Namaku Ananta Anindira. Biasa dipanggil Ara. Sekarang, bulan Oktober, tepatnya hari Senin, tanggal 18 adalah hari ulang tahunku. Menginjak usia 24 tahun, sudah menjadi hal yang luar biasa bagiku. Aku lahir dari rahim seorang Ibu yang berjuang mati-matian saat aku ingin menyapa dunia. Namun, beliau menghembuskan nafas terakhir. Ayah? Aku tidak punya seorang Ayah. Ibuku adalah seorang kupu-kupu malam. Mungkin itu masa kelam Ibuku, namun beliau tetap seorang Ibu yang aku cinta.
Kini aku tinggal di sebuah Panti Asuhan Mawardhiyah. Panti yang sekarang ini menjadi tempatku untuk berteduh dari panas dan hujan. Meski saat ini usiaku 24 tahun, tapi aku belum punya keinginan untuk pergi dari surga ini. Semua yang ada disini sudah seperti keluarga. Terlebih pengasuh nya, Bibi Nurul.***
" Selamat Pagi semua." Sapa ku kepada mereka yang saat ini sedang sibuk dengan aktivitas. Dengan gamis biru menyentuh lantai, tampak Bi Nurul menggeleng-gelengkan kepalanya melihatku.
Semua keliatan sibuk, Om Herman yang menyilangkan kaki di kursi tua, sambil menyeruput kopi hangat, sinis memandangku. Takbiasanya orang-orang disini cuek dengan sapaan ku. Hm, ada apa ya?" Heh, Ara, kamu temui Bu Sarah, tadi dipanggil. " Ujar mang Damar, berdeham pelan.
" Oh iya mang, makasih. Saya izin dulu ya. " ucapku sambil berjalan cepat menuju ruangan Bu Sarah.
*Toktoktok
" Masuk! " ucap Bu Sarah.
" Iya Bu, tadi saya dengar kata mang Damar..... "
" Sudah, pergi ke pasar, ini list nya. Kita akan kedatangan tamu. " Ucap Bu Sarah sambil menyodorkan selebaran kertas dan uang lima puluh ribuan tiga lembar.
Atuh ini kenapa? Bu Sarah kok gini? Orang-orang disini juga beda banget. Apa karena aku telat bangun? Engga tuh, eh iya sih, tapi kan beberapa menit doang." Kenapa masih bengong? Buru Ara, ntar telat!" bentak Bu Sarah dengan memukul meja pelan.
" Eh iya Bu, iya, maaf. Saya permisi dulu, assalamualaikum. "
Sambil keluar ruangan, langkahku terhenti karena memergoki sepasang anak kecil sedang berbisik.
" Ahsuahushaushsua, mba Ara! " Ujar bocah itu." Apa ya yang dibicarakan? Ah udahlah, mungkin otakku aja yang mikir engga-engga."
***
Sepulang dari pasar, aku menenteng belanjaan yang lumayan banyak. Mulai dari sayuran, ikan, dan beberapa buah. Aduhai, banyak sekali. Keringat mengucur deras di kening, maklum, di pasar sedang ramainya orang bertransaksi. Hufft, melelahkan.
Saat di depan gerbang, pakde Tino tidak kujumpai di sini. Biasanya dia yang membuka gerbang, terpaksa harus ku turunkan belanjaan terlebih dahulu, lalu mendorong gerbang ini. Aku pun mengambil belanjaan dan membuka pintu depan. Betapa terkejutnya, aku melihat lelaki berjas hitam, duduk sambil ongkang-ongkang kaki. Keliatannya orang penting." Assalamualaikum " ucapku
" Waalaikumsalam " jawabnya
" Eh, permisi Pak. Saya mau kedalam dulu "
Selesai meletakkan belanjaan, aku mencari bi Nurul. Namun apa? Nihil. Kemana semua orang?" Bik, bik. Ara udah pulang." Teriakku
" Ehh, mba! " Ucap laki-laki dari ruang tamu, pasti lelaki yang tadi.
" Maaf, mba cari Ibu-ibu yang make kupluk kan? "
" Hm, iya Mas. Bibi dimana ya? " tanyaku
" Iya Mba, tadi pamit sebentar ke warung, oh sama ini, di rumah yang saya temui cuman bibi itu. " Ujar lelaki itu sambil berdiri.
Sambil melirik di meja nya, aku tidak melihat ada secangkir teh atau kopi. Saat kutawari, lelaki itu enggan. Dia kesini cuman ingin menemui Bu Sarah.
" Mba, namanya Ara kan? " Ucap lelaki itu
" Emm, iya Mas, kenapa? "
" Begini...." belum lama ia berbicara, terdengar dering handphone di sakunya. Menghentikan percakapan kami, lelaki itu pun pamit pulang.
D-d-dia siapa? Tanyaku dalam hati dengan mengerutkan kening.Tiba-tiba lampu mati, sekeliling gelap. Iya, ini sudah menjelang Magrib, oh Allah, aku takut sekali. Kemana orang-orang yang disini?
Aku meraba sekeliling dengan feeling yang tidak enak. Kurasa itu sofa, lalu aku duduk dengan memejamkan mata. Sembari menunggu lampu menyala, aku berdzikir dan sempat ingin menangis. Subhanallah, walhamdulillah, walaa ilaaha illallah, wallahu akbar.*toktoktoktok.......
" Siapa? " ujarku.
" Jangan nakut-nakutin, atuh akunya ga ganggu kamu. " ucapku dengan bibir bergetar. Tiba-tiba lampu menyala. Namun apa? Aku tetap tidak memberanikan untuk membuka mata. Masih dalam keadaan takut.
" SURPRISEE "
" Happy birthday Ara, happy birthday Ara, happy birthday cantik "
***
~Assalamualaikum, terimakasih sudah mau membaca. Jadikan Alquran sebagai panduan dan pedoman untuk dibaca terlebih prioritas. Adapun kesalahan kata dan lain-lainnya, saya meminta maaf, dan akan diperbaiki. Baiknya teman-teman mau meninggalkan vote dan komentar apapun itu, baik kritik saran dan harapan, agar karya tulis saya dapat berkembang, terimakasih, matur nuwun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ananta Anindira
RomanceGadis lugu nan cantik, mempunyai tekad yang besar untuk tetap bangkit dari keterpurukannya. Yatim dan piatu sejak lahir. Berjalan ribuan kilometer, mencari letak keadilan yang selama ini tidak ia dapatkan. Apa? Ibadah? Tidak lain gadis ini adalah p...