___
VALERIO bodoh. Bisa-bisanya melupakan satu hal yang sangat amat penting untuk kisah cintanya yang pahit. Belum memulai saja sudah merasa harus mengibarkan bendera putih.
Rangga menyadarkan dirinya bahwa penghuni kamar 208 adalah milik pujaan hati Jilly. Sosok yang pernah melempar tatap sinis saat sang kekasih sedang berteduh di bawah halte bersama Vale.
Bersyukurlah Vale memiliki sahabat dengan sejuta gudang informasi mengenai Jilly dan Joshua.
"Gila. Jadi, Jilly cewek yang selama ini lo cari sampe sinting begini?" Kepanikan Rangga meningkat setelah mendengar cerita lanjutan dari yang bersangkutan.
"Lo harus hati-hati sama mereka, terutama Joshua. Joshua itu tipikal cowok yang posesif akut, kalau dia lihat Jilly tebar senyum ke lo, udah pasti lo di blacklist untuk jadi temen Jilly."
Rangga mengubah posisinya menjadi lebih tegak, ia harus mengesampingkan rasa nyamannya di atas sofa demi sang sahabat. Mumpung Vale belum sepenuhnya melompat ke air kolam yang menyeramkan. Bahkan kolam itu bak neraka.
"Le, dengerin gue." Rangga menepuk pundak Vale sekali, si lelaki berkacamata awalnya terheran, tetapi begitu melihat keseriusan Rangga, dirinya terbawa suasana. "Jilly dan Joshua, mereka berdua pacaran udah lama, 3 tahun. Usut punya usut, mereka itu pasangan paling mesra, dan berpotensi berjodoh. Jadi, it would be better if you mundur alon-alon."
Vale menyingkirkan tangan Rangga dengan kasar, "Lo pikir gue segila itu buat dapetin hati Jilly? Gue juga sadar diri kali!" Oceh Vale dengan suara keras.
Rangga menendang bokong Vale hingga terjatuh dari sofa, "Goblok! Di sebelah ada orangnya!" Kesal Rangga sedikit berbisik. Vale buru-buru menutup bibirnya dengan gelagat ketakutan.
"Dindingnya nggak kedap suara apa?"
"Lo pikir studio!" Tak sadar Rangga berteriak, lalu mengecilkan suaranya kembali dan menarik Vale untuk duduk kembali di sampingnya. "Denger Le, sofa ini posisinya bertolak belakang sama posisi ranjang Joshua. Lo paham 'kan maksud gue?"
"Maksudnya?"
"Jadi, posisi ranjang Joshua dan Jilly persis di sini." Rangga sedikit menepuk dinding di sampingnya. "Dan karena kamar indekos ini nggak kedap suara, lo paham apa maksud gue?"
Vale mengangguk mantap, padahal dirinya masih belum kunjung paham. "Oh, oke."
Biar saja lah, lagi pula mood Vale turun anjlok perkara segala ucapan dan larangan yang keluar dari mulut sahabatnya.
"Hati-hati ya, jadwal mereka nggak nentu soalnya."
Tampang tulalit Vale tampaknya tidak membuat Rangga memastikannya kembali. Pada akhirnya keduanya memutuskan untuk membereskan barang-barang Valerio.
***
Pagi harinya, Vale bangun dengan muka bantal yang sangat tercetak. Sedangkan Rangga sama sekali belum tertidur karena harus melakukan duel dengan teman virtualnya. Memang seorang gamers akut, untung saja hari ini tidak ada kelas.
Vale keluar dari kamar indekos setelah Rangga sudah memutuskan untuk tidur. Kalau kata Vale, Rangga adalah manusia kampret yang tidur di pagi hari, dan aktif di malam hari.
Lelaki itu hanya berdiri di depan kamar, menikmati udara pagi yang segar. Sesekali melakukan gerakan peregangan otot. Saat Vale melakukan push up, terdengar suara pintu terbuka, dan langkah kaki yang mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feign • vsookook
Ficción General2 tahun lamanya Jilly berpura-pura bodoh agar hubungannya dengan sang kekasih tetap berjalan. Tetapi, si culun yang suka ikut campur datang mengobrak-abrik hubungan asmara beracunnya. Haruskah Jilly berterima kasih? Atau menyesal akan kehadirannya...