Chapter 4 - I'm not ready

427 75 34
                                    

___





KEESOKAN harinya, Valerio menjalankan hari seperti biasanya. Namun, ada yang berbeda. Yap, isi hati dan pikirannya kacau. Teramat kacau saat mendengar, ugh- rintihan kesakitan bercampur nikmat surgawi dari kamar sebelah. Vale tahu jelas bagaimana lirihan Jilly memanggil nama Joshua.

Rangga tidak berbohong perihal letak ranjang di kamar indekos sebelah yang memang bertolak belakang dengan letak sofa letter L ini. Saat dua sohib itu mendengar sedikit kehebohan pasangan itu, mereka langsung sama-sama beranjak ke kamar masing-masing.

Sebelum meninggalkan ruang tengah, Rangga menepuk pelan pundak Vale untuk menyalurkan energi dari patah hatinya yang dalam, padahal Vale belum apa-apa dalam bertindak.

Vale berjalan menuju perpustakaan setelah menghabiskan late breakfast-nya di minimarket depan kampus. Si kacamata itu bukan ingin membaca buku di sana, tetapi hanya ingin mencari kenyamanan dari atmosfer perpustakaan yang sunyi.

Walaupun penampilan Vale culun dan kutu buku, lelaki itu sangat tidak suka membaca buku.

Di sana, Vale selalu duduk di sudut perpustakaan yang menghadap pemandangan disertai sinar mentari pagi yang tampak menyehatkan. Vale mengeluarkan buku catatan kecil, dan menulis sesuatu.

______

TO DO LIST VALERIO!

Fokus kuliah

Fokus kerja sampingan juga

Lulus tepat waktu

Dapat kerja di Yogyakarta

Jaga jarak dari Jilly

______

Vale meringis begitu menulis list paling terakhir, yang mana menjadi hal utama yang ingin ia fokuskan. Memberi jarak pada Jilly yang kini menjadi teman kelasnya. Ya, walaupun hanya bertemu di satu kali dalam seminggu, tetap saja.

Terkadang pertemuannya dengan Jilly seperti rencana Tuhan.

Seperti saat ini.

"Huft, ternyata kamu di sini!"

Ya, itu Jilly yang berbisik seraya menarik bangku di sebelah Vale. Sial, posisi duduk mereka saat ini sangat tertutup. Hanya tersedia satu meja dan dua bangku yang tertutup bilik dan rak buku ensiklopedia.

Vale dengan gerak-gerik brutalnya segera menyembunyikan buku catatannya.

"E-eh, Jilly, kamu tumben kesini?" Tanya Vale kikuk.

Jilly menunjukkan raut wajah sebal, "Aku cari kamu di kantin nggak ada, ya udah deh aku inisiatif ke perpus."

"Kok, kamu tau?"

Kini ekspresinya berubah menjadi heran, "Lho, kamu lupa, ya?" Jarak sedekat ini, Vale dapat melihat jelas betapa jernihnya kedua manik Jilly. Seperti air menggenang tanpa tiupan angin, tampak tenang. "Kemarin 'kan kamu kasih tau aku begitu."

Vale baru ingat dan mengangguk pelan.

"Kamu nggak ada kelas?" Tanya Vale.

Jilly menggeleng cepat, "Kelasku siang."

Giliran Vale yang bermain dengan ekspresi, "Terus, kenapa ke kampus pagi-pagi?" Tanyanya heran. Gila saja, saat ini baru pukul 10 pagi, sedangkan kelas siang jatuh di pukul 1 siang. "Aku 'sih jadi kamu mending masih tidur di rumah."

Melihat ekspresi menggemaskan Vale, membuat Jilly tak kuasa menahan senyum. "Soalnya, aku pengin ketemu kamu lagi."

Katakan Vale labil, sebelumnya ia berniat menjauh dari Jilly. Tapi, salahkan juga hatinya yang membawa kegelian pada seluruh aliran darahnya. Rasanya mendidih, ingin meledak, wajahnya memerah menahan salah tingkah. "Ngapain mau ketemu aku lagi? –Bukannya kamu udah nggak sedih?"

Feign • vsookookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang