Tujuh

8 4 0
                                    

Alicia memenangkan lomba lari dadakan mereka. Dan sepertinya perjanjian mereka sebelumnya, besok Calvin harus mentraktir Alicia.

Saat ini mereka sedang duduk di teras rumah Alicia sambil berbicara santai. Juga untuk beristirahat pastinya.

"Tak kusangka larimu cepat juga".

"Kau saja yang terlalu lambat".

"Aku tidak lambat!".

"Kau kalah dariku, itu artinya kau lambat".

"Baik-baik, terserah kau saja".

Keduanya dia untuk beberapa saat hingga Calvin kembali membuka suara.

"Bagaimana?".

"Hm?".

"Liat, hujan itu menyenangkan! Jadi, apa kau masih membenci hujan?".

"Entahlah aku sendiri tidak yakin, ini seperti pikiranku mengatakan aku membencinya tapi hatiku berkata aku menyukainya".

"Yah.... sepertinya ini baik-baik saja, kalau begitu aku pulang dulu".

"Hm, tidak bawa payung?".

"Tidak".

"Tumben sekali".

"Kemarin payungku kuberikan kepada seorang gadis".

"Maksudmu dia?".

"Iya, aku lupa kalau payungku yang satu lagi rusak, makanya sekarang tidak bawa payung".

"Oh".

"Kalau begitu sampai jumpa besok Alicia!".

Calvin mulai berlari menjauh. Perlahan punggungnya menghilang dari pandangan.

"Hei Alexa, dulu aku tidak percaya padamu tapi sepertinya sekarang aku mulai mempercayainya, dan juga maaf karena aku mengingkari janjiku kepadamu", gumam Alicia.

"Cia harus janji ya, seandainya nanti aku pergi jangan benci hujan", ucap seorang gadis kecil berambut hitam pekat yang tergerai sepinggangnya sambil duduk di teras sambil memandangi derasnya hujan.

"Memangnya Alexa mau pergi kemana?", tanya polos seorang gadis dengan rambut coklat kehitaman yang tak lain adalah saudara kembar dari si gadis berambut hitam pekat.

"Tidak pergi kemana-mana, itu kan hanya seandainya Cia".

Gadis kecil yang satunya tampak berpikir sejenak, "Tidak mau, kalau tidak ada Alexa hujan jadi membosankan", ujarnya.

"Siapa bilang membosankan, suatu saat nanti Cia pasti bertemu orang yang membuat Cia menikmati hujan lebih dari Alexa".

"Mana mungkin ada! Hanya Alexa satu-satunya yang selalu menemani Cia bermain hujan, ya.... itupun juga karena Alexa sendiri suka hujan", sahut gadis itu cepat.

"Tapi suatu saat kita pasti berpisah Cia, jadi Cia harus janji tidak boleh benci hujan apapun alasannya!", gadis dengan rambut hitam pekat menyodorkan jari kelingkingnya kepada gadis satunya.

Beberapa saat si gadis berambut coklat kehitaman tidak merespon namun gadis berambut hitam pekat tetap tidak menarik tangannya kembali. Setelah beberapa menit kemudian barulah si gadis berambut coklat kehitaman menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking saudara kembarnya.

"Janji", gadis berambut coklat berucap seraya tersenyum tulus.

Gadis berambut hitam pekat melepaskan tautan jari kelingking mereka lalu dengan cepat mengambil sebuah payung berwarna putih dan menarik tangan si gadis berambut coklat kehitaman.

"Ayo kita main ke taman!", seru si gadis berambut hitam pekat dengan semangat.

Mereka berdua berjalan ke taman yang letaknya tidak begitu jauh dari rumah mereka. Saat hendak menyeberang jalan mereka berhenti sejenak untuk menunggu lampu pejalan kaki menyala hijau. Namun saat melihat seekor kucing melintas di gadis berambut coklat kehitaman dengan ceroboh mengejarnya tanpa memperhatikan adanya kendaraan yang hendak melintas. Saat melihat ada mobil yang melaju kencang ke arah gadis berambut coklat kehitaman, dengan cepat Alexa si gadis berambut hitam pekat berlari dan mendorong saudara kembarnya ke tepi jalan.

Si gadis berambut coklat kehitaman kaget karena tiba-tiba didorong oleh saudara kembarnya. Ia menutup matanya rapat-rapat sambil memeluk erat seekor kucing yang baru ditemuinya tadi. Merasakan benturan yang cukup keras gadis itu segera membuka matanya.

Brakk!!

Dan pemandangan pertama yang ia lihat setelah membuka matanya adalah Alexa yang tergeletak di tengah jalan dengan genangan darah yang mengotori hampir seluruh pakaian Alexa, bahkan payung putih milik Alexa pun sekarang bernoda darah.

Gadis itu begitu syok melihat keadaan saudara kembarnya. Dengan tatapan kosong si gadis kecil berambut coklat kehitaman berjalan menuju saudara kembarnya.

"Alexa, kenapa Alexa tidur disini? Ayo bangun", tidak ada respon.

"Alexa bangun, jangan tidur disini ayo kita ke taman", gadis itu mengguncangkan tubuh saudara kembarnya.

"Hiks.... Alexa ayo bangun hiks.... lihat itu payung Alexa warnanya jadi merah hiks.... jadi jelek hiks....", bulir-bulir air mata mulai turun dari manik hitamnya.

"Hiks.... Alexa bangun hiks.... jangan tinggal Cia sendirian huaaa....", gadis itu berteriak kencang sambil terus mengguncangkan tubuh dingin saudara kembarnya.

Setelahnya, gadis kecil itu pingsan karena terlalu syok serta terlalu banyak menangis.
.
.
.
Kriiingg....

"Alexa!!".

Mimpi itu lagi, kenapa mimpi itu terus-menerus datang padaku? Setelah mengambil Alexa dariku apa masih tidak cukup? Kenapa masih terus menyiksaku dengan hal yang paling ingin kulupakan?

Tanpa kusadari aku menegaskan aku mulai meneteskan air mata. Hah.... kenapa aku begitu lemah....

To be continue....

Gadis HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang