6 - Dia lagi

22 2 2
                                    

Setelah mendengar pengumuman bahwa istirahat selesai, Frella dan ketiga temannya pun segera membereskan kegiatan gosip mereka dan kembali ke lapangan sesuai dengan instruksi yang diberikan ketua osis tadi. Setelah istirahat mereka akan kembali berkegiatan.

Kini lapangan sudah kembali penuh, baik Frella, Kalila, Prisa maupun Anas mulai mencari barisan yang nyaman yaitu berada di tengah agar tidak terlalu jauh dengan sumber suara juga tidak terlalu dekat.

Mereka semua kini duduk di barisan masing-masing di tengah lapangan yang mulai tersorot sinar matahari, hari sudah menujukan pukul sepuluh matahari mulai naik keatas dan mengeluarkan sinarnya yang menyilaui indra penglihatan.

"Selamat pagi menuju siang, kegiatan kedua untuk MOS hari ini adalah berani dan menghormati judulnya, isi kegiatannya adalah adik semua diminta untuk meminta tanda tangan senior sebanyak-banyaknya. Minimal 10 tanda tangan, kalian bisa meminta tanda tangan senior kelas 11 ataupun 12. Karena untuk kegiatan ini kami osis dan guru sudah setuju untuk memberikan freeclass untuk satu jam kedepan pada kelas  11 dan 12 demi mendukung kegiatan MOS kali ini," Ucap Gibran di atas panggung.

Para siswa kelas sepuluh mulai sibuk mempersiapkan buku dan pulpen mereka, ada yang merasa senang ada juga yang takut. Dan Frella termasuk yang takut untuk kegiatan kali ini, ia pasti akan sangat sulit mendapatkan tanda tangan.

"Kembali diingatkan, untuk senior laki-laki kalian bisa meminta tanda tangan dengan pulpen biru dan perempuan dengan pulpen merah. Kegiatan ini dimulai dari sekarang, silahkan berpencar." Gibran mengintruksi.

Semua siswa langsung berlarian kesana kemari, termasuk Kalila, Prisa dan Anas. Mereka lebih dulu pergi meninggalkan Frella yang kini kebingungan harus meminta tanda tangan pada siapa. Selain takut ia juga tidak tau mana saja yang merupakan seniornya.

Frella kini melangkahkan kakinya menuju koridor, dilihatnya banyak teman seangkatannya mulai berbaris meminta tanda tangan seniornya. Setelah sibuk mencari siapa yang akan ia minta tanda tangan yang pertama akhirnya Frella menemukan sosok yang sempat dicarinya pagi tadi.

"Adam!" Teriak Frella.

Adam yang merasa terpanggil pun menolehkan kepalanya pada sumber suara, sadar siapa yang memanggilnya ia berlari kecil pada Frella.

"Hey, ketemu lagi. Udah dapet berapa tanda tangan?" Tanya Adam.

Frella mengangkat bukunya sambil menggeleng, Adam sedikit tertawa melihat buku tulis Frella yang masih putih bersih belum tercoret sedikit pun.

Adam menggenggam tangan Frella dan menariknya kecil. Ke arah beberapa siswa yang sedang berkumpul.

"Minta sana, gua udah tadi. Ini kelas 11," Ucap Adam.

Frella hanya melongo, kini di hadapannya ada beberapa anak cowok yang sedang mengobrol sambil tertawa sesekali. Perlu di garis bawahi semua adalah laki-laki. Bagaimana caranya Frella meminta pada yang perempuan saja ia takut apalagi ini lawan jenisnya.

Frella menatap Adam sambil menggeleng, Adam yang melihatnya menarik napasnya.

"Lo cuman tinggal bilang misi kak, boleh minta tanda tangannya. Udah gitu doang Fre gaakan digigit juga," Ucap Adam.

Frella yang akhirnya pasrah mencoba melangkah lebih dekat pada seniornya itu. Dan..

"Eh ada adik cantik, mau apa?" Tanya salah seorang seniornya.

Frella sedikit terkejut karena seniornya tiba-tiba berbicara. Adam yang melihat itu hanya menahan tawa karena saat ini pipi Frella sudah merah entah salting atau malu. Yang jelas wajahnya sangat lucu di mata Adam.

"I-iya kak, boleh saya minta tanda tangannya," Tanya Frella hati-hati.

"Apasi yang engga buat dekel cantik gini, mana buku sama pulpennya?" Frella segera menyodorkan buku dan pulpen biru.

RaharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang