—SULIT bagi Valerio untuk melupakan pertemuan pertamanya dengan gadis mungil yang sukarela membantunya memungut kertas berisikan assesment, bertebaran di bawah aspal basah oleh derasnya hujan.Kebodohan akut lelaki berkacamata merutuki dirinya yang tidak pernah berubah, dan selalu membuat orang di sekitarnya ikut susah.
"M-makasih ya,—" Ucap Vale seraya menerima beberapa lembar kertas yang nyarus rusak dari tangan basah, dan dingin si mungil. "Kamu basah."
Vale otomatis membelalakan kedua matanya. Merutuki kembali segala kebodohannya di tengah hujan yang lumayan deras ini.
Pemilik bola mata kecokelatan nan tenang itu melempar tatapan lucu dengan mata bulatnya. Vale mendesis tak sadar, "M-maksudnya, baju kamu jadi basah kuyup."
Si gadis terkekeh, "Nggak apa, cuma basah sedikit." Memang sih, hanya basah di bagian kaos ketat pada lengan kanan, tetapi tetap saja..
Rasanya Vale ingin menyeletuk, bra kamu jadi tercetak jelas, nggak aman, ada banyak mata buaya di sana.
Vale mencoba melepas cardigan kotak-kotaknya, namun niatnya terhalang, "Kamu bisa— pakai punyaku, buat nutupin anu.."
Lagi-lagi Vale mendesis pada dirinya sendiri. Sulit sekali mengatakan yang sebenarnya, padahal hanya menyeletuk bebas, toh dirinya dan seseorang di sebelahnya ini tidak akan bertemu lagi 'kan?
Sang puan tersenyum tulus, "Makasih karena kamu udah ada niat bantu aku, but— I'm okay." Gadis itu mengulum bibirnya dengan senyum termanis yang pernah Vale lihat selama hidupnya.
Lalu gerak-gerik matanya menuju ke arah lain, sontak Vale mengikuti ke mana arah mata cantik itu melempar pandang.
Datanglah dari arah Barat, seorang laki-laki berpenampilan lumayan nyentrik, tetapi tetap keren dengan tato dan piercings sebagai identitasnya. Lelaki itu datang menghampiri keduanya yang sedang berteduh di bawah halte.
Ya, setelah mengunjungi tempat fotocopy, hujan tiba-tiba datang mengeroyok, alhasil Vale harus berteduh di bawah halte. Naasnya, dirinya tersandung karena kacamatanya basah dan berkabut.
Hingga akhirnya, ia bertemu manusia berkedok malaikat cantik dari kayangan, sayangnya sudah memiliki pujaan hati.
"Sayang, baju kamu basah banget." Kata lelaki yang datang mengenakan payung menghampiri si mungil. Sebelah tangan bertatonya mengusap bahu ringkih milik gadisnya dengan lembut, sesekali mengelus helaian kepala secara perlahan.
Valerio tertohok bagaikan tersedak batu krikil, walau bentuknya kecil tetap saja sakit. Begitulah hatinya mencelos dalam diam, dan meraung dalam hati seakan memeluk diri sendiri. Jadi, untuk mengalihkan suasana hati yang sebanding dengan cuaca, Vale memilih menyibukkan diri dengan mengelap kacamatanya mengenakan cardigan.
"Basah sedikit aja kok." Si mungil melirik sekilas Vale yang berada di sampingnya, "Yuk, langsung aja ke kosan kamu." Lanjut si mungil. Diam-diam Vale terbelalak karena memasang telinga tajam-tajam.
"Hey!"
Vale kira si mungil bukan memanggilnya. Hingga Vale pun menoleh setelah gadis itu sedikit menyentuh lengannya dengan buku kuku dingin yang terlihat rapuh. Tatapan teduh yang menusuk tulang iga hingga rasanya geli di dalam, seperti ada kupu-kupu juga rasanya.
Semua itu akibat tatapan tak suka dari sang pacar si mungil.
"Ayo, Jilly!" Ajak sang pacar dengan culas seraya meraih telapak tangan mungil, dan didekap hangat pada lengan berotot.
"Aku duluan ya." Bukan, si mungil tidak mengatakan itu dari bibirnya. Tetapi, Vale bisa asumsikan itu hanya dengan membalas tatapannya.
Jilly.
Jadi, namanya Jilly.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feign • vsookook
Fiksi Umum2 tahun lamanya Jilly berpura-pura bodoh agar hubungannya dengan sang kekasih tetap berjalan. Tetapi, si culun yang suka ikut campur datang mengobrak-abrik hubungan asmara beracunnya. Haruskah Jilly berterima kasih? Atau menyesal akan kehadirannya...