❝Raja dan semua narasinya❞
- ℍ𝔸ℝ𝔸𝕁𝔸 | 𝑤𝑖𝑛𝑛𝑦 𝑟𝑎𝑖𝑛
Ketika senyumanmu hadir dalam gelapku
Ketika ragaku terpaku pada hadirmu
Kau mencerca seluruh jiwaku dengan pelukan hangat sanubarimu
Perasaanku runtuh terhadapmu
Dan aku takluk pada had...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
perasaanku runtuh terhadapmu
dan aku takluk pada hadirmu
ℍ 𝔸 ℝ 𝔸 𝕁 𝔸
Hari-hari berjalan seperti biasa. Tak ada yang menarik bagi Acha. Gadis itu merasa dia menjalankan hari-harinya cukup biasa, bernafas, berkedip, berjalan seperti biasa. Baginya kesehariannya hanyalah rutinitas yang membosankan. Konstelasi yang tampak berjalan sejajar dengan garis horizontal.
Namun tidak bagi Raja. Baginya kedatangan Acha merupakan sebuah korelasi yang sempurna. Dengan senyuman Acha yang menjadikan setiap detiknya adalah wasiat paling berharga. Raja menjadikan hari-harinya bagai orang paling bahagia di muka bumi. Perasaan itu bermetamorfosis bagai kupu-kupu yang berterbangan dalam pikirannya. Tak ada yang bisa di dekskripsikan lebih lanjut. Raja hanya merasa, bahagia.
"Raja udah bel, Acha ke kelas dulu ya?"
Raja masih melamun diatas bangku taman yang menghadapkan dirinya pada kelas Acha. Dengan senyuman yang merekah di wajahnya, Raja menatap kelasnya dengan tatapan kosong tanpa arti.
Singkat, padat, jelas. Gombalan Raja menyusup melalui celah telinga Acha. Terdengar klise namun cringe bagi Acha. Percayalah, Raja merasa dia adalah orang paling keren setelah mengatakan itu. Namun jika dipikir kembali secara logika dan menurut pemikiran otak seorang Kayla Acha Auristela, Raja terlihat seperti buaya dengan seribu kata-kata manis yang siap disantap bagai gulali.
"Acha masuk duluan."
Bungkam seribu bahasa. Raja kesal, setidaknya dia harus melihat muka Acha yang memerah seperti tomat. Bagi Raja akan sangat lucu jika memandang gebetannya yang salting, seperti saat dia menggombali Raina dengan seluruh puisinya. Tunggu, kenapa dia harus mengingat Raina?
Raja bungkam, ingatannya tentang Raina berputar begitu saja. Semuanya nampak sama, seperti potongan film yang mengorbit di kepalanya. Raja hanya tersenyum, mengabaikan ribuan polaroid yang berjajar dalam otaknya.
ℍ 𝔸 ℝ 𝔸 𝕁 𝔸
Ketika senyumanmu hadir dalam gelapku
Ketika ragaku terpaku pada hadirmu
Kau mencerca seluruh jiwaku dengan pelukan hangat sanubarimu