7 - Gardapati

25 1 0
                                    

Damar sudah kembali sejak tadi Adam dan Frella pamit pada kelima sahabatnya, kini mereka berenam fokus dengan ponsel masing-masing memainkan game online yang sering dimainkan oleh cowok-cowok jaman sekarang.

"Eh aduh anjing Mar, lo yang bener dong mainnya," Teriak Galen.

"Gua udah bener ya nyet, tangan lo tuh kebanyakan nyolong gorengan Bi Eha jadi noob," Balas Damar.

"Enak aja, tangan lo tuh bau. Lo ga cebok ya anjir pas di toilet tadi," Galen tidak diam kembali membalas perkataan Damar.

"Elah berisik lo dua," Adit yang sedari tadi fokus kini bersuara merasa terganggu dengan dua suara orang aneh yang kini ada di hadapannya.

"Wop, santai bos," Kini Januar angkat suara.

Mereka kembali fokus pada layar ponsel masing-masing sampai akhirnya bel tanda masuk kelas pun berbunyi.

Kepada seluruh siswa dan siswi kelas 11 dan 12 diharapkan kembali memasuki kelas masing-masing.

Mendengar pengumuman, Damar dan kelima sahabatnya mengakhiri permainan mereka. Keenam pentolan sekolah itu pun mulai melangkahkan kakinya menuju kelas.

"Eh btw tadi ade kelas yang dibawa si Adam cakep juga ye," Ucap Januar.

"Iya apalagi kalo jadi cewe gua, makin cakep tuh HAHAHA," Daffin ikut nimbrung.

"Si Adam? Bawa cewe?" Tanya Damar.

"Lah lo kemana? Oh iya bener lo tadi ke toilet. Cakep Dam suer dah lo kalo liat juga demen," Jawab Januar.

"Lagi ga minat gue," Damar mempercepat langkahnya menuju kelas.

"Cih, move on dong brother." Suara Daffin mengakhiri percakapan singkat mereka.

Entah lupa ingatan, apa memang mereka tidak peduli. Tapi tidak satu pun diantara keenam cowok itu mengingat Frella. Apa karena kemarin mereka kelelahan sehabis lari di lapangan, atau mungkin juga karena rambut Frella yang berbeda. Karena kemarin Frella menguncir kuda rambutnya sedangkan hari ini ia mengurai rambut indah sepunggungnya itu.

***

Di tengah lapangan kini seluruh buku tulis siswa kelas sepuluh sedang diperiksa oleh osis. Memastikan kalau mereka semua benar-benar meminta tanda tangan seniornya.

Kini giliran Frella, dan yang memeriksa adalah sekretaris osis yang sempat membuat Frella terkagum dengan kecantikannya.

"Coba kaka liat hasil tanda tangan kamu," Ucap Lalitha-sekretaris osis.

"Ini kak," Frella memberikan bukunya.

Lalitha yang sedang memeriksa buku Frella sempat terdiam dan seperti berpikir. Membuat Frella khawatir apa ada yang salah dengan hasil tanda tangannya.

"K-kenapa kak? Ada yang salah ya?" Tanya Frella.

Lalitha menggeleng, lalu kembali memberikan buku yang dipegangnya tadi pada pemiliknya.

"Kamu- kenal Damar?" Tanya Lalitha sempat tertahan.

Frella terdiam. Damar? Senior yang kemarin kan. Ucap Frella dalam hati.

RaharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang