Keesokan harinya, Calvin tidak masuk sekolah karena sakit. Alicia sedikit khawatir saat mengetahui Calvin tidak masuk sekolah.
.
.
.
"Eh, dimana dia?", gumamku saat bel masuk berbunyi dan Calvin tidak ada di kelas, mungkinkah dia sakit? Lebih baik nanti aku coba kerumahnya saja, seingatku Calvin bilang rumahnya tidak terlalu jauh dari sekolah."Alicia, jangan melamun dikelas!", teguran dari guru yang sedang mengajar membuyarkan lamunanku.
"Maaf", jawabku singkat.
Aku kembali memperhatikan pelajaran walau sesekali masih tidak fokus. Yah.... mungkin karena mengkhawatirkan Calvin. Dia itu temanku satu-satunya, jadi wajar saja kalau aku khawatir saat dia tidak masuk sekolah.
"Alicia", oke aku mendapat teguran untuk kedua kalinya.
"Maaf", hanya itu yang kuucapkan, memangnya mau mengucapkan apa lagi.
Aku tidak begitu memperhatikan pelajaran hari ini, dari jam pelajaran pertama sampai terakhir aku cukup banyak melamun. Bahkan aku mendapat beberapa teguran dari guru yang mengajar. Sebentar lagi pulang sekolah, ayolah kenapa waktu berjalan begitu lambat?
…
Setelah lima belas menit akhirnya bel pulang berbunyi. Aku memasukkan buku-bukuku ke dalam tas dengan sedikit terburu-buru lalu langsung berlari keluar kelas. Langit tampak mendung, sepertinya akan turun hujan. Rumah Calvin berlawanan arah dengan rumahku, beberapa hari lalu Calvin memberitahuku letak rumahnya jadi aku tidak perlu repot bertanya ke orang lain.
Aku berjalan ke rumah Calvin sambil sesekali melihat langit. Mendung, itulah yang kulihat. Sebentar lagi pasti akan turun hujan.
Aku mempercepat langkahku ke rumah Calvin. Baru setengah jalan hujan deras turun dan membuatku basah kuyup. Tapi aku tidak begitu peduli, lagipula aku sudah terbiasa dengan hujan. Aku melewati sebuah taman yang sempat diceritakan Calvin beberapa hari yang lalu. Disana sekilas aku melihat seorang gadis bergaun putih duduk di sebuah ayunan.
Aku tak begitu mempedulikannya, mungkin hanya halusinasiku saja, pikirku. Lagipula siapa yang akan berdiam diri di sebuah ayunan tua saat hujan deras?
.
.
.
Alicia sampai di rumah Calvin dengan keadaan basah kuyup karena kehujanan."Permisi", seru Alicia ketika mengetuk pintu rumah Calvin.
"Eh? Alicia? Apa yang kau lakukan disini?", tanya Calvin begitu melihat Alicia berdiri di depan pintu rumahnya.
"Tentu saja menjengukmu, bodoh".
"Ya ya aku tau kau lebih pintar dariku dan tolong berhenti mengejekku bodoh, aku ini tidak bodoh".
"Terserahmu saja".
"Hah.... masuklah dulu kau basah kuyup", Calvin mempersilahkan Alicia untuk masuk ke rumahnya.
"Terimakasih".
"Ya, tunggulah disini sebentar", Calvin meninggalkan Alicia di ruang tamu dan menuju ke lantai dua.
Beberapa saat kemudian Calvin turun dengan membawa sebuah kaos berwarna biru tua dan celana panjang berwarna hitam.
"Ini pakailah, nanti kau bisa sakit kalau tetap memakai bajumu yang basah", Calvin memberikan kaos dan celana panjang yang dibawanya kepada Alicia.
"Naiklah ke lantai dua, kau boleh meminjam kamarku untuk mengganti pakaian, aku akan menunggumu disini", ujar Calvin lalu mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu.
"Terimakasih", ucap Alicia singkat lalu beranjak naik ke lantai dua.
…
Lima menit kemudian, Alicia turun dan menghampiri Calvin yang sedang duduk di sofa ruang tamu. Alicia lalu duduk di sofa yang berhadapan dengan Calvin.
"Bajumu sedikit terlalu besar untukku".
"Karena aku lebih tinggi darimu".
"Yah.... baiklah aku akui kau memang lebih tinggi dariku".
"Hei, itu kan memang benar!".
"Hm.... dimana orang tuamu?".
"Masih bekerja, biasanya mamaku pulang sekitar jam 5".
"Oh".
"Oh ya, kenapa kau mau repot-repot menjengukku?".
"Tidak tau, yang kutau hanya aku ingin menjengukmu".
"Oh.... jadi kau mengkhawatirkan aku ya?", Calvin sedikit tersenyum jahil dan sedikit menggoda Alicia.
"A-aku tidak", Alicia sedikit tergagap.
"Benarkah? Lalu kenapa kau gagap hm?", Calvin benar-benar ingin tertawa melihat Alicia yang biasanya dingin menjadi gagap.
"Y-ya karena kau itu temanku jadi....", Alicia menghentikan ucapannya.
"Jadi kau benar-benar khawatir ya?".
Alicia diam, ia tak menjawab lagi. Sesaat kemudian Calvin tertawa lepas.
"Ahaha.... kau lucu sekali, tidak kusangka Alicia yang dingin juga bisa tergagap seperti itu".
Alicia menatap tajam Calvin, "Diam kau", ucapnya sinis.
"Ahaha.... maaf-maaf, aduh!", Calvin yang masih tertawa tiba-tiba mendapat lemparan bantal sofa tepat di wajahnya.
"Diam atau kupukul kau", seru Alicia sang pelaku pelemparan.
"Baiklah aku diam", ucap Calvin saat tawanya sudah mulai mereda.
To be continue....
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Hujan
Short StoryGadis misterius yang kutemui di kala hujan dan seorang gadis pendiam yang membenci dan menyukai hujan disaat yang sama. Dua gadis berbeda yang sama-sama berhubungan dengan hujan seakan mereka adalah bagian dari hujan itu sendiri. Gak tau kenapa bisa...