Tegukan terakhir dari kaleng minuman Dewangga belum juga menghilangkan rasa haus, garis bibirnya tertarik turun karena rasa kesal yang mengburnya dari kemarin belum juga hilang. Tak jauh di depannya ada sekelompok anak yang mengenakan seragam sekolah berbeda dengan miliknya, 'ah sekolah tetangga' pikir Dewangga mengira, sekolahnya memang hampir dekat dengan sekolah lain, tidak heran jika banyak murid berjalan kaki di sepanjang jalan menuju sekolahnya.
Dua anak sekolah lain di depannya terlihat menertawakan anak anjing liar yang mereka jahili. 'anak anjing yang malang' Dewangga berdengus, kaleng kosong ditangannya yang sedari tadi belum dibuang dilayangkan hingga menimpa kepala anak yang iseng menarik-narik ekor anak anjing liar.
"Siapa sih, fuck!" keluh korban lemparan kaleng Dewangga, anak berbadan bongsor itu berdiri menatap Dewangga nyalang.
"Mau mati lo, bangsat?!" tanya anak lain ber perawakan kurus yang juga ikut berpartisipasi menjahili anak anjing.
Dewangga tertawa kecil dan berujar di sela tawanya, "Iya."
"Bocah gila," umpat anak berseragam bongsor lalu berlari kesetanan berniat menghajar Dewangga.
Dua pukulan melesat dari anak ber perawakan bongsor, berhasil melempar Dewangga diatas aspal, tanpa pikir panjang ia menggunkana kesempatan ini untuk menduduki tubuh Dewangga mengunci pergerakan lawan.
"Uhuk-" Dewangga terbatuk kala merasakan beban yang berat menghimpit tubuhnya diantara aspal.
Pukulan bertubi-tubi mendarat di rahang serta wajah Dewangga hingga pipinya terasa kebas. "Bangsat, uhuk." Dewangga mendorong laki-laki diatas tubuhnya sekuat tenaga hingga posisi menjadi berbalik, bogeman melayang pada hidung lawannya hingga darah merah pekat keluar dari hidung anak berbadan bongsor dibawahnya lalu kedua tangannya mencengkram kerah hoodie lawan hingga hampir mencekik leher.
"Badan lo berat banget, shit!. Rasanya kayak ada gajah duduk diatas badan gue," keluh Dewangga.
"Anjing!" pekik teman dari lawan Dewangga yang semula hanya berdiri menonton, percaya jika teman berbadan bongsornya akan menang atas Dewangga. Anak berperawakan kurus itu berlari dengan berbekal tas di tangan yang siap digunakan menghantam kepala Dewangga.
Mengingat ia tak memiliki senjata, jelas saja Dewangga melepas cengkramannya pada kerah hoodie lawan, lalu menjadikan kedua tangannya sebagai tumpuan yang bertumpu pada perut anak bongsor dibawahnya, lalu mengayunkan kaki pada anak kurus yang berjarak kurang dari satu meter.
"BRUK!!"
"UHUK-UHUK!"
Anak berbadan kurus itu jatuh terjegal kaki Dewangga, sedangkan si bongsor yang sedari tadi di bawahnya terbatuk karena dewangga menumpunkan beban tubuhnya pada tangan yang menekan tubuh si bongsor yang berbaring di tanah.
"Wah sepatu lo bagus, nih. Bobotnya lumayan juga." Dewangga terkekeh lalu melepas sepatu anak bertubuh bongsor yang masih terkapar.
"Maksud gue, lumayan juga kalau buat bikin lo berdua mampus," ucap Dewangga kemudian memukulkan sepatu hitam ber hak lumayan tinggi dan tebal itu pada kepala dua anak yang terkapar di aspal.
"ARGH!"
"AH!"
Mereka memegangi kepalanya yang lecet kemerahan di dahi akibat pukulan dari sepatu, "Gue kira, gue bakal puas main pagi-pagi, ternyata yang gue temuin cuma ampas," keluh Dewangga kembali melanjutkan jalan kakinya menuju sekolah.
"Anjing, lo!"
"Bacot!"
Teriak dua orang dibelakang yang terdengar seperti suara jangkrik yang tidak dihiraukan oleh Dewangga.
Begitu kakinya melewati gerbang, semua terasa sangat membosankan, anak-anak berlalu-lalang. Sebagian dari mereka berjalan dengan mata tertuju pada buku di tangan, ada yang berjalan dengan mulut disumpal penuh dengan makanan, beberapa anak berjalan bergerombolan, ada juga beberapa anak perempuan yang melewati Dewangga dengan mata berbinar, menatap wajah tampannya walau dihiasi oleh lebam. Mungkin sebagian dari tatapan itu hanya bermaksud mengagumi, ada juga yang bermaksud memegang wajah Dewangga dengan dalih mengobati luka diwajahnya.
Kelas siang sejauh ini berjalan dengan tenang, hingga siswa-siswi yang satu kelas dengan Dewangga menatapnya heran, tumben sekali anak pembuat onar dan biang masalah itu diam seperti kerasukan setan, guru yang mengajar hari ini juga tampak lega saat melihat Dewangga diam memperhatikan pelajaran tanpa melakukan keributan atau tidur di mejanya.
Semua merasa janggal, ada sebagian kelompok yang merasa diuntungkan karena bisa belajar dengan tenang, sedangkan anak yang biasanya main adu jotos dengan Dewangga merasa sepi kehilangan semangat gulat dengan Dewangga, walau ia sudah menjahilinya dengan berbagai cara, ia tidak mendapat respon dari yang diganggu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Tragic
Mistério / Suspense[Long story ver. Will be available soon] -Niskala Kisah tragis yang indah, aku menyebutnya demikian karena kamu yang datang juga dengan kisah tragis memberiku keinginan untuk tetap hidup, memberiku keserakahan untuk tinggal didunia lebih lama. Tapi...