Bab 10

113 1 0
                                    

"Tetap ya shay, pulang-pergi dari kost-an. Emang batu banget sih lo, Rain."

"Apa sih, Dik. Batu gimana, jelas-jelas gue manusia. Ada wujudnya gini." Jawab Raina sambil menyusun beberapa berkas.

"Maksud si Dika itu, lo terlalu keras kepala, Rain." Ujar Arum, kemudian mengambil kacamata radiasi miliknya di dalam laci, demi kenyamanan dalam bekerja.

"Iya tuh, Semalam Mama lo whatsapp gue, beliau bilang lo keras kepala banget, ngotot tetap mau pulang-pergi dari tempat kost, lo. Nggak mau dari rumah, padahal tangan lo masih kepasang gyps, kan." Tambah Sekar, yang disetujui oleh Dika juga Arum.

"Gue masih sanggup buat pulang-pergi sendiri kok. Lagian, gue nggak separah apa yang orang-orang pikir. Gue masih bisa berangkat pakai busway, seperti biasa. Jadi, tenang aja, emang kadang Mama aja yang terlalu khawatir sama anak-anaknya." Jelas Raina sambil menuangkan jus kemasan yang ada di ruang kerja mereka ke dalam botol tumblr miliknya.

"Iya deh iya. Emang susah banget ngomong sama lo, Rain." Ucap Sekar final.

"Gimana keadaan lo, Rum? Ada luka parah?" Tanya Raina sambil mengamati Arum dari atas hingga bawah.

"Kalau keadaan gue parah, gue nggak akan diizinin pulang setelah sehari dirawat, kan? Kayak yang lo lihat, gue baik kok."

"Syukurlah kalau begitu, lega banget gue setelah lihat lo secara langsung gini. Oh iya, keadaan supir yang waktu itu supirin kita gimana? Sempet dirawat di rumah sakit juga? Beliau sehat, kan?" Tanya Raina lagi.

"Nggak, Rain. Bapak itu, aman kok. Beliau nggak kenapa-kenapa, cuman sedikit kena benturan di dahinya aja."

"Dari kecelakaan itu, cuman lo yang kena luka lumayan berat. Lihat, tangan lo sampai kena gyps begitu." Tambah Arum sambil menunjuk tangan Raina yang terpasang gyps.

"Iya, nggak apa. Lo kan tau, Rum, kemarin waktu kita kena musibah. Ada truk yang nggak bisa ngendaliin kendaraannya, yang ngebuat truk itu pindah jalur ke jalur kita, jadi berlawanan. Ya, secara spontan Pak supir kemarin banting stir ke kiri kan, terus nabrak pembatas jalan, dimana sebelah kiri ada gue, ya otomatis gue yang kena. Tapi nggak apa, lagi pula nggak lama lagi juga gue lepas gyps nya kok. Lusa gue kontrol ke rumah sakit."

"Tapi kecelakaan yang menimpa kalian kemarin tuh, orang kantor minta usut kasusnya ke kepolisian." Ucap Sekar memberitahu kepada kedua rekannya yang tertimpa musibah.

"Iya, gue tau kok. Kemarin waktu di rumah sakit, gue udah dipintai keterangan sama pihak kepolisian." Jawab Arum.

"Sama, gue juga udah kok. Tapi, menurut gue seharusnya nggak perlu terlalu didalami juga sih. Karena gue yakin, itu kasus kecelakaan biasa, bukan kasus kecelakaan yang disengaja. Lagi pula, pihak supir truknya juga udah minta maaf secara langsung kan."

"Ya, kalau pihak kantor udah minta diusut, kita bisa apa, kan? Kita tunggu aja gimana kedepannya. Semoga emang benar-benar kasus kecelakaan biasa." Sahut Sekar yang mendapat jempolan dari Dika, pertanda setuju dengan perkataannya barusan.

"Gue minta tolong dong, Dik. Berkas perkara yang terakhir kali revisi itu dikirim ke gue file nya." Ujar Raina setelah duduk di kursi dan mencoba kembali fokus untuk bekerja.

"Oke, sebentar. Gue cari dulu ya file nya."

***

"Heran ya sama dia, gayanya sok banget. Padahal kerja disini aja belum bertahun-tahun, tapi gayanya udah kayak merasa paling senior aja." Cibir salah satu senior di kantor tempat Raina bekerja, saat Raina beserta ketiga anggota timnya berjalan melewati meja senior tersebut.

Miss.IndependentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang