3 - Bertemu

19 2 0
                                    

Sudah hampir satu jam lebih Frella dan anak kelas sepuluh lainnya mengelilingi sekolah. Sungguh kegiatan ini membuat betis Frella rasanya mau lepas dari tulang kakinya, kerongkongannya mulai kering tanda harus segera ada yang membasahi.

"Oke adik-adik, ini spot terakhir yaitu cagar budaya. Disini kalian bisa liat-liat sendiri ada apa aja, terus bisa istirahat juga di pendopo. Jam 11 semua bisa langsung kumpul di lapangan tanpa perintah dari kaka," Amanda—osis mulai mengintrupsi seluruh anggota kelas sepuluh mipa dua.

"Baik kak!" Jawab seluruh anggota kelas sepuluh mipa dua.

Kini Frella dan Kalila mulai mencari bangku taman yang kosong, karena hampir semua sudah terisi oleh anak lainnya.

"Itu Fre, kosong," Kalila melangkahkan kakinya cepat. Diikuti Frella di belakangnya.

"Duh gila cuman keliling sekolah aja cape bener, oh iya Fre gue lupa bawa minum. Lo bawa ga? Kalo engga juga kita ke kantin buat beli," Kata Kalila ditengah istirahat mereka.

Frella yang merasa membawa botol minum  mulai merogoh tasnya, tapi ternyata nihil. Isi tasnya hanya topi upacaranya dan satu buku tulis.

Frella nyengir, sambil menggeleng.

"Yaudah beli deh yu?" Kalila mulai merapikan seragamnya.

"Ayo." Frella ikut berdiri.

***

"Ini berapa keliling woy? Gua udah gempor," Teriak Daffin yang seragamnya sudah lusuh basah terkena keringat.

"Tau si Galen, Len woy berapa keliling?!" Adit mulai angkat suara.

"Sepuluh sepuluh," Galen menjawab sambil ngos-ngosan.

"Waduh gua udah sebelas lagi," Damar memelankan larinya.

"Ngibul lu onta, baru juga tiga keliling. Lu lari aja kaya kaga ada gairah males banget gua liatnya," Janu membalas Damar.

Damar hanya tertawa sambil memeletkan lidahnya dan berlari ke pinggir lapangan, dia mengacungkan dua jarinya membentuk peace.

"Ga adil nih, dia berenti kita juga berenti lah!" Galen yang sudah lelah bercampur emosi.

Galen dan yang lainnya ikut menyusul Damar yang sudah anteng duduk di bawah pohon rindang.

***

Frella dan Kalila mulai menyusuri setiap koridor menuju kantin, dan yang sekarang membuat langkah mereka terhenti adalah saat hendak menyebrangi lapangan utama untuk menuju kantin, mereka berdua melihat enam cowok yang sedang mengibas-ngibaskan tangannya ke arah wajah.

"Kal," Frella menahan langkahnya.

"Senior, ganteng Fre," Kalila hanya bengong melihat ketampanan anggota inti Gardapati itu.

"Yakin kita lewati mereka?" Frella bertanya pada Kalila.

"Ya lewat mana lagi? Gue belum hapal jalan jalan pintasnya. Kalo jalan utama ya ini," Jawab Kalila.

Frella menggandeng erat tangan Kalila yang mulai melangkahkan kakinya.

3 meter lagi mereka akan melewati anggota inti Gardapati, jantung Frella berdegup. Sedikit mengalihkan penglihatannya ke objek yang lain.

RaharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang