Kriiiing...
Suara alarm mulai memekakan telinga Frella, meskipun jam masih menunjukkan pukul 04.30 tapi Frella harus bergegas dan menyiapkan dirinya, karena hari ini adalah hari pertamanya berada di sekolah menengah atas.
Hati Frella berdegup dengan kencang, entah apa yang membuatnya gugup padahal ini bukan pertama kalinya ia akan bersekolah tapi rasanya kali ini berbeda. Di kota yang baru suasana yang baru, rumah dan bahkan kasur yang saat ini hendak Frella tinggalkan. Semua baru.
Fredella Haira Ivanka atau yang biasa disapa Frella, gadis keturunan Jawa yang baru berumur 16 tahun. Tinggal bersama Ibu dan kedua adiknya di kota besar yang baru satu bulan ia tinggali. Empat bulan yang lalu ayahnya baru saja gugur di medan pertempuran, mempunyai seorang ayah yang mengabdi pada negara membuatnya harus siap kehilangan sang ayah kapan pun. Berasal dari Jawa sikap ayu Frella banyak disukai terbukti dari para tetangga yang baru sebulan mengenal Frella tapi sudah menyukai watak gadis berambut sepunggung yang bermata indah itu.
Tubuhnya yang tidak terlalu tinggi dan cukup berisi untuk remaja berumur 16 tahun ditambah kulit dan wajahnya yang putih bersih membuat banyak orang menyukai Frella. Terutama Pram mantan kekasihnya saat SMP.
Mereka terpaksa berpisah karena Pram yang tak ingin melangsungkan hubungan jarak jauh, karena Frella harus pindah dari Kota Yogyakarta menuju Jakarta karena meninggalnya sang ayah membuat ia dan keluarganya kehilangan mata pencarian maka Natya Paramita—ibu Frella akhirnya memutuskan untuk berpindah ke kota Jakarta agar lebih dekat dengan sanak saudaranya yang mungkin hendak membantu meskipun nyatanya tidak.
Kembali pada kesibukan Frella menuju hari pertamanya bersekolah. Ia sudah siap dengan seragam barunya yang baru saja dibeli oleh ibunya dua hari yang lalu. Mengingat sekolah Frella hampir lupa membangunkan kedua adiknya yang sama sama harus bersekolah Fanisha Haina Ivana dan Farell Haidar Ivano, mereka juga akan kembali bersekolah meskipun tingkatnya berbeda dengan Frella. Fanisha dan Farell satu angkatan karena mereka adalah anak kembar tak seiras yang hari ini juga akan memasuki jenjang kelas delapan sekolah menengah pertama.
"Fanisha, Farell ayo bangun!" Teriak Frella di depan pintu kamar mereka yang disatukan tapi bersekat, karena keadaan rumah yang hanya memiliki 3 kamar.
"Iyaaaa, gausah teriak juga kali!" Balas teriakan seseorang dari dalam, terdengar dari suaranya itu adalah Fanisha.
Setelah membangunkan kedua adiknya ia langsung ke dapur melihat ibunya yang sedang berkutat dengan alat alat dapur. Sudah dipastikan ia sedang menyiapkan sarapan untuk ketiga anaknya.
"Mam, masak apa? Repot banget kayanya." Sapa Frella pada Natya.
"Nasi goreng aja gapapa ya? Nasi kemarin malam belum habis sayang kalo dibuang soalnya." Natya menjawab sambil kembali memotong sawi.
"Yah Mama, bukan gapapa lagi itu mah gapapa banget. Itu kan menu spesial di keluarga ini." Gurau Frella sembari membantu ibunya memecahkan telur yang hendak disatukan dengan Nasi goreng nanti.
Natya hanya tersenyum, sedikit terenyuh dengan sikap ketiga anaknya yang sangat pengertian dengan situasi keluarga saat ini. Gaji suaminya masih berjalan sampai saat ini sampai waktu untuk pensiun. Tapi jumlahnya sudah berbeda karena sudah tidak bertugas. Jadi apa yang ada sekarang harus sangat dicukup cukupkan. Ditambah ketiga anaknya yang masih ada di bangku sekolah.
Saat ini Natya menjalankan usaha kecil dengan membuat beberapa kue kering dan bolu yang dijual secara online dan juga dititipkan pada toko toko kecil sekitar rumahnya saat ini. Karena baru sebulan dimulai usahanya belum begitu besar, jadi hasilnya pun terkadang belum bisa menutupi modal.
Jam sudah menunjukkan pukul 06.05 yang artinya 30 menit lagi bel masuk akan berbunyi, Frella, Fanisha dan Farell sudah siap dengan tas masing-masing.