada typo🙌

See yew!🧚‍♀️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Miss.IndependentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang