___
TERIK mentari hari ini tampaknya gagal meredupkan semangat kedua insan yang saling menjilat es krim cone masing-masing. Vale yang memilih varian stroberi, sedangkan Jilly mencoba varian baru, yaitu lemon.
Dua insan itu duduk di bangku taman belakang kampus, memang tidak begitu ramai, membuat atmosir nyaman menyelimuti.
Satu fakta tentang Jilly yang Valerio ketahui pada hari ini adalah; es krim dapat mencairkan kesedihan Jilly.
Setelah setengah jam mendengar cerita Jilly tentang lingkaran pertemanannya yang beracun, Vale benar-benar tak habis pikir, sekaligus bersyukur karena Jilly memilih menghindar dibanding harus tetap berdiri di sana.
Terutama mengenai hubungan Flo dan Joshua.
"Gimana, enak rasa lemon?" Tanya Vale mencoba mengalihkan topik. Jilly mengangguk cepat, begitu menggemaskan bagi Vale. Jilly nampak berbeda selama dekat dengannya. Entah apakah seperti ini sosok Jilly yang sebenarnya?
Awalnya Vale menilai bahwa Jilly adalah mahasiswi populer yang selalu punya kehidupan santai, dan lancar karena adanya privilege. Ditambah kekasih, dan teman-temannya yang terlihat asyik. Sehingga bagi Vale, Jilly tidak akan sudi berteman dengannya.
Tetapi, dugaan Vale nampaknya keliru.
Di hadapannya, seorang perempuan duduk bersila di bangku taman, menjilat es krim cone sampai belepotan di bibir, dan tangan bebasnya sibuk mengatur rambutnya yang tertiup angin.
Valerio mengulurkan tangannya untuk menyelipkan rambut Jilly pada telinga. Akhir-akhir ini, baik Vale maupun Jilly mulai melakukan kontak fisik, entah itu menyentuh tangan, mengacak, merapikan rambut, dan tindakan tak terduga lainnya.
Walau begitu, masih berada di batas wajar kok.
"Sangking enaknya sampe belepotan ya makannya?" Ledek Vale. Jilly terkekeh, lalu menyodorkan es krim miliknya pada Vale.
"Mau coba?"
Di balik lensa tebalnya, Vale terbelalak.
"E-eh?"
"Cobain deh, pasti kamu kayak pernah cobain ini. Menurutku, kayak rasa yakult!" Jilly benar-benar antusias menyodorkan es krim yang sepertinya akan meleleh bila Vale tidak langsung menjilat.
Buru-buru Vale menjilat es krim yang lumer, bersamaan dengan wajahnya yang memerah karena salah tingkah. Jilat es krim berdua.
"Ya 'kan rasanya nggak asing?"
Vale mengangguk pelan, "Iya, e-enak."
Jilly mengubah posisi menghadap Vale yng masuk duduk normal. Perempuan itu terlihat mengambil satu tarikan napas dengan mata terpejam, cantik.
Vale yang terlihat kikuk berkedip beberapa kali, dan detak jantung semakin menjadi-jadi ketika Jilly membuka mata dan menatapnya.
"Makasih ya, hari ini I feel better." Ungkap Jilly dengan raut berseri-seri.
Vale tersenyum pada akhirnya. "Gitu dong senyum, k-kan jadi.."
Bocah goblok, Vale merutuk.
"Jadi?" Tanya Jilly yang heran.
Vale menggeleng, lalu melahap semua cone miliknya hingga habis tak tersisa. Mulutnya penuh membuat pipinya terlihat gemas. Jilly terkekeh melihatnya, dan melakukan hal yang sama.
"Makasih banyak ya, Vale."
"Eh, makasih buat apa? Padahal kamu yang beliin aku es krim."
Jilly tersenyum, "Maksudku, makasih ya udah mau jadi temen aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Feign • vsookook
General Fiction2 tahun lamanya Jilly berpura-pura bodoh agar hubungannya dengan sang kekasih tetap berjalan. Tetapi, si culun yang suka ikut campur datang mengobrak-abrik hubungan asmara beracunnya. Haruskah Jilly berterima kasih? Atau menyesal akan kehadirannya...