4 - Jalan Kaki

17 2 0
                                    

Lo bisa pergi. Enak banget tu orang, udah nyuruh ga bilang makasih pake duit orang juga. Gila apa gaada sopan santun banget. Kini Frella menggerutu sambil melangkahkan kaki menuju Kalila yang kini menunggunya di depan toilet kantin.

Sekarang yang ada di pikiran Frella hanya satu, bagaimana caranya dia pulang. Rumahnya cukup jauh jika harus berjalan mungkin bisa sampai satu jam baru ia sampai rumah, belum lagi ia yang belum begitu hafal jalan-jalan di kota ini. Sungguh membuatnya frustasi.

Harapannya akan bahagia saat hari pertama sekolah di SMA sudah pupus karena satu makhluk yang entah siapa namanya dengan santai menyuruhnya membeli minum, andai saja tadi pagi Frella tidak lupa membawa minum. Musibah ini pasti tidak akan terjadi.

"Fre, gue udah beres. Yuk balik pendopo udah mau jam 11 juga," Kalila lebih dulu menghampiri Frella.

"Ah iya, ayo." Frella berjalan digandeng Kalila menuju pendopo tempat mereka beristirahat dan menaruh tas.

***

"Selamat siang semuanya, kembali lagi dengan saya. Berakhirnya kegiatan school tour tadi menjadi penghujung acara hari ini, besok kita akan memulai kegiatan MPLS atau lebih dikenal dengan MOS. Kegiatan ini dilakukan selama 4 hari yang berarti akan berakhir di hari Jumat nanti, mulai besok seluruh siswa kelas sepuluh bisa mengenakan seragam khusus SMA Lentera Bakti yang sudah dibagikan. Bisa dimengerti?" Gibran berbicara lantang dan tegas diatas panggung lapangan menggunakan microphone.

"Siap bisa kak!" Tak kalah lantang seluruh siswa kelas sepuluh menjawab pertanyaan Gibran.

Gibran menuruni panggung lapangan tempatnya berdiri tadi, berganti dengan perempuan rambut sebahu yang sama sama menggunakan almamater osis.

"Halo, selamat siang semuanya. Perkenalkan saya Lalitha Syena sebagai sekretaris, saya akan membacakan apa saja yang perlu dibawa oleh adik-adik semua besok. Yang pertama adalah pita berwarna biru, lalu pulpen berwarna merah dan biru, dan buku tulis," Suara lembut Lalitha berkumandang di pendengaran seluruh siswa kelas sepuluh.

Frella memperhatikan wajah cantik Lalitha, hidungnya yang mancung, alisnya yang tegas, dan tinggi badannya yang ideal. Kini gadis secantik Frella pun merasa insecure.

"Baik, apakah ada yang mau ditanya?" Tanya Lalitha.

"Ig apa kak?" Seorang siswa laki-laki dengan beraninya menanyakan username Instagram di tengah lapangan yang dipenuhi siswa, osis dan guru.

Hahahaha, lawak ni.

Berani banget.

Iya kaka cantik, bagi id line dong.

Dan banyak lagi yang mulai menggoda Lalitha, kini Lalitha hanya tersenyum lalu turun dari panggung.

***

Kini seluruh siswa dan siswi kelas sepuluh sudah dipersilahkan pulang. Dan ini adalah waktu yang sangat membuat Frella frustasi. Bagaimana tidak, setengah dari teman seangkatannya sudah berlalu pergi menuju rumah atau tujuan masing-masing.

Bahkan kini Kalila pun sudah ditelpon ibunya untuk menunggu dijemput. Frella hanya berharap cemas, semoga kedua adiknya belum pulang agar mereka bisa pulang bersama.

"Fre, gue duluan ya. Ibu gue udah di gerbang," Pamit Kalila pada Frella.

"Oh iya Kal, hati-hati ya," Frella yang tadinya melamun kini melambaikan tangannya pada Kalila yang mulai menjauh.

RaharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang