Bab 22

55 1 0
                                    

Aku kesal untuk mengakuinya,
Mengapa diantara milyaran manusia di bumi, yang aku mau cuman kamu?
-Raina-

"Kenapa kamu ikut datang juga Kak? Emang besok kamu berangkat jam berapa? Nggak akan telat?" Ujar Ratna membisikan kalimatnya kepada Raina.

"Nggak apa, Ma. Besok kemungkinan aku berangkat agak siangan, lagian kalau pun aku nggak hadir, Tante Sofi pasti tambah getol deh buat jelek-jelekin aku."

"Hustt. Kamu nggak boleh begitu ah, Kak. Mau bagaimanapun dia tetap aja Tante kamu, kan."

"Alhamdulillah acara pengajiannya berjalan lancar ya." Ucap Sofia yang saat ini tengah duduk di sofa, merasa lega karena acara pengajian malam jum'at yang diadakannya berjalan dengan lancar.

"Iya, Alhamdulillah. Yang hadir malam ini juga cukup banyak, jadi ngerasa lega sekaligus puas karena makanan yang kita buat nggak mubadzir." Sahut Ratna.

"Oh iya, karena malam ini keluarga kita juga sekalian kumpul, ada yang mau aku omongin."

"Apa kak? Amel mau married?" Tanya Tante Raina yang lain, Adik Ayahnya yang paling kecil.

"Do'ain aja ya, belum sampai ketahap itu sih, tapi kamu do'ain aja, semoga keponakan kamu bisa segera ke jenjang yang lebih serius."

"Kenalin yang duduk di sebelah Amel itu, Bagas. Mama nggak tahu hubungan kalian berdua kayak gimana, dan sudah sampai ke tahap seperti apa. Jadi, biar Amel dan Bagas langsung aja ya yang ngomong, biar enak."

"Who's him, Mel?"

"Eumh, semuanya kenalin ini Mas Bagas, teman dekat Amel." Jawab Amel sedikit kikuk karena bingung harus seperti apa ia memperkenalkan Bagas kepada keluarganya.

"Kalian berdua pacaran?" Tanya Papa Amel.

"Apa di umur kami yang sudah dibilang cukup matang ini, masih ada istilah pacar-pacaran? Maaf sebelumnya, tapi kami berdua sepakat kedepannya untuk menjalani hubungan ke jenjang yang lebih serius." Jawab Bagas mantap.

"Jenjang yang lebih serius?" Sahut Ratna.

"Iya, Tante." Ujar Amel.

"Kalian kenal sudah cukup lama?" Tanya Papa Amel kembali.

"Kebetulan dua tahun belakang ini, Om." Ucap Bagas sambil melirik Papa Amel sejenak.

"Udah ah, Pah. Interogasinya udah dulu, sampai tegang begitu muka calon mantu Mama."

"Kamu nggak ada niat bercanda ke anak saya? Anak saya bukan orang sembarangan asal kamu tau, keluarga saya bisa saja langsung membuat kamu bertekuk lutut dihadapan keluarga kami, kalau sampai kamu macam-macam dengan anak saya."

"Pah, udah dong. Kasihan Mas Bagas, lagian Amel sama Mas Bagas kan udah sepakat kalau kita berdua mau lanjut ke tahap yang lebih serius." Sahut Amel yang kini bersuara.

"Lagi pula, nak Bagas ini Kakak dari temannya Raina kok, Mas. Jadi aku yakin kalau nak Bagas pasti bertanggung jawab banget, kepribadiannya juga pasti baik." Ucap Ratna.

"Temannya Raina yang waktu itu ke rumah, Kak?" Tanya Wulan.

"Iya, Temannya Raina, Putri." Jawab Ratna.

"Kamu kok diem aja dari tadi, Raina, kenapa?" Lanjut Tante Raina lagi yang paling kecil, Wulan.

"Eh? Nggak apa-apa, Tante. Mungkin masih kebawa kerjaan di Kantor tadi."

"Jangan terlalu pusing pikirin kerjaan, Rain. Pikirin sih boleh aja, tapi ya selama kita masih di tempat kerja. Setelahnya, yaudah, lepasin aja semua bebannya, rileks in diri kamu. Lagian masalah kerjaan nggak baik kalau sampai dibawa-bawa kehidupan sehari-hari kamu." Ujar Wulan memberi nasihat kepada sang keponakan.

Miss.IndependentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang