"Jadi kamu masih sekolah" Gemini menganggukan kepalanya. Kini mereka berdua sedang ada di depan rumah Awan sambil mengobrol dan minum teh hangat buatan Ibu Awan bersama.
"Ka-mu?" tanya Awan penasaran
"Saya guru Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas"
"Wah, pas-ti ba-nyak peng-ge-mar-nya ya?"
"Iyah begitulah. Kalau siswi yang tahu gurunya masih lajang pasti banyak yang suka"
"Jad-i gak sop-an do-ng ka-la-u ak-u mang-gil pa-kai ka-mu, bu-kan ba-pak?!" ujarnya disertai kekehan ringan.
"Kamu lucu yah, saya suka" Gemini mengacak lembut rambut Awan, membuat gadis itu menjadi salah tingkah. Gemini pun memalingkan wajahnya kesamping
"Aduh Geminii bodohh bodoh. Gini nih kalo waktu SMA kamu gak mau di ajarin deketin cewek" Awan terkekeh mendengar Gemini merutuki dirinya sendiri.
"Ja-di sa-ya mang-gil ba-pak yah sek-a-ra-ng" Gemini menolehkan kepalanya.
"Ah, saya kan belum terlalu tua untuk dipanggil bapak. Panggil Gemini saja yah?" pinta Gemini. Awan tersenyum kemudian menggeleng
"Gak so-pa-n do-ng hahah" Gemini ikut terkekeh
"Ak-u pa-ngg-il Ka-kak sa-ja yah?" Gemini mengangguk setuju dengan senyuman lebar, entah mengapa melihat Awan tersenyum membuat Gemini berdebar tak karuan.
"Emm ngo-mong ngo-mong ka-kak gak ma-lu ngo-mong sa-ma ak-u?" Gemini mengernyitkan dahinya heran.
"Malu? Kenapa malu?"
"Ak-u ka-n gak bi-sa ngo-mong. Ak-u gak sem-pur-na" Awan menyatukan bibirnya tersenyum dengan mata yang sedih.
"Heyy, kamu Sempurna, kamu sangat sempurna. Hati kamu bersih, artinya kamu sempurna. Saya tidak akan pernah malu mengobrol sama kamu" senyum sedih Awan menghilang. Digantikan rasa senang. Gemini melirik jam tangannya, kemudian menatap Awan dan berbicara.
"Awan, saya izin pamit dulu yah. Sudah larut malam. Tidak baik seorang pria bertamu sampai larut malam." Awan tersenyum
"Ha-ti ha-ti di ja-lan. Te-ri-ma-kasih" Gemini Menarik kedua sudut bibirnya kemudian mengangguk
"Sampai bertemu lagi, kalau bertemu lagi. Semoga kita jodoh" Awan melongo mendengar ucapan Gemini
"Ah maksud saya jodoh menjadiii..... Umm menjadi guru lesmu ya guru lesmu" jawabnya gelagapan
'Saya kenapa jadi gini yah?' batin Gemini berbicara
"Yasudah Saya pulang dulu. Titip salam untuk Ibu kamu yah. Assalamualaikum"
"Waa-lai-kum-sa-lam" Gemini berlalu pergi dari hadapan Awan. Gadis itu kemudian masuk ke dalam rumah, sedikit mengintip celah kamar Ibunya, Awan menatap Ibu yang telah membesarkannya penuh kasih sayang cukup lama, kemudian berulang kali mengucapkan syukur. Setelah puas memandangi Ibunya yang kini tengah bersujud di hadapan tuhan, Awan pun berlalu menuju kamarnya. Gadis itu tersenyum menatap bingkai foto yang ada di nakasnya sambil berujar "Aw-an kang-en Ay-ah. Te-ri-ma-ka-sih su-dah ber-ju-ang bu-at Aw-an"
Beberapa hari berlalu begitu cepat, bahkan tak terasa sudah satu minggu sejak Awan bertemu dengan Gemini. Gadis itu saat ini sedang berada di cafe sambil mengerjakan tugas sekolahnya, masih dengan seragam sekolahnya. Awan memesan satu Es Citrus Squash, yaa semacam Es Jeruk. Sudah panas dengan tugas bukankah jauh lebih enak jika minum yang segar-segar?
"Awan?" sapa seseorang, Gadis itu mendongak mencari tahu siapa yang memanggilnya.
"Kak Ge-mi-ni?" jawab Awan
"Boleh duduk?" ujar Gemini sambil menunjuk bangku sebelah Awan
"Bo-leh"
"Lagi ngapain? Serius banget" Awan tersenyum
"La-gi nge-ja-in tu-gas Se-ja-rah Mi-nat da-ri gu-ru, su-sah ba-ng-et sih lag-ian. Nya-ri ar-tik-el te-rus di ba-has sen-di-ri"
"Artikel tentang apa?"
"Pe-rang Du-ni-a ke-du-a. Ke-na-pa bi-sa ter-ja-di, ka-pan, da-n to-koh to-koh ter-ke-nal-nya si-a-pa sa-ja"
"Boleh saya bantu carikan?" tanya Gemini, dengan perasaan senang Awan pun mengangguk. Jadilah mereka berdua belajar bersama di cafe. Tak lama kemudian, Awan melihat seseorang masuk ke dalam cafe, yang ia yakini dia adalah Andromeda.
Awan bangkit dari tempatnya kemudian menyapa Andromeda. Gadis itu tersenyum kepada Awan dan mengikuti kemana gadis itu akan membawanya. Tubuh Meda menegang melihat seorang laki-laki di hadapannya. Awan meremas lembut tangan Meda untuk menenangkannya
"Kak Ge-mi-ni, di-a An-dro-me-da" Gemini menoleh, menatap Meda, laki-laki itu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Dengan segera Meda menyatukan kedua tangannya dan tersenyum canggung. Andromeda duduk dengan tak tenang, grasak-grusuk tak tahu apa yang ingin ia lakukan.
Gemini yang melihat tingkah aneh Meda pun berdehem memecah keheningan di antara mereka.
"Ah Awan, ini sudah selesai saya carikan refrensinya, kamu tinggal salin. Saya ada perlu dengan teman saya sekarang. Maaf yah saya tinggal, kamu hati-hati yah pulangnya. Permisi Assalamualaikum" Gemini bangkit dari duduknya kemudian berlalu pergi meninggalkan Andromeda dan juga Awan
"Tid-ak ap-a, Kak Gem-i-ni or-ang ba-ik kok" Andromeda menunduk malu mendengar ucapan Awan.
"Maaf" cicit gadis itu, Awan tersenyum. Mengusap lembut punggung seorang gadis yang ada di depannya.
"Tid-ak ap-a Med-a. Ak-u ta-hu ra-sa tra-u-ma-mu" Meda menatap Awan dengan lembut, hadirnya Awan membuatnya merasakan kehadiran seorang kakak perempuan yang sangat Meda inginkan.
"Kam-u sud-ah ma-kan?" tanya Awan pada Meda.
"Ah iyah kak sudah. Tadi sepulang sekolah aku sudah makan"
"Kem-ar-in so-re, ak-u ke rum-ah mu. Tap-i eng-gak ad-a kam-u. Kem-an-a?" tanya Awan pada Meda.
"Aku ke Komnas HAM dan PPPA." jawab gadis itu sambil menunduk.
(Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak"
"Heb-at. Kam-u heb-at. Law-an sem-ua nya. Un-tuk di-ri kam-u. Ak-u yak-in, kam-u bisa"
"Terimakasih kak. Tapi aku masih takut" Jawab Meda sambil menundukkan kepalanya menatap tangan yang ia satukan di atas meja.
"Ak-u ta-hu ra-sa tak-utmu. Tap-i, kam-u har-us bi-sa tun-juk-an ke me-rek-a ka-la-u, kam-u ku-at. Bi-sa ber-ta-han hi-dup sam-pai di ti-tik in-i sa-ja, kam-u sud-ah heb-at" balas Awan menguatkan.
"Kam-u mas-ih mud-a, mim-pi-mu mas-ih ban-nyak ya-ng ha-rus di ra-ih" imbuhnya
"Terimakasih yah kak. Terimakasih banyak"
"Ak-u pu-nya be-be-ra-pa te-man la-ki-la-ki ya-ng ba-ik. Bi-sa men-ja-di tem-an-mu ju-ga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Berharga!
RandomBerkisah tentang tiga anak yang memiliki berjuta keinginan besar dengan kekurangan yang ia miliki. Awan, Bintang, dan Meda, ketiga gadis yang masing-masing memiliki kekurangan yang membuat mereka berani untuk maju menghadapi dunia bersama-sama. Mere...